tirto.id - Warna berpotensi dipakai untuk terapi kesehatan mental. Ini karena warna dapat mempengaruhi psikologi seseorang. Dalam perkembangan studi psikologi modern, terapi warna semakin diminati untuk mempengaruhi kondisi psikis. Bahkan, terapi warna diyakini bisa meredakan stres.
Mengutip dari Healthline, terapi warna sudah dipakai dari zaman Mesir Kuno. Di zaman lampau dari Yunani, Cina, dan India juga telah mengenal terapi ini. Saat ini, terapi warna berkembang sebagai terapi pengobatan pelengkap atau alternatif.
Masalahnya, riset tentang pengaruh warna terhadap kesehatan mental hingga fisik masih terbatas. Salah satu hambatannya: tidak banyak dana riset untuk topik ini. Meski begitu, sebagian peneliti meyakini bahwa warna dapat memberikan efek pada tubuh maupun mental manusia.
“Warna memiliki efek biologis dan psikologis tertentu pada manusia, dan saya pikir sudah saatnya kita mulai memanfaatkannya,” ujar Mohab Ibrahim, PhD, MD, profesor anestesiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Arizona, Tucson.
Ilmu kedokteran modern belum bisa memastikan lampu warna dapat mengobati penyakit fisik atau mental. Namun, ada sebagian bukti yang menemukan kaitan penggunaan cahaya berwarna dalam menurunkan tingkat nyeri, memperbaiki suasana hati, dan berefek pada tubuh.
Contohnya, terapi cahaya dipakai untuk mengatasi gangguan afektif musiman, yaitu depresi ketika musim gugur dan musim dingin. Pada bayi yang mengalami penyakit kuning setelah kelahiran, dia diberikan fototerapi cahaya biru agar kadar bilirubin di tubuhnya menurun.
Sementara itu, menurut hasil studi yang dipublikasikan National Institutes of Health, cahaya biru di siang hari dapat meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, waktu reaksi, dan suasana hati. Namun cahaya biru tidak baik untuk malam hari karena bisa mengganggu ritme sirkadian (siklus tidur dan bangun), meningkatkan risiko kanker, risiko diabetes, penyakit jantung, dan obesitas.
Mengutip dari laman Regain, cara mudah memanfaatkan terapi warna adalah dengan melihatnya dengan mata. Menatap cahaya berwarna selama beberapa menit diyakini akan memunculkan efek terapeutik. Namun, warna harus dipilih yang sesuai dengan tujuan terapi.
Tiap orang memiliki warnanya sendiri. Bisa jadi, warna tertentu dapat membuat seseorang lebih tenang dari stres. Namun, warna tersebut belum tentu cocok diterapkan untuk orang lain.
Meski demikian, secara umum, warna-warna memiliki kekhasannya tersendiri dalam memengaruhi mental seseorang. Berikut beberapa warna dan pengaruhnya pada tubuh, seperti dijelaskan dalam laman Regain, sebuah platform untuk konseling online terkait hubungan (relationship) di AS.
Pertama, warna hijau dinilai paling seimbang dari semua warna. Warna ini adalah teraman dalam meningkatkan suasana hati. Hijau sangat cocok untuk mengatasi kesedihan, depresi, stres, hingga putus asa.
Kedua, warna biru cenderung menguras energi jika diterapkan pada orang yang sedang lesu. Meski begitu, biru juga membantu batin lebih damai dan rileks sehingga tepat untuk relaksasi. Gunakan warna biru primer ketimbang yang agak gelap. Pasalnya, biru gelap justru bisa memicu kesedihan, depresi, hingga perasaan hampa.
Ketiga, warna kuning cocok untuk meningkatkan energi dan meningkatkan semangat beraktivitas. Hati pun bisa menjadi lebih bahagia dengan warna kuning. Tapi, warna kuning yang terlalu terang dikaitkan dengan unsur pengkhianatan, kekejaman, dan tipu daya. Gunakan warna kuning pekat untuk terapi warna.
Keempat, warna oranye dapat menstimulasi organ tubuh untuk penyembuhan fisik. Di samping itu bisa juga menambah energi pada mental. Namun, hindari memakai warna ini buat terapi apabila memiliki masalah kecemasan.
Kelima, warna merah bisa mempengaruhi kondisi emosional yang mungkin ekstrim. Salah satu penggunaannya lewat sinar infra merah yang memberikan efek terapeutik pada tubuh yang sakit. Sinar ini tidak disarankan diterapkan pada kepala.
Keenam, warna ungu dapat menimbulkan rasa tenang dan rileks. Warna ungu kerap kali dikaitkan dengan keindahan, spiritualitas, dan kebahagiaan.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Addi M Idhom