tirto.id - Perilaku playing victim kerap ditemui di kehidupan sehari-hari. Orang yang melakukannya melemparkan kesalahan kepada orang lain, padahal kesalahan tersebut sering kali adalah hasil perbuatannya sendiri. Lantas, apa itu playing victim, tanda-tanda, dan penyebab terjadinya?
Perilaku playing victim tentu saja merugikan orang lain. Sayangnya, pelakunya kadang kala tidak sadar akibat buruk tindakannya tersebut.
Apabila ia sadar terkait perilakunya, orang tersebut adalah sosok toksik yang manipulatif. Ia memanfaatkan kelemahan orang lain untuk keuntungan pribadinya.
Suatu kesalahan dimanipulasi sedemikian rupa untuk melepaskan dirinya dari tanggung jawab yang seharusnya ia emban.
Dalam buku In Sheep's Clothing: Understanding and Dealing with Manipulative People (1996), George K. Simon menuliskan bahwa pelaku playing victim dalam bentuk manipulasi kerap menampilkan diri sebagai korban keadaan atau tindakan orang lain.
Tanda-tanda Sosok yang Playing Victim
Berikut ini tanda dan ciri-ciri sosok yang kerap melakukan playing victim.
1. Tidak bertanggung jawab
Sosok playing victim tidak bertanggung jawab atas perilakunya. Ketika tertimpa masalah, ia malah menimpakan kesalahan itu kepada orang lain.
2. Manipulatif
Sosok playing victim menggunakan cerita-cerita sedihnya untuk mempermainkan emosi orang lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan simpati, perhatian, dan dukungan.
Sosok demikian ini memanfaatkan rasa bersalah dan simpati orang lain untuk mempengaruhi dan melawan orang-orang yang ia anggap telah melukainya.
3. Sosok playing victim menguras emosi orang-orang di sekitarnya
Karena mereka tidak mau bertanggung jawab dan manipulatif, sosok playing victim kerap menguras emosi orang-orang di sekitarnya.
Sikap tak mau mengaku salah dan menimpakan kesalahan kepada orang lain menjadikan orang di sekitarnya tidak nyaman.
Orang terdekat sosok playing victim akan terbebani secara emosi, serta harus mendengarkan ocehan mereka.
Padahal, jika mau mengakui, mereka sendiri yang harus bertanggung jawab atas problem tersebut.
4. Mereka terjebak dalam hidup mereka
Mentalitas korban menjadikan sosok yang bertindak playing victim tidak berdaya. Akibatnya, mereka tidak berusaha untuk memajukan hidup mereka sehingga tidak berkembang.
5. Mengasihani diri sendiri
Sosok playing victim kerap mengasihani diri sendiri. Ia memandang bahwa dunia tidak adil, serta ia adalah sosok lemah yang tidak dapat mengubah keadaan tersebut.
Dengan mengasihani diri sendiri, ia berharap memperoleh simpati dan perhatian orang lain.
6. Sosok playing victim menyimpan dendam
Sosok playing victim kerap merendahkan orang lain dan mencari kesalahan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
Jika Anda menunjukkan kesalahan dan realita sebenarnya kepada sosok playing victim tersebut, dia akan menyimpan keluhannya terhadap Anda.
Selanjutnya, secara diam-diam, dia akan membalas dendam, sebagaimana dendamnya kepada orang-orang yang mudah ia salahkan selama ini.
7. Gampang memutuskan hubungan dengan teman atau orang sekitarnya
Apabila ia merasa bahwa teman atau orang terdekatnya tidak lagi mendukungnya, ia gampang memutuskan hubungan dengan mereka.
Sosok playing victim lazimnya tidak mau menerima pandangan berbeda dengan pendapatnya. Jika ada orang yang mengkritik atau menunjukkan kenyataan sebenarnya, ia akan memutuskan hubungan dengan orang tersebut.
Perilaku Playing Victim Muncul karena Mentalitas Korban
Perilaku playing victim kerap muncul pada orang yang memiliki mentalitas korban atau victim mentality. Kondisi itu berakar dari permasalahan di masa silam, baik itu pola asuh yang negatif hingga trauma masa lalu.
Dilansir Healthline, berikut ini penyebab munculnya mentalitas korban yang melahirkan perilaku playing victim.
1. Trauma Masa Lalu
Trauma masa lalu berpotensi menghambat keterampilan sosial seseorang. Orang yang mengalami trauma kerap merasa inferior dan mengasihani diri sendiri.
Dengan demikian, ketika ia berperilaku salah atau terperosok pada suatu problem, orang lain akan merasa iba.
Jika ada pengaruh orang lain yang turut membuatnya terjebak masalah tersebut, ia akan memanipulasi ceritanya sehingga orang itu akan merasa bersalah.
2. Pengkhianatan
Orang yang pernah dikhianati kepercayaannya cenderung merasa menjadi korban. Akibatnya, ia menjadi sulit mempercayai orang lain.
Sosok playing victim adalah sosok yang terluka dan pernah dikhianati di masa silam.
Sebagai akibatnya, ia pun terus merasa menjadi korban, kendati sebenarnya ia sendiri adalah penyebab masalah tersebut.
3. Ketidakmandirian
Ciri lain dari sosok playing victim adalah ketidakmandirian atau bergantung pada orang lain. Misalnya, orang jenis ini akan mengorbankan tujuan mereka untuk mendukung pasangan, teman, atau orang terdekatnya.
Hasilnya, mereka akan menjadi frustasi atau kesal karena tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika mau mengakui, padahal mereka pun berperan dalam situasi tersebut.
4. Tindakan Manipulatif
Beberapa orang yang berperan sebagai korban (victim player) gemar menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka timbulkan, menyerang dan membuat orang lain merasa bersalah, atau memanipulasi orang lain untuk menarik perhatian dan simpati.
Tindakan manipulatif dari orang yang melakukan playing victim kerap kali lahir dari orang-orang narsistik. Untuk mengenal lebih jauh kepribadian narsistik, klik di sini.
Editor: Addi M Idhom