Menuju konten utama

Lenin, Stalin, Mao, & Hitler "Masih Hidup" di Amerika Latin

Stalin, Lenin, dan Hitler telah mati. Tapi, nama mereka abadi, tidak hanya dalam catatan buku sejarah, namun juga melekat pada pribadi-pribadi generasi setelahnya.

Lenin, Stalin, Mao, & Hitler
Adolf Hitler, pemimpin Sosialis Nasional, muncul dari markas partai Munich. Dokumen sejarah menunjukkan Adolf Hitler menikmati perlakuan khusus, termasuk persediaan bir yang berlimpah, selama waktunya di penjara Landsberg. FOTO/AP

tirto.id - Ahmad Khatib yang kelak menjuluki dirinya sebagai Haji Datuk Batuah sudah mendalami Islam sejak belia. Pada usia remaja, dia sudah berhaji. Ia juga kemudian berguru kepada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Rahimahullah, kepala sekolah mazhab Syafii dan imam Masjidil Haram Mekah, dan Abdul Karim Amrullah, ulama ternama asal Minang yang juga ayah Haji Karim Amrullah (Hamka).

Namun, Ahmad akhirnya memilih komunisme sebagai jalan politik. Pada 1923, ia ikut mendirikan Partai Komunis di Hindia (PKH) — kemudian jadi Partai Komunis Indonesia (PKI) — cabang Sumatera Barat. Tidak lama setelah itu, istri pertamanya, Saadiah melahirkan tepat pada 10 November 1923. Yang menarik, anak sulung pasangan ini kemudian diberi nama: Lenin.

"Kekagumannya terhadap sosok kamerad Lenin dibuktikannya dengan memberi nama anaknya sesuai dengan tokoh komunis Rusia tersebut," sebut Fikrul Hanif Sufyan dalam Menuju Lentera Merah: Gerakan Propagandis Komunis Di Serambi Mekah 1923-1949 (2018).

Lenin bukan satu-satunya. Anak pertama Njoto, Wakil Ketua CC (Comite Central) PKI, diberi nama Svetlana Dayani. Svetlana merujuk pada nama putri pertama Stalin dan rekan Lenin dalam Revolusi Bolshevik 1917. Anak pertama Ketua CC PKI Dipa Nusantara Aidit, sementara itu, bernama Ibarruri Putri Alam, merujuk pada Dolores Ibárruri, sekjen Partai Komunis Spanyol.

Selain Lenin, Svetlana dan Ibarruri, ada pula politikus PDIP Ribka Tjiptaning Proletariati yang merupakan putri Raden Mas Soeripto Tjondro Saputro, anggota PKI yang bermukim di Solo. Nama penulis buku Aku Bangga Jadi Anak PKI tersebut mengandung kata "proletar," merujuk pada konsep kelas pekerja sebagai agen revolusi dalam teori Marxis.

Keputusan untuk menyematkan nama tokoh komunis kepada anak sendiri tidak hanya dilakukan para tokoh PKI. Hal yang sama juga dilakukan orang tua lain di berbagai belahan dunia yang kagum dengan tokoh-tokoh tersebut. Alasannya? Mereka mengimani ajaran-ajaran Marxisme dan variannya, atau terkesima revolusi-revolusi yang digerakkan oleh tokoh-tokoh tersebut. Beberapa, mungkin, tidak punya alasan khusus. Bagi mereka, yang penting keren.

Nixon dan Stalin Memprotes Hugo Chavez

Selain di Indonesia, salah satu negara lain yang juga mengalami fenomena ini adalah Venezuela. Pemilihan umum (Pemilu) yang diselenggarakan di Vanezuela pada akhir 2006, misalnya, sempat geger lantaran "Fidel Castro" dan "Mao" masuk dalam daftar nama pemilih. Fidel dan Mao, secara umum, dikenal sebagai pemimpin berhaluan komunis. Fidel merupakan presiden Kuba sejak 1976. Sedangkan Mao Zedong dikenal sebagai pendiri Republik Rakyat Cina (RRC) yang meninggal pada 1976.

Pada pemilu itu, Venezuela dipimpin Hugo Chaves yang juga berhaluan kiri. Oleh karenanya, pendukung Chavez dituding culas, yakni dengan sengaja memasukkan nama Fidel dan Mao — yang oleh publik Venezuela dikira bukan warga negara Venezuela — dalam daftar pemilih. Nyatanya, orang-orang bernama unik yang terinspirasi dari tokoh-tokoh ternama itu benar-benar ada di Venezuela.

"Mao" yang dimaksud dalam daftar pemilih itu adalah Mao Breznyer Pino Delgado. Ia merupakan pekerja iklan pada perusahaan pakaian pantai di Venezuela. Dalam namanya juga terkandung "Breznyer" yang diambil dari Leonid Brezhnev, pemimpin Uni Soviet kala Perang Dingin berlangsung.

Menurut laporan New York Times, nama Mao tidak aneh sama sekali di Venezuela. Media itu malah menemukan Taj-Mahal Sánchez, Elvis Presley Gomez Morillo, Darwin Lenin Jimenez, bahkan Hitler Eufemio Mayora ketika menelusuri secara sepintas nama-nama yang tertera dalam buku telepon atau daftar pemilih pemilu Venezuela 2006. Di dalam buku dan daftar yang sama juga terdapat nama Yesaidú (dari "Yes, I do") dan Juan Jondre (dari "one hundred").

Beberapa orang Venezuela yang menyandang nama-nama unik itu juga sempat jadi sorotan media massa. Ada atlet sepakbola Venezuela bernama Stalin Rivas. Ada pula anggota Kongres Venezuela bernama Iroshima Bravo. "Iroshima" merujuk ke kota Hiroshima di Jepang yang dibom nuklir oleh Sekutu pada Perang Dunia II. Lebih lanjut, dua orang organisator demonstrasi yang menentang kebijakan Chavez pada awal 2007 bernama Nixon Moreno dan Stalin González.

Nama Ilich Ramirez Sánchez juga pernah menjadi sorotan. Selain karena dia menculik 11 menteri pada pertemuan OPEC tahun 1975 dan membunuh dua agen rahasia Perancis, Ilich juga disebut Chavez sebagai rekan senegaranya yang terhormat alih-alih teroris. "Ilich" berakar dari nama asli Lenin: Vladimir Ilich Ulyanov. Dua saudara kandung Ilich Ramirez sendiri bernama Vladimir dan Lenin.

Menurut antropolog di Central University of Venezuela, Samuel Hurtado, orang yang memiliki nama yang terdengar asing, dengan sentuhan Amerika atau Rusia, merasa seolah lebih dihargai di Venezuela. Hurtado mengatakan hal ini mungkin memiliki keterkaitan dengan keadaan Venezuela yang dibanjiri uang untuk impor kala booming migas pada 1970-an.

"Orang Venezuela percaya mereka seharusnya memiliki akses istimewa ke barang-barang yang diimpor," kata Hurtado. "Pemikiran ini lantas meluas ke nama yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka."

Selain Pemilu Venezuela 2006, Pemilu Presiden Ekuador 2017 dan Pemilihan Walikota Yungar di Peru pada 2018 juga disorot bukan hanya karena manuver-manuver politik yang terjadi di dalamnya, melainkan juga nama-nama kandidatnya.

Persaingan Sengit Hitler dan Lenin di Peru

Bila Anda berkesempatan mengunjungi Ekuador pada bulan-bulan awal 2017, mungkin Anda akan menemukan poster atau spanduk bertuliskan "Lenin" di tepi-tepi jalan utama.

Lenin di sini bukan penggerak Revolusi Bolshevik, tetapi nama salah satu kandidat presiden Ekuador saat itu, Lenín Boltaire Moreno Garcés. Mengantongi dukungan dari Aliansi PAIS, Lenín Moreno memenangkan Pemilu Presiden Ekuador.

"Ayah seorang sosialis dan ibu seorang liberal. Mereka suka membaca, ayah, Lenin, dan ibu, Voltaire," kata Lenin Moreno, sembari menambahkan bahwa namanya menjadi "Boltaire" karena ada kesalahan di Kantor Catatan Sipil.

Sementara di Yungar, kota kecil di Peru, Pemilu berlangsung sengit. Posisi walikota diperebutkan dua politikus lokal: Hitler Alba dan Lennin Vladimir Rodríguez Valverde. Seolah-olah mengingatkan pada pertempuran ideologi Hitler yang fasis versus Lenin yang komunis—meskipun kenyataannya Lenin sudah meninggal sembilan tahun sebelum Hitler berkuasa.

Hitler dari Yungar pernah menjabat walikota pada periode 2011-2014. Selama berkampanye, petahana walikota itu mengunakan slogan "Hitler kembali" atau "Hitler bersama rakyat". "Pada tahun '80-an, nama-nama asing dianggap modis. Mungkin ayah, tanpa melihat siapa dia [Adolf Hitler], menamai saya Hitler," ujar Hitler Alba.

Infografik Anak Manis Bernama Komunis

Setelah lulus sekolah menengah, Hitler dari Yungar berpikir untuk mengganti namanya. Tetapi, dia urung melakukannya.

"Mungkin kebetulan belaka jika nama saya Hitler. Adolf Hitler orang Jerman dan kita tahu dari sejarah bahwa dia adalah seorang manusia yang, katakanlah, buruk," katanya, seperti dilansir Andina, "Saya tak punya masalah dengan nama Hitler. Seperti nama lainnya, bagi saya itu seperti nama saya Juan, Lucas atau Sebastián."

Puluhan tahun silam, Uni Soviet tidak hanya mengilhami para intelektual Amerika Latin, tapi juga memberi dukungan keuangan, militer, pertanian, dan politik. Menurut catatan Telesur, Uni Soviet memberi dukungan berupa akses dagang dan pinjaman ke Kuba setelah revolusi 1959. Negara itu mengirim peralatan militer ke Nikaragua selepas Front Pembebasan Nasional Sandinista berkuasa pada 1979, serta mengalokasikan hibah dan pinjaman ke pemerintahan sosialis Grenada besutan Maurice Bishop.

Sejak 1957, Uni Soviet mengirim musisi dan artis terbaik mereka ke Amerika Latin, dan pada gilirannya menjadi tuan rumah bagi artis Amerika Latin. Salah satu penyair asal Chile, Pablo Neruda, dianugerahi Hadiah Perdamaian Stalin. Pada 1960-an Radio Moskow adalah stasiun internasional dengan siaran paling banyak di Amerika Latin dengan pertunjukan dalam bahasa Spanyol, Portugis dan Quechua.

Baca juga artikel terkait AMERIKA LATIN atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara