tirto.id - Belasan orang dikabarkan tewas di proyek Jalan Trans Papua Segmen 5 di Nduga, Papua. Mereka diduga menjadi korban dari kelompok bersenjata.
Tewasnya korban di proyek infrastruktur milik pemerintah itu diakui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono.
“Kami terkejut mendengar dan sedih mendengar laporan media hari ini,” kata Basoeki saat memberikan keterangan pers di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Menurut Basoeki, korban diduga dibunuh di salah satu proyek di wilayah segmen 5 Jalan Trans Papua, tepatnya di antara Kali Aorak (km 102+525) dan Kali Yigi (km 103+975). Mereka adalah karyawan PT Istaka Karya.
Proyek segmen 5 meliputi wilayah Wamena, Habema, Kenyam, dan Mamugu sepanjang 278 km. Proyek di segmen ini dikerjakan PT Istaka Karya dan PT Brantas Abipraya.
PT Istaka menggarap 14 jembatan sepanjang jalan Habema-Mugi, Nduga, Papua. Proyek pembangunan jembatan ini mulai dikerjakan pada 2016 dan ditargetkan rampung pada 2019. Sedangkan PT Brantas Abipraya mengerjakan 21 jembatan.
“Kami sedang membangun dan menyelesaikan penyempurnaan konektivitas tanah Papua. Tujuannya agar mobilitas perjalanan tak hanya melewati jalur udara lagi,” kata Basoeki.
Detail Lokasi
Menurut Sekretaris PT Istaka Karya Yudi Kristianto, jembatan Kali Yigi dan Kali Aorak memiliki panjang masing-masing 60 meter. Meski begitu, Yudi kurang paham berapa jarak antara jembatan Kali Yigi dan Kali Aorak.
“Jaraknya lumayan jauh. Dalam satu rute perjalanan antara Habema dan Mamugu, ada empat belas jembatan yang kami garap. Jarak antar-jembatan tidak sama, beda-beda, melewati pegunungan dan aliran sungai juga,” kata Yudi saat dihubungi reporter Tirto, Senin sore.
Dengan total 14 jembatan, PT Istaka Karya memiliki kontrak dengan pemerintah dengan nilai Rp184,4 miliar. Namun, ia tak bisa menjelaskan berapa rincian dana per jembatan.
Dari data yang dimiliki PT Istaka Karya, Yudi mengklaim ada 28 pekerja yang bertugas di dua jembatan tersebut. Itu artinya, setiap jembatan dikerjakan 14 pekerja.
Sejauh ini, Yudi menyebut, mereka belum mendapat informasi lengkap berapa pekerja yang tewas. Yang jelas, sebagian besar karyawannya yang ada di lokasi berasal dari Sulawesi.
Diklaim Rawan Gangguan Keamanan
Saat memberikan keterangan kepada wartawan di kantor Kemen PUPR, Direktur PT Istaka Karya Sigit Winanto menerangkan proses pembangunan dua jembatan itu tak selalu berjalan mulus.
Pekerja proyek, kata Sigit, kerap berkonflik dengan warga setempat selama mengerjakan proyek dari 2016. Namun, konflik tersebut masih bisa diatasi dengan negosiasi.
“Sebelum kejadian ini juga pernah ada gangguan. Satu-dua kali mungkin kami hentikan pengerjaan, pekerja kami tarik dulu ke Wamena. Kami carikan solusi dan kembalikan ke tempat itu," kata Sigit.
Saat disinggung apa yang sesungguhnya menjadi masalah, Sigit minim berkomentar dan langsung berujar “mungkin dari aparat keamanan yang bisa jawab”.
Pada kesempatan terpisah, Presiden Joko Widodo menyebut daerah Nduga adalah daerah merah. Daerah merah yang dimaksud Jokowi adalah zona yang rawan gangguan keamanan.
“Saya sudah tahu kejadiannya di Kabupaten Nduga. Ini kabupaten yang dulu warnanya merah. Saya pernah ke sana,” kata Jokowi, Selasa siang.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Mufti Sholih