tirto.id - "Bagi saya, komputer seharusnya berukuran kecil, dapat diandalkan, mudah digunakan, serta berharga murah," tulis Steve Wozniak, pendiri Apple, dalam "The Apple-2: System Description" (Majalah Byte edisi Mei 1977).
Woz--punggawa Apple berkode 01, tetapi ditentang Steve Jobs karena ia memperoleh kode 02--kemudian merancang komputer, hardware dan software (Integer BASIC), melalui kertas dan pensil, menciptakan Apple-1. Ia menggabungkan integrated circuit (IC) display (video), microprosesor, memory, dan power suply dalam sebuah motherboard untuk dapat langsung digunakan memanfaatkan TV, tanpa perlu menggunakan monitor khusus. Ini revolusioner di zamannya, karena TV beserta kulkas (dan penanak nasi bagi orang-orang Asia), dimiliki hampir setiap keluarga.
"Dengan hanya Apple-1 dan TV yang kalian miliki serta keyboard, Apple BASIC--bahasa pemrograman tingkat tinggi yang digunakan untuk menjalankan/menciptakan aplikasi, jauh sebelum konsep sistem operasi--dapat dijalankan tanpa tambahan perangkat elektronik apapun," tulis Woz.
Hal ini timbul bukan karena Woz ogah menghubungkan perangkat elektronik lain pada komputer ciptaannya, tetapi karena Apple-1 dirancang hanya memiliki slot atau konektor yang terbatas.
Keterbatasan konektor pada Apple-1 berakhir ketika Apple-2 dirilis. Meskipun ditentang Jobs--yang menyebut bahwa komputer hanya membutuhkan dua slot, yakni untuk menghubungkan komputer pada modem dan printer--tetapi Apple-2 tetap rilis dengan tujuh slot (expansion slots). Selain berguna untuk menghubungkan Apple-2 dengan TV (monitor), modem, dan printer, slot-slot lainnya digunakan untuk menghubungkan komputer dengan disk (media penyimpanan) tambahan, mouse, serta perangkat elektronik lain yang memiliki protokol khusus bernama AppleTalk.
"Saya tidak ingin terperangkap dalam ekosistem Apple," terang Woz menjelaskan kengototannya dalam menanamkan tujuh slot, bukan dua seperti yang diminta Jobs. Hal tersebut ia sampaikan kepada Connie Guglielmo, Pemimpin Redaksi CNET, dalam acara New Relic's FutureStack 2015 di San Francisco, Amerika Serikat.
"Saya hanya ingin independen, menggunakan perangkat [tambahan] apapun yang saya inginkan," imbuhnya.
Karena Jobs tidak ingin menjadi orang nomor dua dalam tubuh Apple, maka ketika Apple-2 berada di masa senja kejayaannya, Jobs merilis Apple Lisa. Ia menganulir keputusan Woz soal tujuh slot dengan hanya membenamkan satu slot I/O (input/output) pada Apple Lisa yang ditambah dengan tiga slot internal khusus.
Untuk menggabungkan Lisa dengan perangkat elektronik lain (eksternal), maka harus ada port expansion card khusus (dongle). Namun, slot external (konektor) komputer buatan Apple di bawah kendali Jobs usai Lisa dirilis selalu berubah-ubah. Macintosh, komputer yang datang usai Lisa tenggelam, menghendaki perangkat elektronik lain yang hendak disambungkan memiliki konektor DB-9.
Merasa DB-9 terlalu lambat, Apple mewajibkan DIN-8 dan RS-422 ketika merilis Mac Plus pada pertengahan 1980-an. Belum juga dekade tersebut berakhir, dalam versi pembaruan Mac Plus hingga versi terbaru komputer ini, yakni Mac SE dan Mac 2, Apple memilih meninggalkan konektor tersebut untuk menggunakan SCSI atau Small Computer System Interface yang ironisnya hanya digunakan sementara, karena Apple kemudian memilih memasang Apple Desktop Bus (ADB) tatkala Mac SE dan Mac 2 di-upgrade.
Memasuki dekade 1990-an, saat Apple merilis macintosh Quadra, AAUI atau Apple Attachment Unit Interface ditetapkan sebagai konektor resmi Apple. Kemudian digantikan oleh HDI-45, Apple Display Connector (ADC), dan FireWire pada pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an. Konektor PS/2 dan USB (universal Serial Bus) pun sempat digunakan produk-produk Apple. Namun, tak lama berselang, Thunderbolt (berbentuk serupa dengan Type-C) menjadi konektor default (bawaan) pada komputer dan laptop buatan Apple.
Seturut dengan lini komputer/laptop, dalam tataran yang lebih kecil, gonta-ganti konektor pun terjadi pada lini iPod, iPhone, dan iPad. Usai membenamkan FireWire pada edisi pertama iPod, Apple menggantinya dengan memilih menggunakan konektor 30-pin. Dan karena merasa konektor 30-pin yang termuat dalam lima edisi pertama iPhone (serta tiga edisi pertama iPad) terlalu lambat, Apple membenamkan Lightning semenjak iPhone 5 dirilis.
Meskipun iPad (iPad Pro generasi pertama, iPad Air generasi ke-4, iPad Mini generasi ke-6) akhirnya hengkang dalam menggunakan Lightning dan beralih menggunakan USB Type-C, Apple bersikukuh menggunakan Lightning pada generasi-generasi terbaru iPhone serta iPad edisi standar.
USB Type-C yang ditolak Apple dibenamkan pada iPhone, memiliki kecepatan transfer data hingga 20 gigabyte per detik. Sementara Lightning hanya memiliki kecepatan 480 megabyte per detik. Bahkan, dalam acara "Apple Event: California Streaming" yang digelar pertengahan September lalu untuk memperkenalkan iPhone 13 serta lini iPad terbaru (iPad generasi ke-8 dan iPad Mini generasi ke-6) Apple sebenarnya mengamini Type-C lebih superior dibandingkan Lightning secara tidak langsung.
Kala itu, ketika menjelaskan kehebatan iPad Mini generasi ke-6, Katie McDonald, Product Manager iPad, menyebut bahwa "dengan menggunakan Type-C iPad Mini memiliki kemampuan transfer 10 kali lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya." Generasi sebelumnya, iPad Mini generasi ke-5, menggunakan Lightning.
Mengapa Apple ngotot menolak menggunakan Type-C pada iPhone? Semenjak didirikan hingga saat ini, segala produk yang diciptakan Apple dibuat dengan ekosistem tertutup dan sebisa mungkin tidak memerlukan perusahaan lain. Tatkala IBM membangun komputer, mereka butuh Microsoft untuk membuatkan sistem operasinya, dari MS-DOS hingga Windows. Apple berbeda. Selain merancang hardware sendiri, Apple juga menciptakan sistem operasinya sendiri, macOS. Ketika iPod diperkenalkan, Apple pun melahirkan iTunes. Juga saat iPhone (dan iOS) tercipta, tak berselang lama, muncul App Store. Dengan memilih menggunakan Lightning, Apple ingin menjaga ketertutupan ekosistem ini. Terlebih, melalui program bertajuk MFi, Apple melisensi teknologi Lightning, menjadi sumber pemasukannya.
Keputusan Apple terus menggunakan Lightning pada iPhone memperoleh banyak tentangan, khususnya dari para pejabat di Uni Eropa. Mereka mengganggap penggunaan Lightning menghasilkan dampak lingkungan karena USB (Type-C) yang saat ini lazim dimiliki hampir setiap orang di dunia jadi tak terpakai. Komisi Uni Eropa tengah menggodok peraturan yang memaksa perusahaan teknologi manapun, termasuk Apple, harus menggunakan USB sebagai konektor.
Menurut Don Anderson dalam USB System Architecture (2001), USB diciptakan untuk mengatasi rasa frustasi yang timbul karena slot-konektor-port yang terlalu beragam di dunia teknologi. Ketika diperkenalkan pada tahun 1996, USB--sebagaimana termuat dalam namanya--ingin menjadi colokan "universal" yang dapat dimanfaatkan oleh siapapun, perangkat apapun.
"Cita-cita kami menciptakan USB sederhana saja, yakni membuat colokan yang dapat digunakan pada alat apapun," tutur Ajay Bhatt, teknisi Intel yang turut membantu penciptaan USB.
"Ada perangkat baru, colok, beres!" tegasnya.
Namun, soal iPhone, Apple tampaknya tak sependapat dengan Bhatt. Ironis, jelas. Merujuk catatan sejarah, Apple adalah perusahaan pertama yang menggunakan USB (Type-A atau 1.0), yakni melalui iMac (1998). Jauh sebelum perusahaan teknologi manapun.
Editor: Irfan Teguh Pribadi