Menuju konten utama
Pelaksanaan Haji 2024

Kisah Ali Topan, Disc Jockey Asal Jawa Timur Naik Haji

Ali Topan punya dua misi serius ke Tanah Suci, yakni pertaubatan dan ingin mendoakan anaknya yang autis di Multazam.

Kisah Ali Topan, Disc Jockey Asal Jawa Timur Naik Haji
Jemaah haji asal Surabaya, Jawa Timur, Ali Topan. tirto.id/M Taufiq

tirto.id - Ini bukan cerita tentang Ali Topan dalam novel Ali Topan Anak Jalanan karangan Teguh Esa. Ini Ali Topan yang lain. Namanya asli, bukan julukan. Seperti orang Madura pada umumnya yang memanggul nama cenderung maskulin. Ali, dalam bahasa Arab berarti mulia, sangat baik atau pemenang.

Ada yang bilang nama itu doa. Bisa jadi, nama Ali--yang berarti pemenang, itu betul-betul membawa berkah bagi pemiliknya. Seperti halnya cerita Ali Topan dari Surabaya ini. Ia memenangi sebuah hadiah berangkat haji dari seorang tokoh di Surabaya pada 2011 silam. Setelah menunggu 14 tahun, akhirnya tahun ini Ali berangkat ke Tanah Suci.

Seperti kebanyakan orang Madura, sanggit (logat) bahasanya kental sekali. Ali Topan ini pekerjaannya menulis, jurnalis yang sesekali jadi disc jockey (DJ). Ditemui tim Media Center Haji (MCH), bibir Ali tak henti-hentinya menderas syukur, "Alhamdulillah..,Alhamdulillah..!"

“Siapa sih yang tidak mendambakan itu (berhaji). Tapi walaupun beranggkat haji dikejar-kejar, kalau memang belum ada panggilan dari Allah, ya sulit,” kata dia saat ditemui di Hotel Al Zhaer Plaza di kawasan Misfalah Kota Makkah, Minggu (26/05/2024).

Tahun ini Ali memang seperti ketiban berkah bisa naik haji. Walaupun lika-liku perjuangannya untuk bisa lolos administrasi jemaah haji tidaklah mudah. Ia bahkan mengaku sempat putus asa, pasrah karena terancam tidak bisa melunasi biaya haji tepat waktu.

“Aku ini hampir 99 persen gagal, cak. Pokoknya wes, sedih, nangis gara-gara administrasi. Duit enggak cukup. Pasrah, kalau memang aku dipanggil Allah ke Makkah, pasti berangkat,” kata Ali mengisahkan.

Ia lantas menceritakan kalau sebenarnya Ali tinggal melunasi biaya haji saja. Namun ketika mendapat surat pemberitahuan pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BIPIH) yang dibuka pada 7 sampai 12 Februari 2024, kebetulan Ia sama sekali tidak punya uang. Ali pun menghubungi beberapa kawan sampai akhirnya cukuplah biaya yang dibutuhkan.

Celakanya masalah muncul lagi. Ketika pada tanggal 12 datang ke kantor Bank Syariah Indonesia (BSI), Ali Topan ditolak karena masalah administrasi. Rupanya Ia belum memiliki surat medical checkup (MCU) dari rumah sakit. Padahal saat itu dalam hitungan jam layanan bank bakal ditutup.

“Teller bank bilang kalau pelunasan ditutup sampai jam tiga sore, tapi saya belum punya MCU. Siang-siang jam satu datang ke puskesmas minta surat kesehatan, tapi sama bank ditolak karena yang dibutuhkan MCU. Akhirnya ke klinik, tapi hasil MCU baru keluar jam 4. Lemes aku, cak! Berarti bukan takdir saya naik haji, ya sudah lah,” ujarnya.

Dalam posisi pasrah, uang bantuan teman juga mau dikembalikan. Tapi tiba-tiba keajaiban seperti datang. Kementerian Agama (Kemenag) membuat edaran kalau pelunasan BIPIH diperpanjang sampai 23 Februari. Tenang lah Ali. “Waktu itu saya yakin berangkat,” kata dia.

Tapi menjelang pelunasan tiba-tiba anaknya sakit, kemudian anak lainnya juga butuh biaya untuk mendaftar sekolah. Terpaksa uang yang rencananya digunakan untuk melunasi BIPIH dipakai sedikit untuk anak-anaknya itu. Akibatnya saat waktu pelunasan duitnya kurang.

“Pas pelunasan, telller bilang 'lho ini kurang uangnya di BSI'. Enggak tahu mbak saya bingung. Linglung, mengkhayal apa bisa haji atau tidak. Sama security bank katanya koyok wong gendeng,” kata dia.

Security sedih ngelihat saya. Jam setengah dua teller bilang bank mau ditutup jam tiga. Tapi katanya, demi bapak saya tunggu. Lalu, saya diam saja tiba-tiba ditelpon teman yang hampir 7 tahun tidak pernah bertemu. Ia nanya kabar,” kata Ali.

Setelah bercerita kondisinya, kawan tadi lalu membantunya menutup biaya pelunasan tadi. Begitulah lika-liku perjuangannya Ali Topan ini. Ia pada akhirnya berangkat ke Tanah Suci, bahkan menjadi ketua regu rombongan 7 berangkat dari embarkasi Surabaya-Asrama Haji Sukolilo (SUB-17).

Jamaah padati Masjidil Haram

Umat muslim menghadap ka’bah seusai tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Kamis (23/5/2024). Menjelang waktu shalat, Masjidil Haram dipadati umat muslim yang akan menunaikan ibadah shalat magrib. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

Misi Pertaubatan dan Demi Anak ke Tanah Suci

Ali Topan mengaku memiliki misi serius ke Tanah Suci, yakni misi pertaubatan dan ingin mendoakan anaknya yang autis di Multazam agar bisa hidup normal selayaknya orang lain. Dua hal itu yang ingin diadukannya kepada Tuhan.

“Saya banyak dosanya, harus bertaubat. Jadi bisa lah dibilang disk jocky naik haji. Saya ingin seperti bayi lagi setelah pulang dari tanah suci. Saya tahu orang-orang terbaik hadiahnya di sini,” kata dia.

Ia mengatakan, DJ yang naik haji itu sangat banyak. DJ itu hanya pekerjaan saja yang kebetulan memang banyak bersinggungan dengan dunia malam. Tapi Ia berjanji pada diri sendiri setelah pulang bakal menjadi lebih baik lagi.

“Setelah pulang saya mau pensiun. Main DJ di rumah saja,” kata Ali menambahkan.

Hajat kedua adalah mendokan anaknya yang autis. Ali memang memiliki anak pengidap autism spectrum disorder (ASD) yang kini berusia 21 tahun. Anaknya itu sekarang belajar di sekolah khusus di Surabaya.

Selama 21 tahun itu, Ali merawat anaknya yang bernama Aziz itu. “Anak cak, anak. Kalau sembuh ya bagaimana ya, namanya autis. Tapi saya ingin minta ke Allah anak bisa hidup normal seperti orang pada umumnya,” kata Ali sembari terus menderas syukur.

Baca juga artikel terkait HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Muhammad Taufiq

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Muhammad Taufiq
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Abdul Aziz