tirto.id - Hypodontia merupakan kondisi genetik di mana tidak ada pertumbuhan 1 hingga 5 gigi.
Hypodontia termasuk pada kondisi agenesis gigi yang mencakup pula anodontia yaitu kehilangan seluruh gigi dan oligodontia yang menggambarkan kondisi hilangnya gigi lebih dari enam.
Hypodontia dan oligodontia merupakan kehilangan gigi yang berdasarkan pada jumlahnya. Oleh karenanya, hypodontia dan oligodontia dapat dikatakan sebagai anodontia parsial.
Dalam beberapa waktu tertentu, beberapa orang mungkin mengalami anodontia parsial yakni kehilangan beberapa jumlah gigi.
Kehilangan gigi pada umumnya terjadi sebagai bagian dari sindrom atau kelainan lain. Hal itu bersifat genetik atau turun temurun.
Hypodontia tidak hanya mengikuti jumlah gigi yang hilang. Kondisi tersebut juga mengikuti pola spesifik jenis gigi apa saja yang hilang.
Kondisi kehilangan gigi tersebut dapat mempengaruhi pria dan wanita dalam jumlah yang sama. Rare Disease dalam lamannya menuliskan pravalensi hipodontia adalah 2-8 persen dari populasi secara umum.
Penyebab Hypodontia
Karena hypodontia termasuk dalam kondisi agnesis gigi, penyebabnya bisa jadi sama. Rare Disease menuliskan salah satu penyebabnya adalah akibat displasia ektodermal.
Displasia ektodermal adalah kondisi herediter atau keturunan yang menyebabkan tidak adanya perkembangan yang progresif pada fungsi gigi, rambut, kuku dan kelenjar keringat, kelenjar ludah, kelenjar susu, dan saluran nasolacrimal.
Dilansir dari Healthline, kondisi herediter displasia ektodermal tersebut ditandai dengan alopecia atau kerontokan rambut yang disebabkan pada kondisi imunitas tubuh, kurangnya kelenjar keringat, bibir sumbing, dan kuku yang hilang.
Dalam kasus yang jarang terjadi, hypodontia dapat terjadi tanpa displasia ektodermal. Ini kemungkinan karena mutasi genetik yang tidak diketahui.
Ketika gigi pada bayi tidak mulai tumbuh saat memasuki usia 13 bulan atau tidak kunjung tumbuh gigi permanen pada anak yang berusia 10 tahun, hypodontia dapat mulai didiagnosis oleh dokter.
Dokter akan memeriksa gigi di gusi anak menggunakan sinar-X. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan gigi anak-anak sedikit lebih lambat.
Jika pemeriksaan menggunakan sinar-X tidak menunjukkan gigi apa pun di bawah gusi, besar kemungkinan bahwa itu adalah kondisi anodontia atau hypodontia atau oligodontia.
Penanganan Hypodontia
Hypodontia menyebabkan adanya celah di antara dua gigi. Celah tersebut hadir setelah gigi yang seharusnya menempati tidak tumbuh.
Salah satu cara dalam menangani hypodontia dapat dilakukan dengan memasang behel gigi atau kawat gigi.
Dalam leaflet yang ada pada laman Guy’s and St Thomas NHS Foundation Trust dituliskan bahwa kawat gigi atau behel dapat merapatkan dua gigi sehingga tidak dibutuhkan pergantian atau penambahan gigi pada celah tersebut.
Selain itu, behel gigi tersebut dapat membantu gigi tumbuh dengan baik dan sesuai pada tempatnya.
Selain kawat gigi, ada beberapa cara lain untuk menangani kondisi tersebut yaitu:
1. Pergantian gigi
Ada tiga jenis pergantian gigi yaitu menggunakan gigi palsu, pemasangan gigi palsu yang diikat pada gigi di sebelahnya, dan implan gigi. Implan gigi dipasang dengan sekrup logam dengan ditempatkan di tulang rahang.
2. Pembentukan kembali gigi
Gigi yang runcing dapat dibentuk dengan metode ini untuk meningkatkan penampilan gigi.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yandri Daniel Damaledo