tirto.id - Tanggal 1 Safar 1445 H jatuh pada 18 Agustus 2023. Safar merupakan bulan yang hadir setelah Muharam. Safar bukan bagian dari empat bulan haram dalam kalender kamariah dan dulunya pernah dianggap sebagai bulan sial.
Mengutip laman Majelis Ulama Indonesia, "safar" dalam bahasa Arab bermakna "kosong". Makna tersebut dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat Arab tempo dulu yang kerap pergi dari rumah untuk menjalankan keperluan tertentu. Misalnya, mereka berpergian untuk mengumpulkan makanan atau mempersiapkan berbagai keperluan untuk perang.
Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirubnu Katsir Juz IV (Dârut Thayyibah, 1999) menjelaskan keadaan masyarakat saat itu yang jauh lebih sepi ketimbang hari-hari lainnya. Dikatakannya, "Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.”
Hanya saja, pada masyarakat awam setempat, Safar turut disebut dengan bulan kesialan. mereka cenderung berhati-hati ketika memasuki bulan ini.
Mitos Kesialan Bulan Safar
Mitos kesialan bulan Safar berawal dari memaknai safar sebagai sebuah penyakit dalam perut. Penyakit tersebut memiliki bentuk menyerupai ulat besar dan mematikan. Masyarakat Arab lalu menjadikan Safar bulan sial yang dipenuhi unsur celaka di dalamnya.
Kadang mitos ini masih berkembang pada sebagian orang. Mereka masih meyakini bulan Safar menjadi sarana terjadinya musiba luar biasa. Musibah tersebut lebih besar ketimbang bulan lainnya.
Sebaliknya, Islam justru menolak anggapan kesialan tersebut yang termasuk dalam perbuatan khurafat atau mitos. H.A. Zahri dalam buku Pokok-Pokok Akidah yang Benar, khurafat mempunyai arti cerita bohong atau cerita rekaan/khayalan belaka. Meyakini kebenaran khurafat merupakan perbuatan yang salah menurut Islam.
Hadits tentang Bulan Safar
Hadits seputar bulan Safar tidak lepas dari kritikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengenai berbagai bentuk kesialan termasuk bulan tersebut.
Beliau dengan tegas menyatakan tidak ada kesialan akibat alasan apa pun, termasuk dalam wujud 'adwa, thiyarah, hammah, hingga sial akibat bulan Safar.
Ada pun hadis-hadis seputar bulan Safar terangkum sebagai berikut:
1. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdiri lalu bersabda, ‘Sesuatu tidak dapat menular kepada sesuatu yang lain.’ Lantas, berkatalah seorang Arab Badui, ‘Wahai Rasulullah, terkadang unta yang berkudis lalu dimasukkan dalam kandangnya kemudian menjalar ke seluruh unta?’ Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun menjawab, ‘Lalu siapakah yang menjadikan unta pertama kudis? Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan di bulan Safar, Allah telah menciptakan setiap yang bernyawa dan telah mencatat hidupnya, rezekinya, dan musibah-musibahnya.’'
(HR Tirmidzi dalam Sunan no. 2143, hadis ini dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir 2/1278)
2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma beliau berkata,
“Mereka dahulu berpendapat bahwa umrah di bulan-bulan haji termasuk kedurhakaan paling besar di muka bumi. Mereka menjadikan Muharam sebagai Bulan Safar. Mereka mengatakan, ‘Jika unta jemaah haji telah kembali, bekas-bekas tapak kakinya telah hilang, bulan Safar telah habis, maka dihalalkan umrah bagi yang ingin menunaikan umrah.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya tiba di Makkah pada hari keempat bulan Zulhijah, mereka bertalbiyah untuk haji. Kemudian beliau memerintahkan mereka agar menjadikannya sebagai niat umrah. Hal ini menjadi perkara yang besar bagi mereka sehingga mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa saja yang halal (dibolehkan)?’ Beliau menjawab, ‘Semuanya halal (boleh).’”
(HR Imam Bukhari no. 1564 dan Imam Muslim no. 1240)
3. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak ada penyakit yang menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan pada bulan Safar, dan tidak ada kesialan karena burung hamah.’ Maka seorang Arab Badui bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Lalu mengapa terkadang sekelompok unta yang sehat di padang pasir, lalu datang seekor unta yang kudisan kemudian unta yang sehat itu kudisan pula semuanya?’ Jawab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ‘Lalu siapakah menularkan kepada yang pertama?’ Di riwayat yang lain bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ’Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada kesialan karena burung hamah, tidak ada kesialan pada bulan Safar, maka seorang Arab Badui bertanya, ‘Wahai Rasulullah!…”
(HR Bukhari dalam Shahih-nya no. 5770 dan Muslim di Shahih-nya no. 2220)
4. "Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan pada bulan Safar, dan tidak ada kesialan karena burung hamah.”
(HR. Bukhari dalam kitab Shahih-nya no. 5717 dan Muslim dalam kitab Shahih-nya no. 2220)
5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada kesialan karena burung hamah, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar. Dan larilah dari orang yang berpenyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa!’”
(HR Bukhari dalam kitab Shahih-nya no. 5707)
Editor: Yulaika Ramadhani