Menuju konten utama
Pelaksanaan Haji 2024

Mengamini Doa Sajriah, Jemaah Haji Disabilitas Asal Indonesia

Sajriah menengadah tangan berdoa, lalu membaca alfatihah. Lantas semua yang ada di kamarnya mengamini.

Mengamini Doa Sajriah, Jemaah Haji Disabilitas Asal Indonesia
Sajriah masih memakai mukena ketika Kiai Khalilurrahman bersama tim dari Daerah Kerja (Daker) Makkah berkunjung ke kamarnya di Hotel Al-Hasan (113) wilayah Syisyah, Selasa, 28 Mei 2024. tirto.id/ M Taufiq

tirto.id - Sajriah masih mengenakan mukena ketika Kiai Khalilurrahman bersama tim dari Daerah Kerja (Daker) Makkah berkunjung ke kamarnya di Hotel Al-Hasan (113) wilayah Syisyah, Selasa, 28 Mei 2024. Ia sedang istirahat setelah lepas dari rutinitas paginya.

Makan sudah, bersih-bersih sudah, ibadah salat sunnah juga sudah. Jemaah haji disabilitas --tuna netra-- itu sedang rebahan saja di kamar sambil menunggu waktu zuhur. Ketika Kiai Khalil yang juga Kepala Daker berkunjung, Sajriah menyambutnya dengan ramah.

Sajriah ditemani perawat pendampingnya, Hafida Jufri, segera menemui tim dari Daker. Ia menjawab uluk salam dari tim, kemudian berbincang hangat tentang kesehariannya di hotel selama masa tunggu jelang puncak haji di Armuzna pada 15 Juni 2024

“Alhamdulillah. Saya sama keponakan. Enak di Makkah, makanannya enak,” kata Sajriah ketika menjawab sapaan dari Kiai Khalil.

Khalilurrahman kemudian menyarankan Sajriah beribadah di hotel saja. Mengingat kondisinya memang tidak memungkinkan beribadah di Masjidil Haram. Di sisi lain, Sajriah juga masuk kategori lanjut usia. Termasuk beberapa jemaah teman sekamar dengannya.

“Jadi puncak haji memang masih lama. Jadi buat jemaah yang sepuh-sepuh mendapatkan kemuliaan keringanan, rukhsah. Jadi kalau tidak kuat, setelah wukuf bisa langsung ke hotel kembali. Ada namanya safari wukuf," kata Kiai Khalil.

Mendengar penjelasan tersebut, Sajriah mengucap terima kasih dan mengamini. Jemaah haji berusia 65 tahun ini menyadari betul kondisinya yang memang tidak memungkinkan menjalani ibadah haji dengan normal.

Sebelum berpamitan undur diri, Kiai Khalil sempat meminta agar Sajriah mengirim alfatihah, mendoakan agar para petugas haji dan seluruh jemaah haji Indonesia semuanya diberi keselamatan dan kesehatan.

“Bu Sajriah mohon mendoakan semuanya. Mendoakan seluruh jemaah haji Indonesia, jemaah haji Parepare. Petugas, pembimbing yang di kloter semuanya didoakan. Doakan kami selamat, sehat, mulia dunia akhirat," kata Kiai Khalil.

Sajriah lantas menengadah tangan berdoa lalu membaca alfatihah. Kiai Khalil membimbingnya, lantas semua yang ada di kamarnya mengamini.

Hafida Jufri, perawat sekaligus penerjemah mengatakan, walaupun Sajriah memiliki keterbatasan fisik namun semangatnya berhaji luar biasa. Jemaah asal Parepare itu sangat sehat dan tidak memiliki penyakit bawaan. Saat berangkat, Ia hanya membawa Vitamin C dan minyak kayu putih.

“Dia ditemani keponakannya. Saya input di data Siskohat (Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu), tidak ada obat lain selain dua itu,” kata Hafida.

Saat di Madinah, kata dia, Sajriah sering melaksanakan salat di Masjid Nabawi karena letak hotel dekat. Namun di Makkah berbeda. Ia tidak diperkenankan salat ke Masjidil Haram karena jarak antara hotel tempat tinggalnya dengan Masjidil Haram jauh.

“Kami menyarankan salatnya di musala hotel saja,” kata Hafida yang juga merangkap sebagai penerjemah bagi Sajriah yang tidak begitu lancar berbahasa Indonesia.

Sajriah juga tidak memiliki pendamping khusus. Ia berangkat sendiri, didaftarkan haji dan dibiayai oleh adiknya sejak 2010.

“Sampai di Makkah rasanya baik-baik saja. Ia mau meminta doa keselamatan dan sehat. Bisa-bisanya sampai di Makkah meski netra. Bangga katanya bisa sampai Makkah,” ujar Hafida.

Sajriah selama ini memang tinggal dengan keluarganya. Ia tidak pernah bersekolah, karena itu tidak terlalu lancar berbahasa Indonesia. Tidak pula lancar membaca. Kemudian Ia juga tidak menikah sampai lansia, tidak pula memiliki anak. Di rumah, Ia dirawat oleh adik dan keponakannya.

Jamaah padati Masjidil Haram

Umat muslim berada di dekat ka’bah seusai tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Kamis (23/5/2024). Menjelang waktu shalat, Masjidil Haram dipadati umat muslim yang akan menunaikan ibadah shalat magrib. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

Jemaah Diimbau Tak Beraktivitas di Luar Ruangan Jelang Puncak Haji

Jemaah haji Indonesia saat ini sedang menjalani masa tunggu menjelang puncak haji, yakni Wukuf di Arafah pada Sabtu, 15 Juni 2024 nanti. Untuk mengisi waktu tunggu itu, banyak di antara jemaah haji yang mengisi waktu luang mereka dengan berbagai aktivitas ibadah.

Ada yang wara-wiri ke Masjidil Haram untuk salat jamaah di sana, menjalani umrah sunnah, ada juga yang memilih beribadah di hotel saja. Bahkan ada pula yang sekadar jalan-jalan berkeliling Makkah menggunakan Bus Sholawat, kemudian makan-makan dan belanja.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Kiai Afifuddin, mengimbau jemaah menjaga kondisi badannya dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan, misalnya ibadah sunnah di Masjidil Haram. Apalagi cuaca di Makkah sedang panas-panasnya, sangat jauh berbeda dengan kondisi panas di Tanah Air.

“Ini supaya mereka siap fisik untuk menghadapi hari wukuf yang penting itu, jangan sampai mereka kita biarkan melakukan apa saja yang membuat mereka sakit,” ujar Kiai Afifuddin usai kegiatan visitasi edukasi (Visduk) di Hotel Al-Hasan (113) wilayah Syisyah, Jumat (24/05/2024).

Saat itu, Afif melakukan bimbingan ibadah dan mengimbau 450 jemaah haji asal Kota Parepare dan Kota Barru, Sulawesi Selatan, tersebut agar tidak sering-sering ke Masjidil Haram setelah menjalani umrah wajib. Ia khawatir kalau terlalu sering keluar itu beresiko akibat fisiknya drop.

“Akhirnya jemaah kita gagal untuk mendapatkan hajinya gara-gara mengerjakan yang sunah-sunah itu, sementara yang wajibnya mereka abaikan nantinya,” kata dia menambahkan.

“Alasan mereka mau pergi salat berjamaah di [Masjidil] Haram. Tapi kami anjurkan supaya jangan terlalu sering pergi, karena di sinilah berjamaahnya. Sesekali boleh pergi," ujar Afifuddin.

Selama Visduk, pembimbing haji juga terus mengintensifkan bimbingan ibadah atau edukasi kepada jemaah haji di hotel-hotel tempat mereka menginap. Setidaknya sudah ada lima hotel jemaah yang didatanginya untuk memberikan bimbingan ibadah.

“Jadi ketika jemaah datang untuk masuk Makkah, jemaah harus umrah wajib dulu. Dua hari setelah datang baru kami datangi untuk memberikan bimbingan, termasuk persiapan puncak haji,” kata dia.

Dalam acara ini, dia memberikan materi tentang ibadah wajib, tentang thawaf dan sai. Selain itu, dia juga memberikan materi tentang apa saja yang harus dilakukan jemaah selama masa tunggu haji di Makkah.

Dengan edukasi ini, Kiai Afifuddin berharap jamaah Indonesia bisa memahami apa saja yang harus dihindari selama masa tunggu di Makkah. Jemaah akan membutuhkan tenaga yang cukup untuk mengikuti proses pelaksanaan Puncak Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Jamaah padati Masjidil Haram

Umat muslim menunggu dimulainya shalat magrib di kawasan Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Kamis (23/5/2024). Menjelang waktu shalat, Masjidil Haram dipadati umat muslim yang akan menunaikan ibadah shalat magrib. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

Baca juga artikel terkait HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Muhammad Taufiq

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Muhammad Taufiq
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Abdul Aziz