tirto.id - Mengenal kepribadian pasangan sebelum menikah merupakan hal yang penting dan harus dilakukan. Hal ini akan membantu dan mempermudah komunikasi serta hubungan Anda bersama pasangan saat sudah menikah.
Selain itu, mengenal kepribadian pasangan dapat menghindarkan dari kecenderungan pasangan memiliki gangguan kesehatan mental seperti gaslighting.
Gaslighting adalah sebuah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan adanya sikap manipulatif terhadap pasangan. Oxford Dictionary menyebutkan bahwa sikap ini dapat membuat korban tidak dapat membedakan mana hal yang benar dan salah.
Upaya manipulatif ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk hubungan baik suami istri, pertemanan, atau lingkungan kerja. Tetapi, kasus yang terparah bisa terjadi dalam hubungan percintaan antara pasangan.
Aksi menipu dan manipulasi psikologis korban dalam sebuah hubungan percintaan bisa menjadi hal yang rumit. Hal ini disebabkan pelaku yang tidak mau disalahkan dan korban yang tidak dapat membedakan hal benar dan salah. Korban akhirnya merasa bergantung kepada pelaku, baik dalam perasaan maupun pemikiran.
Dalam buku berjudul The Gaslight Effect: How to Spot and Survive the Hidden Manipulation Others Use to Control Your Life milik Robin Stren, yang dikutip Healthline, tanda-tanda yang mungkin dimiliki oleh seorang korban gaslighting adalah sebagai berikut:
1. Tidak merasa seperti orang yang dulu
2. Menjadi lebih cemas dan kurang percaya diri dibandingkan dulu
3. Sering bertanya apakah diri terlalu sensitif
4. Merasa seperti semua hal yang dilakukan adalah salah
5. Selalu berpikir segala kesalahan bersumber pada diri sendiri
6. Sering meminta maaf
7. Memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi tidak dapat mengidentifikasi apa itu
8. Sering mempertanyakan apakah apa yang diberikan kepada pasangan telah sesuai
9. Membuat alasan untuk perilaku pasangan
10. Menghindari memberikan informasi kepada teman atau anggota keluarga untuk menghindari konfrontasi dengan pasangan
11. Merasa terasing dari teman dan keluarga
12. Merasa semakin sulit dalam membuat keputusan
13. Merasa putus asa dan tidak memiliki kesenangan yang biasa dinikmati
Seorang gaslighter biasanya memulai aksinya dengan berbohong. Melalui hal tersebut, para pelaku gaslighting mampu mengontrol pikiran dan merusak psikologi korban seperti yang diungkapkan pakar komunikasi Preston Ni.
Kebohongan akan terus diulang dan semakin meningkat apabila gaslighter ditantang. Ketika gaslighting menimbulkan korban, pelaku berhasil menciptakan hubungan saling bergantung. Ia juga memberikan harapan palsu bagi korban dan akhirnya dapat mendominasi hubungan tersebut.
Laman Psychology Today menuliskan beberapa tahapan dan variasi yang dapat dilakukan oleh para gaslighter yaitu:
Tahap 1: berbohong dan berlebihan
Tahap 2: sering mengulanginya
Tahap 3: meningkat ketika ditentang
Tahap 4: menggunakan atau memanfaatkan korban
Tahap 5: membentuk hubungan saling bergantung
Tahap 6: memberikan harapan palsu
Tahap 7: dominasi dan kontrol
Healthline menuliskan beberapa contoh gaslighting yang mungkin ditemui dalam kehidupan sehari-hari contohnya dengan meremehkan perasaan korban. Pelaku dapat melakukannya dengan mengatakan bahwa korban bisa jadi akan sangat menyesali ketika berbuat sesuatu.
Pelaku sangat memahami kepekaan dan kelemahan korban untuk kemudian dijadikan kekuatan melawan pada korban. Para pelaku akan membuat korban meragukan diri sendiri, penilaian, ingatan, dan kewarasan diri.
Pelaku juga dapat melakukan gaslighting dengan memberitahu bahwa orang-orang membicarakan korban di belakangnya. Ia mungkin akan mengatakan beberapa hal seperti “Semua keluargamu membicarakan kamu, mereka pikir kamu sangat menderita karena memiliki aku,” dan lain sebagainya.
Dalam hubungan percintaan, para pelaku gaslighting sering menyembunyikan perselingkuhannya dengan upaya ini. Ia akan mengatakan bahwa pasangannya sedang berhalusinasi dan menuduh tanpa bukti.
Lantas, bagaimana cara mengatasinya?
Akan terasa sulit bagi korban untuk menghadapi kenyataan bahwa dirinya sedang dipermainkan, terlebih oleh pasangannya sendiri. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan berani mengakui bahwa Anda adalah korban dalam hubungan tersebut.
Dengan melakukan penerimaan, akan dengan mudah menerima masukan-masukan untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi yakni seorang gaslighter.
Langkah selanjutnya adalah berkonsultasi dengan psikolog, psikiater, atau terapis. Mereka dapat membantu untuk memilah keraguan dan ketakutan menghadapi kenyataan yang dialami.
Selain itu, meninggalkan hubungan tersebut adalah langkah yang direkomendasikan. Anda perlu menegaskan kepada diri sendiri bahwa Anda berhak untuk bahagia. Masih ada banyak orang yang peduli dengan Anda, lalu fokuslah untuk menjalani hidup dengan bahagia selepasnya.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari