tirto.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Sugiono, menekankan kembali komitmen Indonesia terhadap perlucutan senjata nuklir saat menghadiri Sidang Tingkat Tinggi Peringatan International Day for Total Elimination of Nuclear Weapons di Markas Besar PBB, New York, Jumat (26/9/2025).
Sugiono menegaskan, senjata nuklir masih menjadi ancaman besar bagi kemanusiaan. Indonesia melihat kepemilikan lebih dari 12 ribu hulu ledak oleh segelintir negara sebagai situasi yang berbahaya dan tidak adil bagi stabilitas dunia.
“Indonesia menegaskan bahwa senjata nuklir tetap menjadi ancaman bagi kemanusiaan yang di mana saat ini ada lebih dari 12 ribu hulu ledak yang dimiliki oleh segelintir negara saja,” ujar Sugiono dalam keterangan pers resmimya sebagaimana dikutip Sabtu (27/9/2025).
Sugiono menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia mendorong negara-negara pemilik senjata nuklir untuk mematuhi kewajiban perlucutan sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Sugiono menilai, kepatuhan terhadap aturan internasional itu harus segera diperkuat agar ancaman senjata nuklir tidak terus membayangi umat manusia.
“Dan kita juga menyampaikan dan menyerukan pentingnya dorongan untuk berbagai mekanisme perlucutan senjata termasuk kepatuhan terhadap penegakan Pasal 6 Traktat Non-Proliferasi Nuklir,” katanya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya mengaktifkan kembali Konferensi Perlucutan Senjata sebagai forum negosiasi multilateral.
Sugiono juga menyoroti urgensi pemberlakuan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (CTBT) serta ajakan agar semua negara bergabung dalam Traktat Pelarangan Senjata Nuklir (TPNW).
“Dan kemudian pengaktifan kembali konferensi perlucutan senjata sebagai forum negosiasi multilateral. Dan kemudian pemberlakuan traktat pelarangan menyeluruh uji coba nuklir dan mengajak semua negara untuk bergabung dalam traktat pelarangan senjata nuklir,” ujarnya.
Menurutnya, ancaman nuklir kini semakin kompleks terutama dengan adanya perkembangan teknologi akal imitasi/artificial intelligence (AI).
Sugiono memperingatkan kemungkinan AI dimanfaatkan untuk mengoperasikan senjata nuklir, yang berpotensi menambah ketidakpastian dan meningkatkan risiko global.
“Ada satu alasan lagi kenapa kita ingin agar dilakukan perlucutan senjata, karena ada kemampuan dari AI untuk bisa kemudian, apa namanya, digunakan untuk senjata nuklir, dan ini merupakan sesuatu yang sebenarnya menjadi kekhawatiran bagi banyak negara,” ucap Sugiono.
Sugiono juga menyoroti keterkaitan erat antara ancaman dunia maya (cyber threat) dengan terorisme yang dapat memperbesar bahaya apabila berpadu dengan kemampuan nuklir. Hal ini disebutnya sebagai salah satu alasan utama dunia harus segera mengambil langkah konkret dalam perlucutan senjata.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































