tirto.id - CEO Facebook Mark Zuckerberg memberikan kesaksian di depan para senator dan anggota parlemen DPR AS selama dua hari hingga Rabu (11/4/2018) terkait skandal Cambridge Analytica.
Facebook tengah diterpa badai akibat kasus pembajakan data jutaan penggunanya oleh perusahaan Cambridge Analytica yang bekerja sama dalam kampanye pilpres AS Donald Trump.
Dalam sambutannya yang disiapkan oleh panel kongres, Zuckerberg mengakui dia terlalu idealis dan gagal memahami bagaimana platform yang digunakan oleh dua miliar orang itu dapat disalahgunakan dan dimanipulasi.
Zuckerberg menyesali jaringan sosial itu bisa digunakan secara tidak benar untuk sarana politik. Pria berusia 33 tahun itu pun menyatakan permintaan maaf berkali-kali baik kepada pengguna maupun publik.
"Itu adalah kesalahanku, dan aku minta maaf," kata Zuckerberg seperti dilansir TIME. "Saya memulai Facebook, saya menjalankannya, dan saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sini."
"Kami sedang menjalani perubahan filosofis yang lebih luas tentang bagaimana kami memandang peran kami sebagai perusahaan," tuturnya. “Selama 12 dan 13 tahun pertama kami fokus untuk membangun alat. Tidak cukup hanya membuat alat. Kami perlu memastikan bahwa mereka digunakan untuk selamanya.”
Ia mengakui bahwa "sudah jelas sekarang bahwa kami tidak melakukan cukup [upaya] untuk mencegah alat-alat ini digunakan untuk bahaya juga. Itu berlaku untuk berita palsu, campur tangan asing dalam pemilu, dan pidato kebencian, juga pengembang dan privasi data.”
Kehadiran Zuckerberg di depan kongres AS menjadi puncak dramatis dari bulan penuh kontroversi mengenai Facebook membiarkan medianya disalahgunakan selama pilpres AS 2016.
Tahun lalu, diketahui bahwa Rusia mengandalkan platform itu untuk mendorong perselisihan politik dalam panasnya kampanye 2016, menggunakan iklan dan halaman Facebook untuk menyebarluaskan informasi yang salah.
Beberapa minggu yang lalu, outlet media melaporkan bahwa Cambridge Analytica, perusahaan penambangan data yang memiliki hubungan dengan kampanye Trump, telah memperoleh dari Facebook berupa data pribadi hampir 100 juta penggunanya.
Para pakar komunikasi mengatakan bahwa permintaan maaf itu telah mengambil pendekatan yang benar dalam kesaksian itu. Mereka juga mengatakan Zuckerberg beberapa kali pernah mengatakan "maaf" atas kesalahanyang berhubungan dengan privasi di masa lalu.
"Ketika permintaan maaf terus dikeluarkan berulang-ulang dan pelanggaran terus diulang, permintaan maaf menjadi kurang berarti dan kurang berdampak," kata Gabrielle Adams, seorang profesor di Sekolah Kepemimpinan dan Kebijakan Publik Frank Batten, Universitas Virginia, sebagaimana dikutip Washington Post.
"Ketika berulang kali [Facebook] terus melakukan hal-hal yang melanggar privasi pengguna, di beberapa titik permintaan maaf menjadi kata-kata kosong."
Washington Post mencatat, selama lebih dari satu dekade Zuckerberg telah mengeluarkan serangkaian “maaf” dan berjanji untuk belajar dari kesalahan Facebook, yang sering kali terkait dengan privasi atau data pengguna.
Pada tahun 2007 misalnya, setelah meluncurkan Beacon yang berbagi data dengan pengiklan di luar situs web dan aplikasi, Zuckerberg juga meminta maaf.
Ia mengatakan "kami hanya melakukan pekerjaan yang buruk dengan rilis ini, dan saya minta maaf untuk itu. ... Orang-orang harus dapat secara eksplisit memilih apa yang mereka bagikan."
Zuckerberg juga sempat berjanji untuk "menambahkan kontrol privasi yang jauh lebih mudah digunakan" ketika ditemukan ada celah data pribadi pengguna pada 2010.
"Saya yang pertama mengakui bahwa kami telah membuat banyak kesalahan," demikian ia mengakui, setelah Facebook mencapai persetujuan keputusan dengan Komisi Perdagangan Federal.
Kali ini, meskipun Zuckerberg tampak bertobat, dia juga tampaknya memilih kata-katanya dengan hati-hati saat menyampaikan tanggapannya. Ini terjadi ketika Senator Roger Wicke bertanya kepadanya apakah Facebook mencatat riwayat penelusuran internet penggunanya bahkan setelah mereka keluar dari situs.
Menanggapi ini, Zuckerberg mengatakan bahwa dia perlu memeriksa dengan timnya sebelum memberikan jawaban yang pasti. Namun, ia mencatat bahwa dia tahu "bahwa orang menggunakan cookie di internet dan Anda mungkin dapat menghubungkan aktivitas antara sesi. Kami melakukan itu untuk sejumlah alasan, termasuk keamanan dan mengukur iklan."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari