Perubahan iklim menjadi permasalahan serius yang dihadapi bumi saat ini. Salah satunya, kenaikan permukaan air laut. Naiknya permukaan air laut adalah penyebab meluasnya abrasi di daerah pesisir. Lebih-lebih ketika badai datang beriring dengan pasang, maka gelombang bala akan menghantam apa saja. Ancaman inilah yang dihadapi oleh mereka yang mendiami pulau-pulau di dunia.
Pesisir utara Pulau Jawa adalah salah satu wilayah yang paling parah terdampak abrasi di Indonesia. Dalam belasan tahun terakhir, 6.000 hektar lahan di daerah pesisir ini lenyap dikikis oleh air laut. Perkampungan di pesisir utara dari tahun ke tahun semakin menyempit. Masyarakat yang bermukim di sana terpaksa beradaptasi dengan perubahan lingkungan tersebut.
Salah satunya di pesisir pantai Karawang, Jawa Barat, sepanjang 6 km garis pantai dari perbatasan Desa Cemarajaya, alami pengikisan permukaan tanah sejak dua dekade terkahir.
Sebelumnya, mayoritas masyarakat mendapatkan pendapatan besar dari objek pariwisata Pantai Pisangan, kurang lebih mampu memberi desa Rp. 80 juta per bulan.
Namun semua itu hanya jadi cerita belaka, warga tak lagi bisa mengandalkan bisnis pariwisata dan beralih profesi menjadi pedagang, nelayan atau membangun bisnis kecil seperti warung tenda.
Desa Cemarajaya telah kehilangan lahan seluas 500 hingga 800 meter dari garis pantai saat ini. Sejak dua dekade lalu, warga mulai membangun tanggul dan meninggikan rumahnya untuk menghindari banjir. Pemerintah setempat juga telah menempatkan pemecah gelombang panjang dan karung pasir di sepanjang garis pantai.
Hal serupa juga dialami di kawasan Desa Pantai Bahagia, Dahulu kala masyarakat setempat pernah merasakan hidup yang penuh gemilang. Hasil tambak warga meruah. Kapal-kapal dari pesisir Jakarta berdatangan untuk membeli ikan-ikan segar milik penduduk desa. Masa itu, desa di bagian utara Kabupaten Bekasi ini dikenal dengan sebutan Kampung Dolar. Namun, gelombang pasang berangsur merubah hidup mereka.
Adpaun segala jenis upaya masyakarat menghalau kenaikan permukaan laut akibat krisis iklim tampaknya tidak mungkin lagi bisa terbendung.
Pesisir utara Pulau Jawa adalah salah satu wilayah yang paling parah terdampak abrasi di Indonesia. Dalam belasan tahun terakhir, 6.000 hektar lahan di daerah pesisir ini lenyap dikikis oleh air laut. Perkampungan di pesisir utara dari tahun ke tahun semakin menyempit. Masyarakat yang bermukim di sana terpaksa beradaptasi dengan perubahan lingkungan tersebut.
Salah satunya di pesisir pantai Karawang, Jawa Barat, sepanjang 6 km garis pantai dari perbatasan Desa Cemarajaya, alami pengikisan permukaan tanah sejak dua dekade terkahir.
Sebelumnya, mayoritas masyarakat mendapatkan pendapatan besar dari objek pariwisata Pantai Pisangan, kurang lebih mampu memberi desa Rp. 80 juta per bulan.
Namun semua itu hanya jadi cerita belaka, warga tak lagi bisa mengandalkan bisnis pariwisata dan beralih profesi menjadi pedagang, nelayan atau membangun bisnis kecil seperti warung tenda.
Desa Cemarajaya telah kehilangan lahan seluas 500 hingga 800 meter dari garis pantai saat ini. Sejak dua dekade lalu, warga mulai membangun tanggul dan meninggikan rumahnya untuk menghindari banjir. Pemerintah setempat juga telah menempatkan pemecah gelombang panjang dan karung pasir di sepanjang garis pantai.
Hal serupa juga dialami di kawasan Desa Pantai Bahagia, Dahulu kala masyarakat setempat pernah merasakan hidup yang penuh gemilang. Hasil tambak warga meruah. Kapal-kapal dari pesisir Jakarta berdatangan untuk membeli ikan-ikan segar milik penduduk desa. Masa itu, desa di bagian utara Kabupaten Bekasi ini dikenal dengan sebutan Kampung Dolar. Namun, gelombang pasang berangsur merubah hidup mereka.
Adpaun segala jenis upaya masyakarat menghalau kenaikan permukaan laut akibat krisis iklim tampaknya tidak mungkin lagi bisa terbendung.