tirto.id - Sederet pengumuman diluncurkan dalam One Piece Day yang dihelat pada 21-22 Juli 2023 lalu. Pada event tahunan untuk merayakan One Piece karya Eiichiro Oda itu, tiba kabar terkait kelanjutan serial animenya hingga trailer penuh untuk adaptasi live-actionOne Piece oleh Netflix.
Lain itu, ada satu pengumuman lagi yang bisa dibilang sebagai kejutan bagi para fan Oda. Monsters, salah satu one-shot manga karya Oda bakal segera dihidupkan dalam medium anime. Satu poster dan klip teaser pendek dengan ilustrasi naga menyertai pengumuman.
Seperti dilansirAnime News Network, OVA (original video animation) Monsters bakal berdurasi sepanjang satu episode. Sunghoo Park yang pernah mengarahkan Jujutsu Kaisenmusim pertama serta film Jujutsu Kaisen 0 didapuk menjadi sutradaranya. Dan studio animasi milik sang sutradara, E&H Production, bakal menangani animasinya.
Animenya nanti bakal dijuduli Monsters: Ippaku Sanjō Hiryū Jigoku. Namun, para fan agaknya mesti bersabar dulu karena sejauh ini belum ada tanggal rilis yang tertera.
Jejak dan Kaitan Monsters dengan One Piece
Monsters merupakan kisah yang ditulis Oda semasa berusia 19 tahun. Kala itu, dia menjadi asisten Shinobu Kaitani (One Outs, Liar Game). Itu adalah sebuah cerita pendek sepanjang 45 halaman atau sekitar satu-dua chaptermanga panjang.
Pertama kali dipublikasikan oleh Shueisha di Weekly Shonen Jump pada 1994, Monstersmerupakan satu dari sedikit karya Oda yang dipublikasikan sebelum fokus mengkaryakanOne Piece yang masih berdiri gagah hingga hari ini.
Terjemahan resmi berbahasa Indonesia one-shotinibisa ditemukan dalam kompilasi berjudul Wanted! terbitan Elex Media Komputindo. Monsters dirangkum di sana bersama beberapa cerita pendek lain, seperti Wanted, Ikki Yako, dan Romance Dawn, manga one-shot “prototipe” One Piece.
Dalam Wanted!, memang belum ada cerita yang bisa dikatakan semenghibur dan sekocak One Piece. Namun, cerita-cerita itu sudah sangat cukup untuk menunjukkan kemampuan sang mangaka dalam urusan merancang plot. Pun terlihat kecenderungan Oda untuk menulis kisah yang berkutat di karakter-karakter utama yang outlaw, pengelana, atau antihero secara umum.
Berbeda dengan cerita pendek lainnya dalam Wanted!, Monstersdikonfirmasi Odasebagai kanon dalam loreOne Piece. Ini terutama lantaran kisahnya yang menyorot seorang pendekar pengembara yang namanya tak asing bagi fan manga yang telah menembus lebih dari 1000 chapter itu, Shimotsuki Ryuma.
Tak hanya berlaku sebagai kisah kanon, desain karakter-karakter dalam Monsters pun dikembangkan dan di lebih lanjut oleh Oda pada One Piece. Karakter Sirano (yang dipanggil Ryuma sebagai Pak Kumis), misalnya, berpenampilan bagai pendekar pedang era Renaisan atau karakter pendekar pedang dalam Three Musketeers-nya Alexandre Dumas.
Desain serupa lalu diterapkan Oda pada sederet karakter dalam Inuarashi Musketeer Squad dan lebih mencolok lagi pada karakter favorit para fan, Dracule Mihawk.
Sementara itu, si karakter utama Ryuma sangat mengingatkan pada pendekar pedang Bajak Laut Topi Jerami, Roronoa Zoro. Tak hanya soal keduanya kelak bersinggungan takdir dalam One Piece, tapi juga dari segi desain. Bila Sirano lebih menyerupai pendekar pedang Eropa, Ryuma adalah seorang samurai.
Kepribadian Ryuma yang riang barangkali lebih menyerupai protagonis utama One Piece, Monkey D. Luffy. Namun, dari aspek tampilan maupun nilai-nilai pendekar yang diusungnya, Ryuma jelas menjadi prototipe untuk karakter Zoro.
Berangkat dari Hasrat Sederhana
Plot Monsters bermula pada hilangnya terompet tanduk naga. Benda itu bisa digunakan untuk memanggil naga, yang dengan segala kengeriannya sanggup mendatangkan kehancuran dalam semalam.
Dalam waktu sesingkatnya, naratif Monsters dengan mudah memikat. Dengan twist pada jalan cerita, dengan pesona karakter dan penulisan struktur yang solid.
Art style-nya pasti bakal mengingatkan pembaca padaOne Piece era awal, dengan desain kota alawild west yang liar sekaligus terasa lengang lantaran banyaknya ruang kosong. Desain karakternya masih cukup menjejak dan proporsional, belum seaneh dan seliar para anggota, katakanlah, Baroque Works atau Donquixote Pirates.
“Gejala” keanehan nisbi hanya muncul dalam karakter pendekar remeh seperti D.R. yang merajah namanya sendiri di wajah.
Begitu pun dengan desain naga yang alih-alih seperti bagaimana-Oda-biasa-menggambar-naga, malah lebih menyerupai karakter naga Sennenryu dalam arc kisah Warship Island—salah satu filler (nonkanon/hanya muncul di anime) dalam One Piece.
Monsters bisa jadi cerita kepahlawanan biasa, arketipe hikayat antihero atau trope zero-to-hero pada umumnya, dengan karaktervillain yang dua dimensional. Bisa jadi demikian saja, sampai Oda memamerkan keandalannya dalam menyisipkan backstory yang memberikan kedalaman serta motif lebih memikat, kutipan yang kuat ("nilai pertarungan itu bukan ditentukan oleh besarnya pujian yang didapat, melainkan apa yang dilindungi"), dan pastinya karakter memesona yang kerap kita temukan dalam manga-nya di kemudian hari.
Lebih jauh, kita bisa mereka-reka bahwa Monsters mungkin bukanlah ihwal naga yang mengerikan, melainkan manusia yang dengan ketamakan dan kelicikannya berlaku bak monster terhadap spesies sendiri. Meskipun demikian, judul tersebut sejatinya hanya menyoal orang-orang kuat yang saking kuatnya bisa disebut monster. Catatan macam itu juga dituangkan Oda pada setiap akhir manga dalam kompilasi Wanted!.
Monsters juga sebetulnya “hanya” datang dari kegemaran sang mangaka pada judul berakhiran "—ters", seperti Drifters, Mobsters, dan semacamnya. Lebih sederhana lagi, manga ini semata datang dari keinginannya untuk menggambar adegan menebas naga dalam panel besar.
Bermula dari intensi yang sederhana, ia lalu dikembangkan jadi jalinan kisah yang cukup memikat.
Dan Monsters jelas salah satu kisah pendek terbaik Oda sebagai mangaka. Adaptasi animenya bakal memberi kesempatan untuk para fan lebih luas dalam mengenal karya Oda pra-One Piece, atau fan anime secara umum, dengan gaya animasi yang—bisa kita antisipasi—lebih canggih pula sesuai dengan selera modern.
Editor: Fadrik Aziz Firdausi