Menuju konten utama

Merayakan 25 Tahun Perjalanan Kreatif Desainer Merdi Sihombing

Pameran koleksi wastra oleh desainer Merdi Sihombing bertajuk The Flying Cloth di Museum Nasional Indonesia terbuka untuk umum hingga 24 November 2024.

Merayakan 25 Tahun Perjalanan Kreatif Desainer Merdi Sihombing
Desainer tekstil dan fesyen Merdi Sihombing dalam konferensi pers pameran The Flying Cloth di Museum Nasional Indonesia pada Selasa (12/11/2024). foto/dari penyelenggara acara The Flying Cloth

tirto.id - Desainer tekstil dan fesyen Merdi Sihombing tengah bersukacita merayakan perjalanan kreatifnya selama 25 tahun dalam pameran bertajuk The Flying Cloth. Pameran berlangsung di Museum Nasional Indonesia hingga 24 November 2024.

"The Flying Cloth adalah penanda penting dalam perjalanan saya, sebuah titik di mana segala pelajaran dan cerita dari komunitas-komunitas yang saya temui terjalin menjadi satu,” ujar Merdi dalam konferensi pers pada Selasa (12/11/2024).

“Setiap kain, motif, dan warna yang ada di sini bukan hanya hasil kreativitas, tetapi warisan yang kami pelihara dan hargai bersama. Dalam setiap lembar kain yang ditampilkan, ada cerita tentang pelestarian, kebanggaan budaya, dan upaya untuk menghadirkan fesyen yang tidak merusak alam," lanjutnya.

The Flying Cloth memamerkan koleksi wastra hasil re-inventing kain tradisional dari berbagai daerah di Nusantara, yang memadukan inovasi benang, pewarnaan alami, serta teknik tenun, sulam, songket, dan manik-manik dengan sentuhan budaya yang kaya.

Dikemas dalam sentuhan artistik dari Heri Pemad sebagai art director dan Ignatia Nilu sebagai kurator, The Flying Cloth menampilkan sajian visual, auditif, diorama, dan interaktif yang memukau.

Instalasi pameran juga menghadirkan elemen-elemen simbolis dari berbagai wilayah dan bahan-bahan unik, mencerminkan keindahan serta keunikan setiap daerah yang menjadi inspirasi Merdi.

Motif-motif khas akan ditampilkan melalui presentasi fotografis, dilengkapi berbagai program memukau yang menggabungkan unsur fesyen, teknologi media, seni pertunjukan, seni tradisional, sampai wearable art.

Selama dua pekan ke depan, The Flying Cloth juga akan menjadi wadah interaksi dan edukasi. Rangkaian workshop, seminar, dan diskusi kreatif akan mengajak publik untuk lebih memahami konsep fesyen berkelanjutan.

Indigineous Fashion Nusantara ke Panggung Dunia

Kiprah profesional Merdi mustahil dipisahkan dari ikatan emosional yang ia bangun dengan komunitas pengrajin dan perempuan di desa-desa terpencil, dari Mentawai, Sumatra Barat hingga Wamena, Papua, yang setia menjaga tradisi wastranya.

Merdi, bersama Yayasan Merdi Sihombing dan Eco Fesyen Indonesia, gigih menggali warisan leluhur di berbagai daerah dan memperkenalkannya kembali melalui karya-karya kontemporer yang tetap menghormati nilai budaya.

Merdi berhasil memukau dunia dengan menampilkan koleksinya di panggung-panggung fesyen bergengsi, seperti New York Fashion Week dan London Fashion Week, dan mendapatkan apresiasi dari Canada, Australia, Bangladesh hingga India.

“Saya juga memimpikan Indonesia menjadi pusat mode bagi masyarakat adat, atau indigenous fashion, di panggung dunia. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dengan masyarakat adat yang begitu beragam, masing-masing menyimpan potensi besar yang belum tergali sepenuhnya. Dari ujung barat hingga timur Nusantara, tiap suku memiliki warisan tekstil dan seni hias yang unik, yang dapat diperkenalkan dan dipersembahkan kepada dunia,” ujar Merdi.

Acara ini dipersembahkan oleh Kementerian Kebudayaan, Indonesian Heritage Agency, dan Museum Nasional Indonesia dengan didukung oleh Bank Mandiri, Pertamina, Make Over, Amero, Lenzing, Coffee Hotel Ayola Dolok Sanggul, Asuransi Sinarmas, dan Humbang Kriya.

Pameran terbuka untuk umum hingga 24 November 2024.

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN

tirto.id - Diajeng
Sumber: Siaran Pers
Editor: Sekar Kinasih