Menuju konten utama

Maarif Institute Sesalkan Aksi Teror Bom di Kampung Melayu

Maarif Institute turut berduka cita terhadap peristiwa bom Kampung Melayu yang telah menimpa para korban dan mengutuk tindakan keji pengeboman tersebut.

Maarif Institute Sesalkan Aksi Teror Bom di Kampung Melayu
Suasana rumah duka Bripda Ridho Setiawan di Bojong Nangka, Tangerang Selatan, salah seorang anggota polisi yang menjadi korban ledakan bom Kampung Melayu Kamis, (25/5). tirto.id/Aditya Widya Putri

tirto.id - Direktur Eksekutif Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz menyesalkan adanya aksi teror bom terorganisir di beberapa tempat di belahan dunia seperti di Manchester (Inggris), Marawi City (Filipina Selatan), dan Kampung Melayu (Indonesia) yang baru saja terjadi pada Rabu (24/5/2017) malam lalu.

Darraz menyebut, bom Kampung Melayu terjadi bukan hanya telah meneror masyarakat sipil, melainkan juga menyasar aparat keamanan di sekitar lokasi kejadian.

“Ancaman teror yang tak pernah padam telah mengoyak ketenteraman kehidupan kebangsaan dewasa ini," ungkap Darraz kepada Tirto, Kamis (25/5/2017).

Karenanya, ia atas nama Maarif Institute mengucapkan turut berduka cita terhadap peristiwa yang telah menimpa para korban dan mengutuk tindakan keji pengeboman tersebut.

Terlebih, lanjut dia, pengeboman dilakukan menjelang beberapa hari menyambut bulan suci Ramadan dan di malam peringatan hari keagamaan Kenaikan Yesus Kristus.

Saat bom Kampung Melayu meledak pada Rabu pukul 21.00 WIB lalu, Maarif Institute bersama para kepala sekolah dan komite sekolah yang berasal dari 6 Provinsi/ 7 Kota dan kabupaten (Kota Banda Aceh Prov. Aceh, Kota Makassar, Kota Mataram, Kota Surakarta, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, dan Kab. Lebak) sedang menggelar Workshop Penguatan Kebijakan Internal Sekolah yang mengokohkan Kebhinekaan.

Agenda yang tengah dilakukan Maarif Institute, lanjut dia, sebagai upaya membangun komitmen dan gerakan bersama komunitas sekolah menengah atas negeri di Indonesia. Ia berharap, agenda yang tengah ia lakukan mampu menangkal ancaman radikalisasi yang diinfiltrasi oleh kelompok-kelompok radikal dan intoleran di dalam sekolah.

Sebagaimana dikatakan Darraz sebelumnya, sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya merupakan salah satu inkubator subur bagi penetrasi ideologi-ideologi anti-Pancasila.

“Mereka biasanya melakukan penetrasi ideologi anti Pancasila dan anti kebinekaan di kalangan siswa, baik melalui peran alumni maupun melalui guru yang terafiliasi pada kelompok-kelompok radikal,” ungkap Darraz.

Tak hanya itu, Darraz juga mempertanyakan langkah-langkah preventif pihak keamanan dan badan intelijen negara dalam mendeteksi tragedi bom yang terjadi. Aparat keamanan, intelijen, dan terutama Densus 88 diharapkan mampu bekerja lebih keras lagi dalam mencegah tragedi bom ini.

“Tugas kita semakin berat. Untuk melawan terorisme, radikalisme dan perilaku intoleran, kita harus terus bekerjasama dan bekerja keras dalam menghalau ideologi perusak tatanan kemanusiaan ini melalui berbagai lini dan aspek kehidupan,” katanya menjelaskan.

Salah satu yang menjadi konsen Maarif Institute, menurut Darraz, adalah melalui pendekatan preventif-kultural, dengan memperkuat pendidikan karakter dan penguatan wawasan kebhinekaan yang dilakukan sedini mungkin.

Baca juga artikel terkait BOM KAMPUNG MELAYU atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Yuliana Ratnasari