Menuju konten utama

Massa Demo di Depan KPK Mengaku Dibayar

Massa demo Sabtu ini di depan Gedung KPK mengaku dibayar.

Massa Demo di Depan KPK Mengaku Dibayar
Beberapa kelompok orang yang mengatasnamakan Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAMI), Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan Cinta NKRI, dan Masyarakat Pemuda Cinta Indonesia (MATPECI) melakukan aksi di depan Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Sabtu (14/9/2019). tirto.id/Haris Prabowo

tirto.id - Sekelompok orang yang mengatasnamakan Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAMI), Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan Cinta NKRI, dan Masyarakat Pemuda Cinta Indonesia (MATPECI) berdemonstrasi di depan Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada Sabtu (14/9/2019).

Demo sejak pukul 14.30 itu setidaknya diikuti oleh 150-200 orang dan membawa 5 pikap sebagai mobil komando.

Sepanjang jalan di depan gedung KPK, ada belasan bus Kopaja dan Metromini yang digunakan untuk membawa massa.

Massa mendukung rencana pemerintah dan DPR merevisi UU KPK. Mereka juga meminta agar para komisioner KPK dan Wadah Pegawai KPK segera dipecat dan dibubarkan. Hal tersebut merespons mundurnya Komisioner KPK Saut Situmorang dan pernyataan Ketua KPK Agus Rahardjo dan Komisioner Laode Syarif yang menyerahkan KPK kepada Presiden Joko Widodo, Jumat (13/9/2019) kemarin.

Mereka juga menyerukan agar Presiden Joko Widodo segera melantik lima komisioner KPK terpilih, yang baru saja disahkan oleh Komisi III DPR RI, termasuk Irjen Polisi Firli Bahuri sebagai Ketua KPK.

"Segera lantik Pak Firli dan para pimpinan lainnya. Mereka adalah kader-kader terbaik bangsa," teriak salah satu orator.

Massa Mengaku Dibayar

Kebanyakan massa adalah kaum remaja, ibu, dan anak-anak yang tidak memahami isi demo yang mereka sampaikan.

Jargon-jargon massa seperti "dukung revisi UU KPK", "pecat komisioner KPK", dan "bubarkan WP KPK" hanya keluar dari para orator di atas mobil-mobil pikap.

Reporter Tirto bertemu salah seorang ibu, umurnya sekitar 40 tahun, di dekat bus Brimob dan jejeran pedagang asongan.

Si ibu yang enggan menyebut namanya itu mengenakan kaos merah dan celana hitam. Mengaku tinggal di Cipinang, Jakarta Timur, ia datang menggunakan Metromini bersama teman-temannya.

"Diajak Mbak Sari. Ketua-nya, koordinator lapangan," katanya.

Ia bercerita, saat di rumah, ia diajak oleh perempuan bernama Sari ke Gedung KPK untuk mengikuti aksi. Ia juga mengaku ikut aksi pada hari Jumat (13/9/2109) kemarin, yang berakhir ricuh.

"Dibayar berapa, Bu? 50 ribu?" tanya reporter Tirto.

"Iya," jawabnya sambil terkekeh. "Dapet snack-snack juga. Per jam [hitungannya]. Sampai magrib," katanya.

Namun, ia mengaku tak tahu apa pun mengenai isu yang dibawa untuk aksi. "Enggak tahu apa-apa saya. Saya mah ikut meramaikan saja. Diajak doang. Enggak tahu apa-apa," katanya, tertawa.

Di sebelahnya, seorang ibu berbaju hitam sembari menghirup minyak kayu putih juga mengaku serupa. Ia enggan memberi tahu namanya.

"Panggil aja Bu Rani dari Tanah Tinggi, Jakpus. Naik Metromini ramai-ramai sama saudara. Saya diajak," katanya.

"Tahu dikit-dikit saja saya mah," katanya sambil tertawa, ketika ditanya aspirasi apa ia sampaikan ke KPK.

Tiba-tiba, seorang ibu berbadan besar berbaju merah datang dan memotong percakapan. Ia meminta kedua ibu itu kembali ke barisan depan demo di depan gedung KPK.

"Ya ampun, Bu, ngapain di sini? Ayo-ayo ke depan. Cepet," kata ibu itu.

"Nah, ini nih ketua-nya," kata si ibu sembari tertawa kecil.

Baca juga artikel terkait KPK atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Hukum
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Andrian Pratama Taher