Menuju konten utama

Mengenal Sejumlah Tradisi Masyarakat Betawi saat Lebaran

Masyarakat Betawi memiliki sejumlah tradisi khas saat menyambut lebaran atau Hari Raya Idul Fitri.

Mengenal Sejumlah Tradisi Masyarakat Betawi saat Lebaran
Perajin membuat ketupat lebaran di Halaman Rumahnya di Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (11/5/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc.

tirto.id - Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri merupakan waktu suka cita bagi umat Islam setelah menjalankan puasa Ramadhan selama sebulan penuh.

Masyarakat Indonesia di berbagai daerah mempunyai beragam tradisi khas pada saat menyambut Idul Fitri. Sejumlah tradisi khas dalam menyambut lebaran juga ada di masyarakat Betawi.

Di antara contoh tradisi menyambut lebaran yang masih hidup di masyarakat Betawi adalah makan ketupat, bermain bleduk, tuker rantang, andilan, dan lain sebagainya.

Berikut detail tentang sejumlah tradisi masyarakat Betawi saat merayakan lebaran.

1. Tradisi Perayaan Lebaran Selama 7 Hari

Masyarakat Betawi, terutama yang tinggal di kawasan Cengkareng (Jakarta Barat) memiliki tradisi perayaan lebaran selama 7 hari berturut-turut.

Selama 7 hari itu, warga Betawi melakukan kunjungan ke rumah kerabat dengan jadwal tertentu, yang merujuk pada kampung tujuan, atau wilayah yang menjadi lokasi tuan rumah silaturahmi.

Adapun jadwal kunjungan selama 7 hari tersebut sebagai berikut:

  • Hari pertama, berkunjung kepada orang tua, adik, kakak, dan keluarga inti.
  • Hari kedua, kegiatan berkunjung di kampung Selong - Tanah Koja
  • Hari ketiga, warga di daerah Kosambi akan bertugas sebagai tuan rumah
  • Hari keempat, keluarga dari daerah sekitar Ponpes Al-Itqon, Kompleks Cemara, Pondok Randu, Bojong, dan Pondok Cabe akan bertugas sebagai tuan rumah
  • Hari kelima, warga Betawi akan berkunjung kepada sanak famili yang berada di daerah Rawa Buaya dan Cengkareng (Bambu Larangan, Batu Ceper serta Poris)
  • Hari keenam, warga Betawi di daerah Cantigo, Pulo, Semanan, dan Gondrong akan bertindak sebagai tuan rumah
  • Hari ketujuh digunakan untuk mengunjungi sanak famili yang terlewatkan karena berbagai sebab. Jadi, hari ketujuh menjadi semacam hari pengganti untuk bersilaturahmi.

2. Tradisi Ketupat Betawi

Tradisi makan Ketupat ini dilaksanakan pada hari keenam setelah lebaran hari pertama, sebagai tanda berakhirnya pelaksanaan puasa sunah Ramadhan. Makanan ketupat ini akan diantarkan oleh warga kepada sanak saudara atau orang yang dituakan. Ketupat umumnya dihidangkan bersama sayur dan lauk-pauk.

Mengutip laman NU online, bahwa ketupat merupakan simbol terlepasnya segala kesalahan, sarana mengakui kesalahan, dan memaafkan kesalahan orang lain.

3. Permainan Bledukan

Sebagaimana dilansir laman Seni Budaya Betawi, anak-anak Betawi kerap bermain bledukan atau bermain lodong saat menyambut lebaran. Permainan ini dilakukan dengan menggunakan batang bambu dan karbit untuk menghasilkan bunyi seperti petasan.

4. Kebo Andilan

Tradisi ini berupa pengumpulan uang oleh warga Betawi untuk membeli kerbau dan bergiliran melakukan gembala selama bulan puasa. Kemudian, kerbau ini akan disembelih pada satu atau dua hari sebelum lebaran. Daging kerbau lalu akan dimasak serta dimakan bersama-sama.

Pemotongan kerbau ini merupakan wujud rasa syukur dan upaya menumbuhkan gotong royong di antara sesama warga Betawi.

5. Pembuatan Dodol Betawi

Pembuatan dodol Betawi buat menyambut lebaran biasa dilakukan dengan didahului pengumpulan uang secara patungan. Pembuatan dodol ini adalah wujud gotong royong warga Betawi.

Dalam tradisi ini, pembuatan adonan dodol dilakukan oleh para pria dewasa. Sedangkan, ibu-ibu bertugas untuk menyiapkan bahan dodol. Setelah matang, dodol akan dibagikan.

6. Tradisi Tuker Rantang

Tuker rantang pada malam lebaran juga menjadi salah satu tradisi masyarakat Betawi. Tradisi ini merupakan wujud saling berbagi antara tetangga dan sanak famili. Adapun isi rantang ini seperti semur daging maupun ketupat ketan dan sayur sambel godok. Rantang akan dikembalikan dan diisi makanan oleh orang yang tadinya diberi.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2021 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Addi M Idhom