tirto.id - Mental breakdown merupakan istilah untuk menyebut kondisi stres berat yang membuat seseorang tidak mampu menjalankan aktivitas seperti saat normal. Umumnya, kondisi yang disebut dengan mental breakdown adalah periode ketika stres akut berdampak pada emosi dan fisik.
Istilah mental breakdown pernah dipakai untuk merujuk kepada gejala depresi, kegelisahan, dan gangguan stres akut. Meskipun mental breakdown tidak lagi dianggap sebagai istilah medis, lema ini masih kerap dipakai untuk mendeskripsikan stres yang intens dan ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi masalah hidup, demikian mengutip dari laman Health.
Kondisi mental breakdown dapat membuat seseorang mengalami tekanan perasaan yang seolah-olah mencapai titik puncak. Selain bisa mengalami depresi berat, stres, hingga kecemasan, orang yang mengalami kondisi ini juga dapat mengalami sakit fisik, termasuk pingsan, serangan jantung, sampai stroke.
Menukil penjelasan di laman Vunela, kondisi mental breakdown disebabkan karena stres dan rasa cemas yang terjadi berkepanjangan. Seseorang akhirnya memiliki hidup tidak terkendali. Kendati demikian, apabila orang tersebut mampu mengurai stres dan kecemasan yang dialami, gangguan ini dapat diredakan.
Ada sejumlah ciri atau tanda-tanda kondisi mental breakdown. Di antara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tidak mempunyai waktu beristirahat. Orang akan tampak selalu terburu-buru melakukan satu hal ke hal berikutnya tanpa jeda.
2. Hidup normal serasa tidak bisa dikendalikan. Orang tersebut seperti kehilangan konsentrasi dan fokus. Dia seperti bingung untuk menentukan mau berbuat apa dari sekian banyak hal yang mesti dikerjakan.
3. Menarik diri dari lingkungan sosial. Saat gangguan mental datang, seseorang bisa menjadi lebih senang menjadi penyendiri. Dia memilih mengisolasi diri dengan kesepian.
4. Sulit tidur. Stres dan gangguan kecemasan cenderung membuat orang sulit memejamkan mata. Akibatnya, ia mudah terkena insomnia di malam hari. Pikirannya juga tidak tenang.
5. Mengalami serangan panik. Orang yang hidup dengan kecemasan akan merasa takut luar biasa. Serangan panik ini bisa cukup buruk untuk kesehatan mental.
6. Perubahan suasana hati yang ekstrem. Gangguan mental dapat membuat orang mudah berubah suasana hatinya. Kadang senang, tapi bisa mendadak merasa sedih tanpa alasan pasti.
7. Mencari pelarian negatif. Ketika tekanan mental udah akut, seseorang bisa lebih mudah mencari pelarian negatif. Misalnya mengonsumsi narkoba, menenggak minuman keras, atau lainnya.
8. Merasa gagal tanpa harapan. Gangguan mental menempatkan seseorang dalam perasaan putus asa yang berat. Dia menganggap hidupnya gagal dan seolah tidak ada solusi lagi.
9. Mengalami mati rasa. Beberapa orang yang berada di puncak mental breakdown mengaku tidak merasakan apa-apa dalam hatinya. Selain merasa hampa, mereka pun enggan memikirkan dirinya termasuk penampilan, minat, maupun cita-cita.
Tips Mencegah Mental Breakdown
Seperti halnya penyakit fisik, gangguan kesehatan mental sebaiknya segera diatasi. Sebab, apabila dibiarkan, masalah akan bertambah akut dan mengarah pada gangguan mental serius.
"Orang yang kewalahan secara emosional mungkin merasa hidupnya tidak ada harapan, mereka merasa 'jadi gila', dan menganggap tidak akan pernah bisa kembali normal," kata Heather Senior Monroe, MSW, LCSW, pekerja sosial dan direktur pengembangan program di Newport Academy, seperti dilansir situs Prevention.
Meski begitu, kondisi mental breakdown dapat dicegah dengan melakukan berbagai aktivitas yang menunjang kesehatan pikiran. Selain bertemu dengan dokter atau psikiater, beberapa hal berikut dapat digunakan untuk mencegah mental breakdown:
- Berolahraga tiga kali dalam sepekan. Misalnya: jalan kaki selama 30 menit per sesinya.
- Melakukan meditasi dan menerapkan teknik pernapasan untuk relaksasi pikiran.
- Menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga, termasuk untuk saling berbagi cerita.
- Batasi waktu bekerja dan berikan kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat.
- Ambil waktu istirahat saat malam hari, akhir pekan, dan selama cuti atau liburan.
- Lakukan konseling dengan psikolog jika diperlukan untuk mengelola stres.
- Jauhi kafein, narkoba, alkohol, dan zat aditif lain sebagai pelarian.
- Perbaiki pola makan dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran.
- Tidur teratur 6-8 jam setiap malam.
- Hindari melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu untuk mencegah kebingungan pikiran.
- Lakukan pekerjaan satu demi satu.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Addi M Idhom