tirto.id - Istilah slut shaming dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk kekerasan kepada perempuan yang dilakukan secara verbal. Slut shaming juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan menstigmatisasi seorang wanita karena terlibat dalam perilaku yang dinilai provokatif secara seksual.
Tindakan yang dapat dikatakan sebagai slut shaming ini berupa mempermalukan dan merendahkan atau menghina seorang wanita karena perilaku seksualnya. Ini termasuk menghina cara wanita berpakaian, perasaan seksualnya, dan/atau penampilannya.
Media sosial menjadi salah satu ruang yang digunakan untuk melakukan slut shaming seperti melontarkan cercaan dan pelecehan seksual melalui kolom komentar dan mirisnya hal tersebut dianggap sebagai hal yang biasa.
Terjadinya slut shaming di ruang digital ini dikarenakan seseorang menyalahgunakan gambar, video, atau riwayat percakapan yang ekplisit secara seksual untuk mempermalukan seseorang.
Saat ini kita hidup dalam budaya seks yang dapat dikatakan negatif. Ini merujuk pada pandangan bahwa setiap wanita harus bisa menjadi komoditas yang dapat dikonsumsi dan menggoda, namun harus tetap mempertahankan kesan kemurnian dan keperawanannya.
Hal tersebut berkaitan erat dengan adanya rasa malu seksual karena wanita yang menikmati seks atau memiliki beberapa pasangan seks dianggap berdosa dan tidak bermoral. Sementara, slut shaming bertujuan untuk menghukum dan mempermalukan wanita tersebut karena tidak mengikuti norma budaya.
Contoh Tindakan yang Termasuk Slut Shaming
Slut shaming pada masa sekarang ini sudah seperti budaya yang begitu mendarah daging karena hampir semua orang melakukannya atau dengan sadar ataupun tidak. Berikut ini melansir Teen Vogue, berikut beberapa contoh slut shamming yang mungkin dilakukan tanpa kita sadari :
- Menyalahkan wanita jika terdapat seseorang menyebarkan foto telanjangnya yang dicuri.
- Mengolok-olok praktik seksual orang lain karena bagi anda itu adalah suatu hal yang “aneh.”
- Menganggap seorang wanita hanya berdandan untuk membuat pria terkesan.
- Berbicara secara berbeda terkait dengan wanita yang berhubungan seksual daripada pria yang berhubungan seksual.
Dampak Slut Shaming pada Korban
Konsekuensi dari adanya slut shaming yang dialami oleh seorang wanita justru berdampak sangat buruk bagi produktivitas maupun kesehatan mental mereka. Jika slut shaming dilakukan di sekolah, maka akan berdampak pada penurunan prestasi akademiknya, kekerasan di sekolah, serta perilaku nakal.
Sedangkan slut shaming yang dilakukan di tempat kerja, akan berdampak pada produktivitas, kreativitas, dan profesionalisme umum karyawan wanita. Lebih jauh dari itu, slut shaming dapat mengakibatkan frustasi, kesepian, dan pengucilan sosial dalam jangka waktu yang panjang.
Seringkali tanpa disadari, slut shaming menjadi salah satu bentuk perundungan atau pelecehan seksual yang berimplikasi cukup signifikan diantaranya mengalami masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri.
Penyebab dan Cara Mengatasi Slut Shaming
Shaheen Shariff dan Ashley De Martini (2015) menjabarkan dalam buku bertajuk EGirls, ECitizen (Bailey & Steeves, Ed.) bahwa slut shaming merupakan mekanisme penertiban perilaku dan penegakan norma sosial yang berefek pada pembatasan seksualitas dan ekspresi diri perempuan.
Hal ini kemudian menyokong pemikiran keliru bahwa perilaku wanita yang merupakan penyebab perkosaan atau tindak kekerasan seksual lainnya. Kenyamanan serta ekspresi diri yang dicerminkan melalui cara berpakaian seringkali dikesampingkan dan dikalahkan dengan stigma negatif terhadap wanita yang dilakukan oleh masyarakat.
Tidak sedikit masyarakat yang saat ini masih berpikir bahwa wanita seksi bersalah atas kejahatan seksual yang terjadi kepadanya. Pemikiran ini kemudian menutup fakta bahwa pelecehan seksual juga menimpa seorang wanita yang berpakaian sopan atau tertutup.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengubah budaya tersebut adalah dengan mengubah perilaku yang dimulai dari diri kita sendiri. Jika kita berupaya untuk menghindari slut shaming, maka orang lain juga dapat mengikuti jejak kita.
Dengan memutuskan untuk berhenti melakukan slut shaming, maka itu berarti bahwa kita juga memutuskan untuk berhenti menyalahkan wanita-wanita lain atas ketakutan dan ketidaknyamanan yang terkait dengan tubuh dan seksualnya.
Penulis: Ririn Margiyanti
Editor: Yonada Nancy