Menuju konten utama

Laporan Bank Dunia: Kemiskinan Ekstrem di Indonesia Turun

Bank Dunia menilai Indonesia sedang dalam tren baik menuju pengentasan kemiskinan ekstrem pada 2024.

Laporan Bank Dunia: Kemiskinan Ekstrem di Indonesia Turun
Sejumlah warga beraktivitas di perkampungan padat penduduk tepi rel kereta api di Kampung Bandan, Jakarta, Jumat (14/10/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom.

tirto.id - Indonesia dinilai sedang dalam tren baik menuju pengentasan kemiskinan ekstrem pada 2024. Hal ini selaras juga dengan tujuan Indonesia yang ingin beralih menjadi negara yang berpenghasilan menengah, yang sebelumnya Indonesia menjadi negara yang berpenghasilan rendah.

Dilansir dari laporan Bank Dunia, Indonesia Poverty Assessment: Pathways Towards Economic Security, Indonesia dinilai bisa lebih mencermati bagaimana tren kemiskinan, dan juga pemerataan yang seharusnya dilakukan sehingga mampu melakukan upaya pengentasan kemiskinan.

Laporan ini juga menjabarkan rekomendasi bagaimana Indonesia dapat melanjutkan dan mempercepat upaya pengentasan kemiskinan bagi segmen penduduk yang lebih besar sesuai dengan cita-citanya demi menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045.

“Laporan ini menyoroti perlunya bagi Indonesia untuk memperluas definisi kemiskinan, ketika kemiskinan ekstrem yang diukur berdasarkan Paritas Daya Beli (PPP) pada tahun 2011 sebesar 1,90 turun menjadi 1,5 persen pada 2022,” demikian dikutip dari Indonesia Poverty Assessment: Pathways Towards Economic Security, Selasa (9/5/2023).

Indonesia saat ini masih rentan oleh guncangan yang ditimbulkan oleh realita global. Sebab, sepertiga penduduk Indonesia saat ini masih belum aman secara ekonomi.

Penyebabnya adalah Indonesia yang saat ini masih berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan iklim saja dapat dikaitkan dengan 70 persen bencana di Indonesia dalam beberapa dekade antara 1990 sampai 2021.

“Tercatat Indonesia mengalami lebih dari 300 bencana alam, dan satu juta orang lebih terkena dampaknya,” katanya.

Maka dari itu, pemerintah Indonesia perlu membuat kebijakan untuk lebih memprioritaskan investasi infrastruktur yang tangguh guna memitigasi dampak dari guncangan-guncangan yang tak terhindarkan seperti ini.

Selanjutnya yaitu berkaitan dengan sumber daya, Sumber daya tersebut bukan mustahil untuk diperoleh. World Bank’s Indonesia Poverty Assessment: Pathways Towards Economic Security ini mengungkapkan, peluang-peluang untuk meningkatkan pendanaan investasi seharusnya berpihak kepada rakyat miskin.

Seperti, peninjauan kembali kebijakan subsidi energi dan pertanian dapat membantu meningkatkan pendapatan pemerintah, demikian pula dengan dikajinya kembali penerapan pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN).

Lalu, kenaikan pajak atas minuman beralkohol, tembakau, gula dan karbon juga dapat menambah dana investasi yang berpihak kepada rakyat miskin.

Selain itu, diperlukannya peningkatan kapasitas pemerintah daerah khususnya di bidang pengelolaan belanja daerah dapat membantu memperbaiki kualitas pelayanan publik, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan.

Hal ini khususnya penting dalam konteks daerah terpencil dan tertinggal – yang memiliki kapasitas terendah – sehingga menunjukkan pencapaian modal manusia yang sangat rendah. Maka, investasi pada peningkatan kapasitas juga dapat membantu mengurangi kesenjangan di Indonesia.

Serangkaian kebijakan yang dirancang dengan cermat dan terpadu dalam sebuah pendekatan multi-cabang (multi-pronged approach) dapat membantu melanggengkan kisah sukses Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan ekstrem.

Rangkaian kebijakan tersebut akan membantu rumah tangga di Indonesia mencapai keamanan ekonomi, sehingga guncangan-guncangan yang terjadi tidak dapat mengurangi hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya pengentasan kemiskinan, sejalan dengan cita-cita Indonesia untuk mewujudkan status sebagai negara berpenghasilan tinggi.

Baca juga artikel terkait PENGENTASAN KEMISKINAN EKSTREM atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang