tirto.id - Dinamika pencalonan gubernur dan wakil gubernur di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jakarta 2024 makin menarik setelah Koalisi Indonesia Maju (KIM) ‘menjodohkan’ Ridwan Kamil bersama Suswono.
Suswono merupakan Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia juga pernah menduduki jabatan Menteri Pertanian di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014.
Nama Suswono pertama kali muncul ke permukaan publik setelah Ketua Umum Partai Golkar yang saat itu masih dinakhodai Airlangga Hartarto memberikan kode inisial ‘S’ sebagai pendamping Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024.
"Sudah ada. Sementara inisialnya S," kata Airlangga di Istana Kepresidenan Jakarta, pada Jumat (9/8/2024).
Sinyal majunya Suswono sebagai pendamping Ridwan Kamil juga diperkuat oleh pernyataan Partai Amanat Nasional dan Gerindra. Kedua partai yang notabene merupakan bagian dari KIM tersebut mengonfirmasi bahwa sosok inisial ‘S’ pendamping Ridwan Kamil adalah Suswono.
“Pendamping RK] ada yang sudah mengusulkan, Suswono," kata Ketua Umum PAN, Zulkfili Hasan alias Zulhas, di kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Rabu (14/8/2024).
Pada saat yang sama Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengiyakan adanya usulan nama Suswono untuk menjadi pendamping Ridwan Kamil meski tidak mengonfirmasi apakah sosok inisial S yang memang akan menjadi pendamping RK adalah Suswono.
Dasco meminta semua pihak bersabar karena koalisinya bakal mengumumkan nama yang pasti untuk mendampingi Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024 pada 19 Agustus 2024.
"Ya, itu [Suswono] kan nama yang beredar. Ada juga [usulan nama Suswono] ya. Tadi mungkin Pak Zul sudah ngomong, tapi pokoknya kami resminya umumkan tanggal 19 [Agustus 2024]," tutur Dasco di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024).
Jika KIM benar-benar ‘mengawinkan’ Ridwan Kamil dengan Suswono maka bukan hal tidak mungkin. Sebab, PKS sendiri sudah membuka opsi kedua untuk merapat ke KIM di Pilkada Jakarta.
Manuver PKS itu terjadi usai dukungan partainya ke Anies Baswedan di Pilgub Jakarta dianggap kedaluwarsa. Hal ini mengingat surat rekomendasi yang diberikan kepada Anies sudah lewat jatuh tempo.
PKS sejak awal mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman sebagai bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur Jakarta pada 25 Juni 2024. Anies kemudian diberikan tenggat waktu 40 hari hingga 4 Agustus 2024 untuk mencari dukungan tambahan. Namun, beberapa partai seperti PKB dan PDIP masih belum bersikap mendukung Anies.
Di tengah sinyal kans Ridwan Kamil-Suswono, maka yang menarik kemudian adalah siapa akan jadi lawan keduanya di Pilgub Jakarta? Mengingat Anies sendiri sudah terjegal oleh kekuatan KIM Plus gabungan dari Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat dan PKS (jika benar-benar merapat). Ditambah Nasdem yang pada Kamis (15/8/2024) malam resmi menyatakan sikap ikut bergabung dengan KIM Plus.
Melihat Peluang Anies Lawan Ridwan Kamil
Analis politik dari Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, melihat jika PKS terkonfirmasi masuk ke KIM, maka masih ada peluang PKB dan PDIP membangun poros baru.
Meskipun, di sisi lain sebenarnya PKB sendiri tengah dalam nuansa cukup genting atau sedang dirundung tekanan dari PBNU. Maka, bukan tidak mungkin masalah itu pengaruhi keputusan PKB untuk melawan dominasi KIM atau tidak.
“Jika PKB berani dan tetap konsisten, maka peluang Anies terusung bisa terbuka, tentu kandidat potensial mendampingi Anies jika tiga partai itu bergabung adalah PDIP, dan dipastikan bukan Ahok, karena tidak dapat disatukan sesama pernah menjabat Gubernur,” jelas Dedi kepada Tirto, Kamis (15/8/2024).
Jika pilihannya wakilnya adalah dari PDIP, maka banyak kader-kader partai yang cukup potensial. Beberapa diantaranya adalah Pramono Anung, Tri Rismaharini, Azwar Anas dan lainnya.
Analis Sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, menambahkan peluang Anies di Pilgub Jakarta memang masih ada.
Hal ini karena sekalipun PKS lepas dukungan kepada eks Gubernur DKI Jakarta itu, masih terdapat PKB dan PDIP yang akan mendukung Anies. Terlebih, pada Pidato Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, kemarin dengan jelas menunjukkan bahwa PDIP akan melawan dan tidak tinggal diam.
Kabar yang beredar menurut Musfi, PDIP akan memasangkan Anies Baswedan dengan politikus PDIP yang juga Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi.
“Isunya Anies akan diduetkan dengan Prasetyo Edi, kader PDIP yang sekarang menjadi Ketua DPRD Jakarta,” ujar Musfi kepada Tirto, Kamis (15/8/2024).
Sementara, Nasdem sendiri memang sudah terang-terangan tidak mendukung Ridwan Kamil. Terlebih Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, sudah menegaskan kalau Nasdem memposisikan diri langsung berada di pemerintahan. Maka sekarang kuncinya ada PKB, apakah mereka ikut arus dengan gabung KIM Plus, atau menggunakan kesempatan ini untuk mengusung Anies bersama PDIP.
"Kalau akhirnya PKB putar badan seperti PKS dan Nasdem, berarti Ridwan Kamil akan melawan duet independen," jelas dia.
Di sisi lain, pakar komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo, justru melihat dengan bergabung PKS maka peluang Anies semakin kecil untuk maju di Pilkada Jakarta.
Hal ini karena Nasdem sendiri tampaknya punya peluang lebih besar untuk bergabung dengan KIM Plus. Belum lagi PDIP juga susah untuk maju sendirian kecuali mengandalkan PKB.
“Tapi PKB juga kalau dilihat tampaknya bergabung dengan pemerintahan Prabowo lebih menguntungkan dan berarti juga masuk ke KIM Plus. Jadi agak susah nih peluang Anies maju dan bahkan peluang untuk ada dua pasangan calon gitu,” ujar Kunto kepada Tirto, Kamis (15/8/2024).
Kans Ridwan Kamil Lawan Calon Independen
Jika peluang Anies tipis untuk maju di Pilgub Jakarta, kata Kunto, maka masyarakat harus bisa menerima kenyataan bahwa Pilkada Jakarta ini akan hanya diikuti oleh satu pasangan calon dari koalisi partai. Mungkin satu-satunya pasangan calon bisa dari jalur independen yang terlihat "disiapkan' guna melawan Ridwan Kamil.
“Supaya enggak lawan kotak kosong banget gitu,” imbuh Kunto.
Sementara itu, Musfi Romdoni, mengatakan salah satu poros independen yang berpotensi melawan duet Ridwan Kamil-Suswono adalah Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Terlebih Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta sendiri sudah menyatakan bahwa Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abyoto lolos verifikasi administrasi dalam Pilkada Jakarta.
Berdasarkan data yang sudah diverifikasi, sebanyak 721.221 dinyatakan Memenuhi Syarat (MS) yang tersebar di Kabupaten/Kota se-DKI Jakarta.
“Poros ini jarang sekali dibahas padahal sudah lama tersedia. Duet keduanya sudah memenuhi syarat untuk maju melalui jalur independen. Yang artinya, sejak awal skenario kotak kosong sebenarnya tidak ada di Pilgub Jakarta,” ujar Musfi.
Namun, kata Musfi, akan sangat bagus jika memang akan muncul kandidat lain melawan dominasi KIM. Tetapi, memang harus dilihat juga bahwa risikonya lawan yang dihadapi KIM merupakan lawan rekayasa atau kandidat independen.
Keadaan yang akan sama kala Gibran Rakabuming Raka maju di Pilkada Surakarta.
“Ini serupa Pilkada Surakarta yang lalu yang hasilnya tentu akan memprihatinkan,” ujar dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto