tirto.id - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan mengintensifkan Gerakan Citarum Harum dengan melakukan pembangunan infrastruktur.
“Kementerian PUPR telah melakukan penanganan Sungai Citarum sejak lama diantaranya melakukan pengerukan. Namun, dalam dua tahun ada sedimentasi lagi karena bergantung pada kondisi Hulu Sungai Citarum di Cisanti. Itu bukti tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan engineering saja,” kata Menteri Basuki di Gedong Sabilulungan, Kabupaten Bandung, pada Selasa (19/02/2019).
Untuk penanganan Sungai Citarum yang lebih komprehensif, Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Perpres 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum atau dikenal Program Citarum Harum.
Dijelaskan Menteri Basuki bahwa yang dilakukan Kementerian PUPR untuk mendukung Gerakan Citarum Harum adalah pengelolaan sumber daya air, pengelolaan limbah cair dan padat di sepanjang sungai dan permukiman kembali masyarakat yang tinggal di bantaran maupun kawasan rawan bencana banjir.
Tugas tersebut selanjutnya diimplementasikan dengan berbagai pembangunan infrastruktur.
Dalam pengelolaan Sungai Citarum, saat ini tengah dikerjakan sejumlah kegiatan penanganan banjir, antara lain Pembangunan Terowongan Nanjung (Curug Jompong), Kolam Retensi Cieunteung Dayeuh Kolot, Embung Gedebage, Floodway sungai Ciantig – Citepus sebagai bagian dari penanganan banjir di kawasan Pasteur - Kota Bandung, dan pembangunan floodway sungai Cisangkuy.
Kemudian dilakukan peningkatan kapasitas Sungai Citarum Hulu dan normalisasi sejumlah sungai yakni 4 anak Sungai Citarum (Sungai Cikijing, Cikeruh, Cimande, dan Citarum Hulu), Sungai Citepus, Sungai Cinambo, Sungai Cilember, Sungai Cibeureum. Selain itu, pembangunan 266 buah checkdam sebagai pengendali sedimen, di mana hingga kini sudah terbangun 146 buah check dam.
Selanjutnya, Menteri Basuki melakukan peninjauan ke proyek Terowongan Nanjung (Curug Jompong) di Desa Nanjung, Kabupaten Bandung usai menghadiri Citarum Expo.
Menteri Basuki mengatakan pembangunan Terowongan Nanjung dilaksanakan untuk memperlancar aliran sungai Citarum di Curug Jompong, dan mengurangi lama dan luas genangan yang sering terjadi pada saat musim hujan di Kecamatan Dayeuh Kolot dan sekitarnya.
“Dua tunnel tersebut memiliki panjang masing-masing 230 meter dengan progres 21 persen, dan akan rampung Desember 2019. Kedua terowongan akan bisa ditembus pada bulan Juni 2019,” tambah Menteri Basuki. Proyek dikerjakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya dan PT Adhi Karya KSO, dengan anggaran sebesar Rp352 miliar.
Sementara rampungnya pembangunan kolam retensi Cieunteung sudah terlihat manfaatnya. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bob Arthur Lambogia mengatakan genangan air yang biasanya sampai 4-5 hari, saat ini berkurang menjadi 1 hari dan kondisi kembali normal. Kolam retensi tersebut akan dilengkapi empat pompa berkapasitas 12,5 m3.
Dalam pengelolaan limbah, Kementerian PUPR akan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal dan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui Program TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse dan Recycle).
Dalam Program Citarum Harum telah disepakati rencana aksi yang mengatur pembagian tanggung jawab Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan stakeholder lainnya.
“[Dengan Perpres pun] tidak berhasil jika tanpa leadership yang kuat. Bila kita bekerja masing-masing, hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, rencana dan program aksi yang sudah disepakati, harus kita taati bersama. Siapa berbuat apa, dimana, besarannya, kapan selesainya dan apa outputnya,” ujar Menteri Basuki.
Reporter: Dhita Koesno
Penulis: Maya Saputri