Menuju konten utama
Mozaik

Makam Troloyo, Kompleks Perkuburan Islam Kuno di Era Majapahit

Keberadaan Kompleks Permakaman Troloyo dekat Situs Trowulan menjadi bukti hubungan Kerajaan Majapahit dengan Islam lewat perdagangan.

Makam Troloyo, Kompleks Perkuburan Islam Kuno di Era Majapahit
Header Mozaik Komplek Makam Troloyo. tirto.id/Fuad

tirto.id - Kerajaan Majapahit yang didirikan Raden Wijaya mencapai masa kejayaannya saat dipimpin oeh Hayam Wuruk yang dibantu oleh Gajah Mada. Pengaruhnya meluas hingga hampir seluruh Nusantara, bahkan ke Semenanjung Malaya. Dampaknya, kerajaan ini meninggalkan berbagai tinggalan.

Selain sejumlah candi dan prasasti, Majapahit juga meninggalkan beberapa kitab seperti Negarakertagama dan Sutasoma. Tak hanya itu, kerajaan ini juga menyisakan Situs Trowulan yang kerap disebut sebagai pusat Majapahit.

"Candi-candi masa Majapahit ini kebanyakan bersifat siwa, hanya sedikit yang bersifat agama Buddha," tulis Hariani Santiko dalam "Agama dan Pendidikan Agama pada Masa Majapahit", terbit dalam Amerta, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi (Vol. 30, No. 2, 2012).

Namun demikian, ada pula tinggalan lain yang berasal dari masa Majapahit dan berkaitan erat dengan Islam. Salah satunya adalah Kompleks Makam Troloyo yang lokasinya berada di sebelah selatan Trowulan.

Temuan nisan-nisan di Troloyo juga menjadi bukti hubungan dagang Islam dengan Majapahit pada abad ke-14 atau di masa puncak kekuasaan Majapahit, seperti ditulis Uka Tjandrasasmita dalam Arkeologi Islam Nusantara (2009, hlm. 53) yang bersumber dari tulisan Louis-Charles Damais (1955).

Islam di Majapahit

Selain masyarakat yang memeluk Hindu dan Buddha, di era Majapahit akhir juga telah tumbuh sekelompok orang yang memeluk Islam.

Kelompok pemeluk Islam awalnya tersebar di sekitar daerah pesisir, yaitu pantai utara Jawa yang memiliki beberapa pelabuhan yang ramai disinggahi para pedagang.

Dalam beberapa teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia, disebutkan bahwa salah satu kalangan yang menyebarkan agama Islam adalah para pedagang, di antaranya berasal dari Gujarat, Arab, Persia, dan Cina.

Hubungan antara Islam dengan Mapajahit juga diawali dengan hubungan dagang. Perlahan Islam mulai berkembang dan mulai memberikan pengaruh dalam segi-segi kehidupan di Majapahit.

Muhammad Chawari dalam "Pengaruh Islam Sebagai Salah Satu Penyebab Mundurnya Kerajaan Majapahit" yang terbit pada Berkala Arkeologi (Vol. 13, No. 2, 1993), menyebut Islam telah memberi pengaruh dalam kehidupan sosial budaya dan pemerintahan Majapahit.

Selain dari perdagangan, perkawinan juga menjadi salah satu pintu masuk Islam di Majapahit. Salah satu hasil perkawinan ini kemudian melahirkan tokoh yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Demak, Raden Patah. Ia merupakan putra dari Raja Majapahit, Kertabhumi, yang menikah dengan seorang putri Cina yang dikenal dengan Dewi Kian.

Hadirnya kompleks permakaman Islam dekat Trowulan menunjukkan bahwa pada masa lalu sudah ada komunitas Islam yang tinggal dekat dengan pusat Majapahit.

"Toleransi kerajaan ini (Majapahit) dibuktikan dengan penerimaan terhadap para pedagang Muslim yang juga diberikan tempat tinggal khusus di Troloyo, di pusat ibu kota Trowulan," tambah Uka Candrasasmita (2009, hlm. 76).

Kompleks Makam Troloyo

Nisan-nisan di Kompleks Permakaman Troloyo dilengkapi dengan inskripsi dalam bahasa Arab yang jamak ditemukan di permakaman Isam seperti di Barus.

Kompleks makam ini terletak di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Letaknya tidak jauh dari Situs Trowulan yang menjadi lokasi ditemukannya banyak tinggalan dari era Majapahit. Situs ini menjadi salah satu tempat wisata religi yang kerap dikunjungi para peziarah.

Menurut Masyhudi dalam "Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit (Studi Kasus Pengelolaan Kompleks Makam Troloyo)" yang terbit pada buku Majapahit: Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya (2014), Troloyo banyak dikunjungi para pejabat tinggi atau tokoh nasional untuk berziarah. Juga ada upacara pada hari tertentu yang menarik pengunjung.

Salah satu tokoh nasional yang pernah berziarah ke Troloyo adalah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, presiden Indonesia ke-4.

Di Kompleks Permakaman Troloyo terdapat beberapa kelompok makam. Muhammad Chawari dalam "Fenomena Islam pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit" yang terbit pada buku Majapahit: Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya (2014) menyebut ada empat kelompok makam.

Makam pertama biasa disebut Cungkup Kubur Panjang. Sesuai namanya, di dalam cungkup terdapat makam yang ukurannya lebih panjang dibandingkan makam-makam Islam pada umumnya. Cungkup Kubur Panjang ini menjadi tempat dikebumikannya Syekh Ngundung.

Infografik Mozaik Komplek Makam Troloyo

Infografik Mozaik Komplek Makam Troloyo. tirto.id/Fuad

Makam kedua adalah Cungkup Kubur Tunggal yang merupakan makam Syekh Jumadil Kubro. Makam ketiga adalah Petilasan Walisongo. Disebut demikian karena di dalamnya terdapat sembilan makam.

Makam keempat atau yang terakhir disebut Cungkup Kubur Telu. Sesuai dengan namanya, terdapat tiga makam tokoh, yaitu Makam Syekh Maulana Ibrahim, Syekh Maulana Sekah, dan Syekh Abdul Qodir Jailani Sini. Namun, mengenai penamaan makam-makam di Troloyo masih belum jelas.

Menurut Muhammad Chawari dalam tulisannya yang lain "Inskripsi Berhuruf Arab Di Kompleks Makam Troloyo (Kajian Terhadap Gaya Penulisan, Arti dan Maksud Inskripsi, serta Kronologinya)" yang terbit pada Berkala Arkeologi (Vol. 17, No. 2, 1997), nama-nama itu merupakan pemberian masyarakat untuk memudahkan identifikasi. Menurutnya masih belum diketahui apa dasar yang masyarakat dalam memberi nama tokoh-tokoh pada beberapa makam di Troloyo.

Dari angka-angka tahun yang terdapat pada sejumlah nisan, diketahui bahwa makam-makam tersebut dapat dibedakan dalam tiga periode.

Menurut Louis-Charles Damais dalam "Etudes Javanaises I: Les Tombes Musulmanes Datees de Tralaya" yang terbit pada Bulletin de l'École française d'Extrême-Orient (Vol. 48, No. 2, 1957), angka-angka tahun itu sezaman dengan masa berdiri, masa kejayaan, dan masa keruntuhan Majapahit.

Pada nisan-nisan di Troloyo juga terdapat inskripsi yang berasal dari potongan Al-Qur'an, kalimat Tauhid, dan Asmaul Husna.

Potongan ayat dalam Al-Qur'an tersebut antara lain, Surat Ali Imran ayat 185, Surat Al-Anbiya ayat 35, Surat Al-Ankabut ayat 37 dan 57, Surat Ar-Rahman ayat 26-27, Surat Al-Qasas ayat 88--semuanya tentang kematian dan kebinasaan.

Baca juga artikel terkait PERMAKAMAN KUNO atau tulisan lainnya dari Omar Mohtar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Omar Mohtar
Penulis: Omar Mohtar
Editor: Irfan Teguh Pribadi