Menuju konten utama

Mereka yang Pertama Menunggangi Kereta Setan

Bagi orang Jawa kala itu, motor dan mobil adalah keanehan bahkan mendapat julukan “Kereta Setan”.

Mereka yang Pertama Menunggangi Kereta Setan
Pengendara motor di Hindia Belanda, 1922. Foto/KITLV.

tirto.id - John C Potter harus memanaskan mesin motornya sebelum menunggangi kuda besi miliknya. Cairan spiritus dituang di bagian blok mesin, dan lalu api pun menyala. Mesin menjadi panas, motor pun mudah dihidupkan.

Ia juga harus beraksi mendorong motornya seperti orang yang ban motornya sedang sial tertusuk paku di jalan. Setelahnya, John harus berlari cepat mendorong si kuda besi sampai mesin motor memuntahkan suara menggelegar. John kemudian harus segera melompat ke atas sadel, menjinakkan Hildebrand und Wolfmuller—butuh sekitar 20 menit untuk menghidupkan mesin sepeda motor yang menggendong mesin 2 selinder ini.

Anda barangkali tak akan pernah membayangkan hidup di zaman John. Tepat 124 tahun lalu, ia adalah orang pertama di Hindia Belanda yang memiliki dan merasakan berkendara di atas sepeda motor—sebelum mobil pertama mencium jalan-jalan di Jawa.

John adalah seorang masinis pertama di Pabrik Gula Oemboel, Probolinggo, Jawa Timur. James Luhulima dalam Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini (2012), mengutip buku “Kreta Setan, Autopioners van Insulinde, karya F.F. Habnit, Moesson Reeks, (1977) yang menggambarkan kisah John. Beberapa tahun jelang pergantian abad ke-19, kala bisnis gula di Hindia Belanda sedang berjaya. Sebagai pekerja pabrik gula, John punya kemauan yang barangkali tak ada di pikiran manusia pada zamannya.

Ia memesan sepeda motor Hildebrand und Wolfmuller, langsung dari pabriknya di Munchen, Jerman. Setelah menunggu dengan sabar, John akhirnya menerima sepeda motornya pada 1893. Itulah untuk kali pertama sebuah sepeda motor menapaki tanah di Jawa. Motor Hildebrand und Wolfmuller milik John tiba di Pelabuhan Semarang. Mulai saat itu John lah satu-satunya orang di Hindia Belanda yang memiliki kendaraan bermotor roda dua.

“Sepeda motor buatan Hildebrand und Wolfmuller belum menggunakan rantai, belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum ada aki, belum menggunakan koil, dan belum ada kabel-kabel listrik.”

infografik jejak otomotif indonesia

Kedatangan sepeda motor pertama di Hindia Belanda lebih cepat satu tahun daripada kendaraan bermotor roda empat. Mobil pertama hadir di Jawa baru datang setahun setelahnya. Namun, mobil pertama yang hadir di Jawa hanya berselang setelah delapan tahun mobil pertama di dunia, lahir di Jerman pada 1886.

Mobil bermerek Benz Viktoria mendarat di Pelabuhan Semarang, Jawa Tengah, yang dikapalkan langsung dari Jerman. Sang pemilik Pakoe Boewono X harus merogoh kocek hingga 10.000 gulden untuk merasakan sensasi mobil yang menggendong mesin 2000 cc itu.

Pakoe Boewono X harus memesan lebih dahulu ke perusahaan Prottle&Co di Pasar Besar, Surabaya.

Pada waktu itu, sang raja memang beruntung, setidaknya ia lebih dahulu merasakan berkendara dengan mobil. Ibu kota Den Haag, Belanda baru menerima mobil pertamanya setelah dua tahun kedatangan mobil pertama di Hindia Belanda. Ini tentu cukup menarik, saat wilayah jajahan bisa lebih terdepan dari negara yang menjajah untuk urusan prestise.

Menurut JB Kristanto, dalam 1000 Tahun Nusantara (2000), Pakoe Boewono X adalah yang terkaya di antara raja-raja—salah satunya dari pabrik gula.

“Pakoe Boewono X tercatat sebagai orang pertama di Hindia Belanda yang memiliki mobil.” James Luhulima dalam Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini.

Keputusan Pakoe Boewono X membeli mobil tentu tidak tiba-tiba. Disebutkan seorang penasihat raja asal Belanda yang tak diketahui identitasnya, jadi sosok pembisik agar sang raja membeli kendaraan yang tak lazim pada waktu itu. Saat orang-orang masih berpikir kendaraan adalah kereta yang ditarik oleh kuda, mobil dengan mesin yang bisa berjalan tanpa kuda adalah suatu di luar kebiasaan masyarakat Jawa kala itu.

“Kereta kuda yang berjalan sendiri tanpa keberadaan kuda sebagai penghela, pada masa itu masih dianggap aneh, bahkan sampai beberapa tahun setelahnya. Tidak heran jika muncul istilah kereta setan.”

Tak butuh waktu lama, setelah mobil pertama mencicipi jalan-jalan di Jawa, mobil kedua di Hindia Belanda tiba pada 1897. Pemiliknya adalah AH Prottle, keturunan Jerman yang juga pemilik Prottle&Co. Dengan demikian, ia jadi orang ketiga di Hindia Belanda sebagai pemilik kendaraan bermotor di Hindia Belanda.

Berjeda empat tahun, setelah kedatangan mobil Pakoe Boewono X, pada 1898 muncul kali pertama mobil Peugeot Perancis. Mobil ini dipesan oleh Kepala Pabrik Gula Kedawoe, Kediri, AE Rouffaer. Ini menambah daftar orang kaya di Hindia Belanda yang punya mobil.

Populasi motor dan mobil lambat laun berkembang di Hindia Belanda, terutama di Jawa, dan sebagian di Sumatera Timur (Medan) hingga Bali. Memasuki awal abad ke-20, mobil maupun motor tak hanya sebagai alat transportasi saja, tapi juga jadi tempat perkumpulan atau klub otomotif. Sebagian dari mereka menguji keberanian melintasi alam di Jawa yang masih hijau royo. Jalur Jakarta-Surabaya yang sudah terhubung Jalan Pos Anyer-Panarukan sering menjadi adu pemecahan rekor cepat-cepatan dengan mengendarai motor maupun mobil. Hanya beberapa tahun dari kehadiran motor milik John dan mobil Pakoe Boewono X.

Sayangnya, kedua kuda besi pertama di Hindia Belanda berakhir tragis. Sepeda motor Hildebrand und Wolfmuller milik John ditemukan dalam kondisi teronggok rusak dan berkarat di garasi rumahnya pada 1932 atau setelah 39 tahun motor itu tiba di Jawa. Sedangkan mobil Benz Viktoria milik Pakoe Boewono X raib entah kemana setelah dikirim ke Belanda untuk ikut serta dalam sebuah pameran mobil. Penampakan terakhir mobil sang raja terlihat terakhir kalinya saat akan dikapalkan di Pelabuhan Semarang pada 1924. Keduanya kini hanya membekas sebagai memori.

Memori awal perjalanan dunia otomotif di Indonesia memang tak begitu manis. Berkebalikan dari manisnya bisnis pabrik gula ketika orang-orang yang bergelut di dalamnya tercatat dalam sejarah—yang pertama menunggangi “kereta setan”.

“Pada masa itu di Hindia Belanda memang banyak bermunculan jutawan-jutawan dari sektor perkebunan.”

Baca juga artikel terkait MOBIL atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti