tirto.id - Menteri Agama periode Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, M. Maftuh Basyuni menyayangkan percetakan Alquran Kementerian Agama terbengkalai.
Bahkan, mesin-mesin cetak berharga puluhan milyar tersebut menjadi karatan karena nasibnya tidak terurus.
"Ya, jadi mesin besi karatan dan besi tua," ungkap Maftuh di kediaman, Rabu (10/8/2016) malam.
Dirinya mengaku tidak habis pikir mengapa dana yang diinvestasikan demikian besar justru kini segera masuk 'liang kubur' alias mati tak terurus.
Awal program percetakan Alquran Kemenag diharapkan dapat memenuhi harapan program satu rumah umat Islam dapat memiliki satu Alquran,
Namun menurutnya, di lingkungan Kementerian Agama masih ada oknum yang tidak suka percetakan Alquran milik kementerian itu dapat berjalan dengan baik.
Alasannya, karena bila percetakan itu berjalan bagus, pengadaan Alquran tidak lagi dilakukan dengan tender.
"Ujungnya, ya komisi," sebut Maftuh.
Lembaga percetakan Alquran dibangun dengan dukungan uang APBN dan akan dikelola sebagai badan layanan umum (BLU) di bawah pembinaan Departemen Agama (kini Kemenag). Dana yang dihabiskan mencapai Rp30 miliar di atas lahan 1.530 meter persegi.
Di atas lahan seluas itu ada mesin pracetak, mesin cetak web, mesin cetak warna, mesin cetak sheet DS4, dan mesin-mesin lainnya.
"Saya mencari mesin cetak terbaik. Saat itu, saya minta rekomendasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kenang Maftuh.
Percetakan Alquran di Jalan Raya Puncak, Km 65, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, itu diresmikan pada 15 Nopember 2008 dan berhenti beroperasi sejak pertengahan 2015.
Kapasitas produksi percetakan itu 1,5 juta eksemplar/tahun. Rencananya, percetakan itu diharapkan dapat menjadi awal menentukan bentuk pelat baku dan meminimalisir salah cetak Alquran.
Melalui standar pengawasan mutu ketat yang ditangani Lajnah Pentashih Alquran, diharapkan kesalahan cetak bisa dihindari.
"Perlakuan mencetak kesuciannya terjaga. Bukan sampul Alquran dijadikan terompet seperti kasus tahun lalu," ujar Maftuh.