tirto.id - Kondom telah teruji sebagai alat kontrasepsi maupun pencegah penularan HIV yang mumpuni. Namun, tingkat kepopulerannya tidak berbanding lurus dengan manfaatnya. Penularan HIV pun banyak terjadi karena seks berisiko dilakukan tanpa kondom.
“Kondom kurang diminati salah satu faktornya karena dianggap tidak nyaman, ditambah, di Indonesia, membeli kondom masih dianggap sebagai hal tabu,” ungkap Daniel Tirta, manajer brand kondom Sutra dan Fiesta kepada Tirto.
Selain itu, katanya, masih banyak masyarakat menganggap mereka tidak memiliki atau kecil risikonya tertular HIV atau Infeksi Menular Seksual (IMS). Pernyataan Daniel dikuatkan oleh studi Mary E. Randolph, dkk bertajuk "Sexual Pleasure and Condom Use" yang dilakukan pada 2007. Peneliti mewawancarai 80 perempuan dan 35 pria dengan rerata usia 22,29 tahun yang melaporkan hubungan seksual dalam 3 bulan terakhir.
Semua responden menyatakan hubungan seksual tanpa kondom lebih menyenangkan daripada menggunakan kondom. Pengaman yang terbuat dari lateks tipis itu dianggap mengurangi kenikmatan seksual, terutama bagi responden pria. Orang juga cenderung tidak menggunakan pengaman ketika mereka berhubungan seks dengan orang yang mereka kenal.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyatakan penyakit IMS mengalami kenaikan dari 2014 ke tahun 2017 di golongan milenial lantaran hal tersebut. Klamidia naik hampir 6 persen, gonore naik hampir 13 persen, dan sifilis naik 19 persen. Setiap tahun, terdapat hampir 20 juta kasus IMS baru, dan lebih dari setengahnya menginfeksi kelompok usia 15-24 tahun.
Kenyamanan Menggunakan Kondom
Di Indonesia, data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan tingkat putus-pakai (penggunaan tak konsisten) kondom termasuk tinggi, yaitu sebesar 27 persen, terbesar ketiga setelah metode kontrasepsi lainnya.
Proporsi perempuan dan pria kawin yang mengetahui cara pencegahan penularan HIV dengan menggunakan kondom di perkotaan masih lebih tinggi dibanding di pedesaan. Persentasenya: perempuan kota 61,5 persen, sementara perempuan perdesaan 45,9 persen, dan pria kota 67,9 persen, sementara pria perdesaan 54,2 persen.
“Sebagai daerah yang memiliki banyak populasi, pulau Jawa masih mendominasi penjualan kondom di Indonesia sekitar 50 persen,” ujar Daniel.
Pada 2017, DKT Indonesia, perusahaan pemasaran kontrasepsi yang membawahi jenama Sutra, Fiesta, Supreme dan Kontrasepsi Andalan mampu menjual kondom sekitar 149 juta. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya, yakni 133 juta kondom.
Berbeda dengan Indonesia, Silverstone T. dalam penelitian berjudul "Condoms: Still The Most Popular Contraceptive" menyebut kondom sebagai alat kontrasepsi paling umum di Inggris. Masyarakat Inggris Raya memahami bahwa kondom dapat diandalkan untuk mengurangi penularan IMS, dan melindungi risiko kanker serviks, ketika digunakan dengan tepat.
Bahkan, laman HIV Insite menyarankan penggunaan kondom saat seks oral karena beberapa orang dapat terinfeksi IMS karena mengisap dan menelan sperma. “Kasus seperti itu sering melibatkan kofaktor seperti infeksi tenggorokan, pendarahan, atau trauma pada lapisan tenggorokan,” tulis HIV Insite.
Guna meminimalkan rasa tidak nyaman menggunakan kondom saat melakukan aktivitas seksual, kini kondom telah banyak dimodifikasi rasa, aroma, warna, bahkan teksturnya. Ada kondom yang disuguhkan dengan rasa dan aroma ragam buah-buahan.
Ada juga kondom yang didesain menyala di kegelapan, dan kondom dengan tekstur menonjol di beberapa bagian. Selain kondom pria, banyak produsen menciptakan kondom perempuan berbentuk seperti tabung elastis yang bisa dimasukkan ke dalam vagina.
DKT, melalui merek kondom Sutra, baru saja meluncurkan varian kondom gerigi pada bulan Oktober lalu. Sutra Gerigi memiliki tekstur bintil-bintil halus dan lembut yang berguna memberikan sensasi sensual. Fitur tersebut bekerja dengan cara merangsang klitoris, pusat syaraf organ intim perempuan, meningkatkan intensitas rangsangan, dan mempermudah orgasme.
Ada pula produk Supreme yang baru saja masuk Indonesia pada 2018 ini. Ia menawarkan fitur berulir, berbintil, serta berkontur.
Seksolog dr. Prima Progestian, Sp.OG menerangkan bahwa tekstur pada kondom memberi sensasi gesekan pada dinding vagina, sehingga kontraksi otot pada dasar panggul meningkat dan memberikan sensasi sensual pada pria. Ia juga mengungkapkan sisi positif kondom: memberi manfaat bagi pria yang memiliki kecenderungan prematur ejakulasi.
“Kondom dapat membantu meningkatkan performa bercinta menjadi lebih tahan lama,” kata seksolog dari RS. Brawijaya Antasari ini.
Saat ini, banyak kondom juga didesain lebih tipis sehingga mengurangi ketidaknyamanan pemakaian. Menurut dokter Prima, tak ada lagi alasan pemakaian kondom membikin aktivitas seksual tidak nyaman.
Ia pun memberi beberapa tip dalam memilih kondom untuk memaksimalkan aktivitas seksual. Pertama, pilih kondom dengan kualitas internasional yang telah melalui uji klinis terkini. Kedua, gunakan kondom dengan fitur yang dapat mempertahankan sensitivitas organ intim.
Perlu juga untuk memperhatikan kualitas lateks dan lubrikannya. Terakhir, gunakan sesuai tata cara pemakaian, karena sebagian besar kegagalan kontrasepsi dengan kondom disebabkan cara pakai yang salah.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani