Menuju konten utama

Mengapa Indonesia Mempunyai Banyak Gunung Berapi?

Tiga lempeng tektonik yang ditemukan di wilayah Indonesia merupakan penyebab banyak gunung api di negara ini.

Mengapa Indonesia Mempunyai Banyak Gunung Berapi?
Pengamatan CCTV dari Pulau Sertung pada pukul 20:20:02 WIB Aktivitas letusan Gunung Anak Krakatau pada Minggu (24/2/2022) mengeluarkan abu vulkanik. (ANTARA/PVMBG/pri)

tirto.id - Indonesia adalah negara yang kaya dengan keberadaan gunung api. Setidaknya ada 500 gunung api yang tersebar di berbagai wilayah dan 127 di antaranya berstatus sebagai gunung aktif sampai saat ini.

Gunung api yang aktif tersebut diketahui memiliki karakternya masing-masing. Ada gunung yang menjadi aktif di kisaran rata-rata 100 tahun, 50 tahun, dan di bawah 10 tahun. Rata-rata ada 5 gunung api akan aktif setiap tahun secara bergantian di Indonesia.

Sementara itu, gunung api yang meletus dengan ritme 100 tahun sekali contohnya adalah Gunung Galunggung. Ritme letusan rata-rata 50 tahun sekali misalnya dimiliki Gunung Agung di Bali. Lalu, deretan gunung yang kerap meletus di bawah 10 tahunan antara lain Gunung Merapi, Gunung Ibu, dan Gunung Dukono.

Beragam karakter gunung api ini menjadikan Indonesia sebagai "laboratorium" gunung api dunia. Negara ini menjadi tempat ideal untuk penelitian terkait kegunungapian. Apalagi, beberapa kali letusan gunung api di masa lalu sempat mengubah keadaan dunia seperti letusan gunung api Tambora, Rinjani dan Krakatau.

Mengapa di Indonesia memiliki begitu banyak gunung api? Ternyata, salah satu alasannya yaitu letak geologis Indonesia yang memang mendukung untuk kemunculan jalur pegunungan.

Penyebab Indonesia punya banyak gunung api

Dipandang dari letak geologis, posisi wilayah Indonesia berada di titik pertemuan dari tiga lempeng tektonik besar dunia. Lempeng ini terdiri dari Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng-lempeng ini saling bertumbukan yang efeknya berupa aktivitas tektonik (gempa).

Dikutip dari modul Indonesia Kaya (IPS) (2017), Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia saling bertumbukan di lepas pantai Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara. Tumbukan selanjutnya terjadi pada Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Pasifik, dengan lokasi di utara Papua dan Maluku Utara. Aktivitas tumbukan turut memicu kemunculan jalur pegunungan muda.

Jalur pegunungan muda di Indonesia terdiri dari Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum pasifik di sebelah Timur. Pada jalur pegunungan tersebut banyak ditemukan gunung api. Hal ini yang membuat gunung api di Indonesia begitu banyak.

Pada proses terbentuknya gunung api, tumbukan antar-lempeng akan menimbulkan 4 busur gunung api berbeda. Situs ESDM menuliskan, lokasi busur gunung api pun bisa berlainan tergantung pada sisi mana pergerakan lempeng terjadi. Berikut penjelasannya masing-masing busur gunung api:

1. Saat terjadi pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh. Efeknya yaitu memberikan bagi kesempatan magma bergerak menuju ke permukaan, lalu membentuk busur gunung api yang ada di tengah samudera.

2. Jika terjadi tumbukan antar kerak disebabkan kerak samudera menunjam di bawah kerak benua, akan berakibat gesekan antar kerak tersebut menjadikan meleburnya batuan. Lelehan batuan selanjutnya bergerak ke permukaan melalui rekahan. Setelah itu terbentuklah busur gunung api di tepi benua.

3. Pada kejadian kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, akan menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan ini merupakan jalan bagi lelehan batu atau magma menuju ke permukaan. Selanjutnya, desakan dari dalam tanah tersebut membentuk busur gunung api tengah benua atau banjir lava pada sepanjang rekahan.

4. Kala terjadi penipisan kerak samudera karena pergerakan lempeng, magma dapat menerobos ke dasar samudera. Terobosan magma ini memicu banjir lava yang nantinya membentuk deretan gunung api perisai.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari