tirto.id - Universitas Gadjah Mada (UGM) telah merancang skenario kegiatan belajar mengajar di tahun ajaran baru 2020/2021 yang akan dijalankan di tengah pandemi COVID-19.
Hal tersebut merupakan respons terhadap kebijakan pemerintah yang akan menjalankan skenario era new normal atau normal baru di tengah kondisi pandemi COVID-19.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM, Djagal Wiseso Marseno dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Tirto, mengatakan bahwa UGM menerapkan kebijakan gradual repopulation pada mahasiswa di semester I tahun ajaran 2020/2021.
Kebijakan ini mengatur mahasiswa untuk kembali menjalani kegiatan belajar mengajar di kampus secara bertahap.
“Kita mulai pada bulan Juni-Agustus 2020 membuka kampus hanya untuk mahasiswa yang menjalankan riset dan tugas akhir. Saat beraktivitas di kampus juga harus mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, cuci tangan, jaga jarak serta tidak berkerumun,” urainya.
Adapun perkiraan mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan riset dan tugas akhir di kampus adalah 25 persen dari populasi mahasiswa S1, 50 persen populasi mahasiswa S2, dan 30 persen mahasiswa S3.
Namun, Djagal menekankan bahwa sebelum kembali ke UGM, mahasiswa diminta untuk melakukan tes bebas COVID-19 dari puskesmas asal mahasiswa.
Surat keterangan sehat bebas COVID-19 tersebut dibawa untuk keamanan dalam perjalanan.
Selain itu mahasiswa juga diharapkan berkomunikasi dengan dosen pembimbing terkait rencana pelaksanaan riset di kampus.
Setelah sampai di UGM, mahasiswa diminta untuk mengisi SSO Simaster, lalu melakukan cek kesehatan di klinik GMC, mendaftar ke Asem Kranji, dan mendaftar masuk ke laboratorium departemen atau fakultas.
“Jika riset dan tugas akhir belum selesai, mahasiswa bisa melanjutkan menjalaninya di kampus pada semester selanjutnya,” ujarnya.
Selain itu, UGM akan memulai tahun ajaran baru pada September-Oktober 2020, perkuliahan masih dilakukan secara daring. Pengampu kuliah daring dilakukan oleh dosen senior dan dosen junior.
Selanjutnya, pada awal November 2020, baik mahasiswa lama maupun baru diizinkan masuk kampus untuk menjalani kuliah luring dengan membawa SK Bebas COVID-19.
Lalu saat tiba di kampus mengisi SSO Simaster, melakukan cek kesehatan di klinik GMC, mendaftar ke Asem Kranji, dan mendaftar masuk ke laboratorium departemen atau fakultas.
Djagal menyebutkan untuk pengampu kuliah secara luring dilakukan oleh dosen junior. Sementara dosen senior diutamakan mengisi kuliah daring karena memiliki kerentanan tinggi akan infeksi COVID-19.
Kuliah luring nantinya akan diselenggarakan dengan mematuhi protokol kesehatan dan dilaksanakan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan kuliah saat tidak ada wabah
“Jadi di bulan November-Desember 2020 diperkirakan populasi mahasiswa yang menjalani riset, tugas akhir, dan kuliah luring sebanyak 100 persen dari populasi baik untuk mahasiswa S1, S2, maupun S3,” paparnya.
Ketua Satgas COVID-19 UGM, Rusatmadji mengatakan dalam rangka menyambut kedatangan mahasiswa kembali belajar di kampus, UGM juga telah menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung pencegahan penyebaran COVID-19.
Di antaranya menyediakan tempat cuci tangan di lingkungan kampus, pemasangan banner, petugas yang terus mensosialisasikan untuk jaga jarak dan lainnya.
“Kita akan lakukan assesment bersama fakultas untuk mempersiapkan kuliah luring November mendatang. Kita kaji apa saja yang perlu dilakukan dan dibutuhkan agar kuliah luring berjalan sesuai protokol kesehatan,” jelasnya.
Sementara dari sisi kesehatan, UGM juga mendukung upaya pelaksanaan rapid test melalui klinik kampus GMC. Rapid test ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki gejala COVID-19.
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH