tirto.id - Mengenal negara-negara ASEAN dapat membantu kita memahami sejarahnya, sebagai salah satu perhimpunan bangsa terbesar di Asia Tenggara.
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara adalah organisasi negara di Asia Tenggara yang sejarahnya dibentuk tanggal 8 Agustus 1967.
Sejarah berdirinya ASEAN bermula dari pertemuan 5 menteri luar negeri perwakilan negara-negara Asia Tenggara, yakni Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Rajaratman (Singapura), Thanat Khoman (Thailand), dan Narciso Ramodi (Filipina). Pertemuan ini digelar di Bangkok, Thailand, pada 5 hingga 8 Agustus 1967.
Sejak awal dibentuk, ASEAN terus melakukan kerja sama dalam berbagai bidang. Hubungan kerja sama tersebut harus berpedoman pada Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia yang disepakati pada 24 Februari 1976 di Bali, yang isinya:
- Penghormatan terhadap kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integrasi wilayah nasional dan identitas nasional setiap negara.
- Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
- Menyelesaikan sengketa secara damai, menghindari penggunaan atau ancaman militer.
- Kerja sama efektif antara negara ASEAN.
Salah satu contoh relasi terbaru di kalangan negara-negara Asia Tenggara adalah digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Jakarta pada 24 April 2021 lalu untuk membahas krisis politik yang sedang terjadi di Myanmar.
Hasil dari pertemuan tersebut menyatakan bahwa Myanmar mesti menghentikan kekerasan antara aparat keamanan dengan rakyat yang terjadi akibat kudeta militer sejak 1 Februari 2021.
Pertemuan tersebut dibuat untuk menjalankan salah satu tujuan ASEAN, yakni menjaga perdamaian dan stabilitas wilayah melalui ASEAN WAY, yakni sebuah forum konsultasi oleh para pemimpin negara ASEAN guna menyelesaikan suatu permasalahan.
Latar Belakang Berdirinya ASEAN
Delia Albert melalui tulisan bertajuk “Staying the Course: from a Southeast Asian Community to an Asean Community” dalam buku An Evolving ASEAN Vision and Reality (2019:37) menyatakan, tahun 1960-an adalah masa-masa sulit bagi negara Asia Tenggara.
Terdapat sejumlah perselisihan baik dari internal maupun eksternal di kawasan Asia Tenggara, yakni sebagai berikut:
1. Sengketa teritorial maritim di Asia Tenggara
Sengketa wilayah perairan ini misalnya melibatkan Indonesia dengan Malaysia, Malaysia dengan Filipina, dan Singapura dengan Malaysia.
2. Perang Vietnam
Perang Vietnam muncul sebagai akibat dari perang kepentingan Blok Timur melawan Blok Barat. Perang di Vietnam berpengaruh pula terhadap stabilitas negara-negara di sekitarnya, seperti Kamboja, Laos, dan Thailand.
c. Ancaman komunisme dari Cina
Sejak kepemimpinan Mao Zedong yang berhaluan komunis pada 1949, Cina berusaha menyebarkan pengaruhnya di seluruh wilayah Asia, termasuk Asia Tenggara.
d. Terpecahnya negara Asia Tenggara akibat kolonialisasi
Kolonialisasi di wilayah Asia Tenggara melahirkan pandangan dan ideologi yang berbeda karena perbedaan negara penjajahnya.
Hasil dari penjajahan bangsa Eropa di negara Asia Tenggara memutuskan hubungan antarnegara Asia. Tiap negara justru memiliki hubungan erat dengan negara-negara Blok Barat dan hanya Indonesia yang tetap menjadi negara non-blok.
Negara di Asia Tenggara yang terafiliasi dengan Blok Barat adalah Malaysia dan Singapura yang tergabung dengan Selandia Baru, Inggris, dan Australia dalam Five-Power Defence Arrangement.
Ada juga Filipina yang bersekutu dengan Amerika Serikat, juga Thailand yang berkomitmen penuh terhadap negara adidaya motor Blok Barat tersebut.
Alasan Dibentuknya ASEAN
Konflik-konflik yang terjadi mendorong negara-negara di Asia Tenggara yang menjadi inisiator pembentukan ASEAN untuk dapat memastikan keamanan negara dan menyelesaikan perselisihan secara damai sebelum berujung pada konflik.
ASEAN akan melakukan cara-cara kooperatif seperti konsultasi dan dialog dalam menyelesaikan masalah. Lebih lanjut, organisasi ini juga dapat menjadi penghubung antara negara-negara Asia Tenggara yang sebelumnya saling teralienasi satu sama lain.
Selain karena adanya perselisihan antarnegara, dikutip dari modul Serumpun ASEAN (2020) yang disusun Peavey Marisha, ASEAN terbentuk atas kesamaan yang dimiliki oleh negara-negara di Asia Tenggara, meliputi sebagai berikut:
Persamaan Geografis
Wilayah ASEAN berada di lingkup Asia Tenggara yang berada di antara Benua Australia dan daratan Benua Asia serta di antara Samudra Hindia dan Pasifik.
Persamaan Nasib
Hampir seluruh negara ASEAN dijajah oleh negara lain, seperti Malaysia dan Singapura yang dijajah Inggris, Indonesia oleh Belanda, Filipina oleh Spanyol dan Amerika, hanya Thailand yang terbebas atas penjajahan.
Persamaan Budaya
Penduduk Asia Tenggara adalah keturunan dari ras Malayan Mongoloid. Ras ini dalam perkembangannya banyak menerima pengaruh kebudayaan berupa warna kulit, kebiasaan, makanan pokok, dan adat istiadat dari wilayah India, Arab (Gujarat), dan Cina.
Persamaan Kepentingan
Seluruh negara ASEAN memiliki tujuan yang sama, yakni untuk kesejahteraan dan ketertiban baik dalam lingkup nasional maupun regional.
Severino dalam ASEAN (2008) memaparkan alasan kenapa diperlukan sebuah organisasi untuk menyatukan Asia Tenggara, yaitu:
- Sebagai sekumpulan Imitatition States yakni negara yang masih mencoba untuk membentuk stabilitas secara domestik. Negara-negara di ASEAN berpotensi untuk dijajah kembali oleh pihak-pihak luar demi kepentingan politis.
- Kerja sama regional lebih efektif daripada multilateral.
- Untuk menyatukan dan memperkuat posisi Asia Tenggara dari dominasi dua blok besar.
Tujuan Pembentukan ASEAN
ASEAN dalam awal pembentukannya bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan regional. Visi pertamanya adalah menyelesaikan perang dingin antarnegara dan perang Vietnam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ASEAN menggunakan cara-cara nonmiliter seperti melakukan kerja sama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan.
Peminggiran kerja sama dalam bidang politik dan militer berfungsi untuk menghindari kesan bahwa ASEAN adalah sebuah aliansi militer yang digunakan untuk melawan atau mendukung blok tertentu.
Netralitas ASEAN dibuktikan dalam 1971 Zone of Peace, Freedom and Neutrality Declaration yang disepakati di Kuala Lumpur, Malaysia pada 27 November 1971.
Deklarasi tersebut menyatakan Asia Tenggara sebagai “zona damai, bebas, dan netral dari segala bentuk campur tangan pihak luar”.
Dikutip dari ASEAN.org, tujuan ASEAN tertulis dalam Deklarasi Bangkok atau Piagam Bangkok yang ditandatangani oleh 5 (lima) pendiri ASEAN.
Tujuan ini didasarkan pada keinginan 5 negara untuk hidup damai, menyelesaikan perselisihan tanpa kekerasan, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Perinciannya sebagai berikut:
- Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan di wilayah ASEAN.
- Mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui kewajiban menghormati keadilan negara-negara di kawasan dan patuh pada piagam PBB.
- Mempromosikan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.
- Membantu satu sama lain dalam bentuk pelatihan dan fasilitas riset.
- Berkolaborasi secara efektif untuk mengembangkan agrikultur dan industri yang lebih baik, perluasan wilayah dagang, perkembangan transportasi, dan fasilitas komunikasi, serta menaikkan derajat hidup warga negaranya.
- Mempromosikan studi terhadap Asia Tenggara.
- Menjaga hubungan baik dengan organisasi internasional yang memiliki tujuan dan visi yang sama, serta membuka peluang untuk hubungan yang lebih dekat.
Daftar Negara Anggota ASEAN
Deklarasi Bangkok bersifat terbuka untuk negara Asia Tenggara lain yang memiliki tujuan yang sama. Atas dasar tersebut, maka negara-negara lain mulai bergabung di ASEAN.
Berikut daftar negara anggota ASEAN dan tahun bergabungnya dikutip dari arsip Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia:
- Indonesia (8 Agustus 1967)
- Malaysia (8 Agustus 1967)
- Singapura (8 Agustus 1967)
- Thailand (8 Agustus 1967)
- Filipina (8 Agustus 1967)
- Brunei Darussalam (8 Januari 1984)
- Vietnam (28 Juli 1995)
- Laos (23 Juli 1997)
- Myanmar (23 Juli 1997)
- Kamboja (30 April 1999)
Eksistensi ASEAN
Seiring dengan tuntutan zaman dan sebagai upaya menghindarkan pengaruh dari dua blok besar yang sedang bertikai di Perang Dingin, maka beberapa pemimpin negara di Asia Tenggara sepakat untuk memadukan perbedaan dengan membentuk perhimpunan yang diharapkan lebih solid dari upaya-upaya sebelumnya.
Maka, duta negara-negara itu berkumpul di Bangkok, Thailand, pada 8 Agustus 1967. Ada Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI), Narsisco Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina), Tun Abdul Razak (Wakil Perdana Menteri Malaysia), Sinnathamby Rajaratnam (Menteri Luar Negeri Singapura), serta Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand) sekaligus sebagai tuan rumah.
Mereka menandatangani Deklarasi Bangkok sebagai titik mula berdirinya ASEAN yang mengusung misi: One Vision, One Identity, One Community, atau "Satu Visi, Satu identitas, dan Satu Komunitas."
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pertama kali diadakan pada 1976 di Bali. Dalam KTT perdana ini, ASEAN menyatakan kesiapan untuk mengembangkan hubungan bermanfaat dan kerja sama yang saling menguntungkan antar-negara.
Berbagai bentuk kerja sama pun terjalin, termasuk dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, penanganan bencana alam, kesehatan, dan lainnya.
Kemudian, muncul usulan penyusunan Piagam ASEAN. Dikutip dari Constructing a Security Community in Southeast Asia (2014) karya Amitav Acharya, piagam ini bertujuan untuk mentransformasikan ASEAN dari asosiasi yang longgar menjadi organisasi internasional dengan dasar hukum dan struktur yang efektif dan efisien.
Usulan ini muncul dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-11 tahun 2005 di Malaysia. Piagam ini akhirnya terwujud dalam KTT ASEAN ke-14 di Singapura pada 2007. Tanggal 15 Desember 2008, Piagam ASEAN diluncurkan di Jakarta.
Pada perkembangannya, ASEAN juga merajut kemitraan dengan negara-negara di luar Asia Tenggara, terutama negara-negara di Asia yang dianggap lebih maju seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, bahkan India.
Saat meresmikan gedung baru Sekretariat ASEAN pada 8 Agustus 2019 yang dihadiri oleh para menteri luar negeri negara-negara anggota, Presiden Jokowi berharap organisasi ini tetap solid dalam menyongsong perkembangan dunia yang sangat pesat.
"Oleh karena itu, ASEAN harus dapat mempertahankan relevansinya, relevan bagi perkembangan baru dunia, relevan bagi pemenuhan kepentingan rakyat ASEAN, dan ASEAN harus bekerja lebih cepat dalam merespons perubahan yang sangat cepat," tandas Jokowi dalam sambutannya.
Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani