tirto.id - Di tengah hiruk-pikuk aktivitas mencari nafkah dari pekerjaan formal, beberapa orang mencari sumber pendapatan dari kegiatan yang berkaitan dengan spiritualitas. Perasaan yang sering kali kurang tervalidasi, seperti kekhawatiran atau kecemasan, mendorong terbentuknya permintaan atas pembacaan kartu tarot.
Ahli tarot memang acap kali diminta pendapat atas fenomena tertentu, atau bahkan untuk menerawang satu kejadian. Dilibatkannya pembacaan tarot dalam isu hangat menunjukkan popularitas tarot yang hampir selalu stabil. Tak ayal, kemampuan untuk membaca kartu ini terbilang sangat menguntungkan.
Sebelum menilik potensi profesi ini, kartu tarot memiliki sejarah yang cukup panjang. Konon katanya, pada periode sebelum Renaisans, tarot pertama kali muncul pada 1430-an di Italia dengan istilah tarocchi yang bentuknya mirip dengan kartu remi dengan perbedaan simbol kedudukan lebih tinggi yang dimiliki tarot.
Tarot diperlakukan seperti permainan kartu pada umumnya, yang kemudian berevolusi menjadi alat untuk meramal pada tahun 1780-an di Prancis. Sejak saat itulah, tiap elemen kartu tarot dikaitkan memiliki makna tersendiri. Misal, dalam tarot arcana minor, tongkat sihir dihubungkan dengan masalah bisnis dan ambisi karier, cangkir dengan cinta, atau pedang dengan konflik.
Peranan Tarot Kini
Peralihan fungsi tarot tersebut terus berlanjut hingga hari ini. Tarot bukan lagi permainan kartu, tetapi bertransformasi penuh pada pembacaan. Pada artikel Tirto sebelumnya, tarot umumnya untuk membaca peluang masa depan, jawaban atas kekhawatiran, atau bahkan mempersiapkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dalam waktu mendatang.
Transformasi ini yang kemudian mengangkat nilai pasarnya. Sebuah studi oleh McKinsey & Well menyebut bahwa pasar kartu tarot diperkirakan akan tumbuh sebesar 214,34 juta dolar AS atau setara Rp3,34 triliun (asumsi kurs Rp15.600/dolar AS) selama tahun 2022-2026.
Dengan tren pertumbuhan positif, tak heran jika orang yang menekuni profesi pembaca kartu tarot dapat meraup keuntungan yang cukup tinggi. Mari kita simulasikan.
Satu kali pembacaan tarot umumnya memakan waktu paling singkat 30 menit. Sesi paling cepat dengan pembacaan sederhana ini dipatok seharga Rp100 ribu dan berlaku kelipatan untuk tiap penambahan durasi. Namun, khusus pembacaan offline, harga akan melesat jadi Rp250 ribu per jam.
Dihitung-hitung, dengan dua belas pembaca yang mengikuti sesi, setidaknya Rp1,2 juta sudah bisa dikantongi dalam sehari oleh seorang pembaca tarot.
Lebih lanjut, meski sering disandingkan dengan spritual atau ilmu mistis, sejatinya pembacaan kartu tarot jauh dari kedua hal itu. Persiapannya tidak susah. Hanya butuh dek tarot, belajar mandiri, atau ikuti kursus online yang sudah mulai tersedia. Tada! Kemampuan baca tarot bisa dikomersialisasikan.
Walaupun ada yang skeptis terhadap ramalan tarot, Zania yang belajar membaca tarot sejak duduk di bangku kuliah dua tahun lalu, menyebut pembacaan tarot hampir selalu sesuai dengan kebenarannya. Menurutnya, pembacaan tarot menyerap energi klien yang kemudian menghasilkan hasil yang dipersonalisasi.
“Tarot itu menyerap energi yang mau dibaca. Jadi, hasilnya akan selalu relate dengan kehidupan si yang mau dibaca,” jelasnya.
Membayangkan kartu menyerap energi, kata mudah pasti jauh dari bayangan. Namun, nyatanya, belajar tarot tidak sesusah itu. “Aku belajar dari YouTube,” ungkap Zania menangkis dugaan sulit dalam mempelajari tarot.
Dari tontonan YouTube, Zania belajar untuk memahami makna dari setiap kartu yang dibelinya.
Hal yang cukup memberatkan adalah menghafalkan seluruh arti dari tiap kartu yang berjumlah 78.
Zania memberikan beberapa panduan bagi yang tertarik memulai, yakni dengan menonton menonton video lebih dulu atau membeli kartu dek yang direkomendasikan untuk pemula, seperti Rider Waite Smith yang harganya berkisar pada Rp150 ribu.
Langkah kedua yang opsional, tetapi bisa sangat membantu pemula tarot, adalah membuat salinan dari dek tarot yang dipunya. Dengan salinan tersebut, Anda bisa lebih mudah menggunakannya jika ingin menulis, mewarnai, atau mencatat makna terkaitnya.
Selanjutnya, tandai arti kartu tarot. Tiap kartu memang menyertakan artinya yang disebut sebagai indeks. Namun, untuk mempermudah, Anda boleh menandai kartu apabila lupa atau ingin masuk lebih dalam ke kartu tertentu.
Langkah-langkah ini sebaiknya diulangi secara rutin. Dengan berlatih setiap hari, Anda bisa lebih cepat menjadi andal. Opsi lainnya, ada kursus yang tersedia untuk belajar tarot.
Dengan mengikuti kursus ini, tentunya langkah-langkah yang sebelumnya telah disebutkan bisa dilewati dengan belajar bersama tutor dalam kursus ini langsung. Untuk itu, biaya belajarnya tidak merogoh kocek lebih besar dari harga kartu, pada kisaran Rp129 ribu.
Mau belajar sendiri atau belajar didampingi? Mengerti cara membaca kartu tarot hari ini sepertinya bisa menjadi investasi yang menguntungkan. Jadi, tertarik untuk belajar tarot?
Editor: Dwi Ayuningtyas