tirto.id - Sejumlah tumpukan sampah mulai terlihat kembali di sekitar pusat Kota Bandung. Salah satunya penumpukan yang terjadi di tempat pembuangan sementara (TPS) Budhi, Jalan Amir Mahmud, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, pada Rabu (15/10/11).
Pantauan kontributor Tirto, di lokasi tersebut tampak gunungan sampah yang menumpuk. Plastik hitam, sisa makanan, dan limbah rumah tangga menjulang. Bahkan, sampah sampai meluber ke badan jalan.
Timbunan sampah sudah disekat dengan deretan barrier plastik berwarna oranye. Namun, sebagian sampah tetap melampaui batas, menumpuk hingga menyentuh pembatas dan trotoar. Akibatnya, warga terpaksa menghirup bau menyengat tiap melintas di Jalan Amir Mahmud.
Seorang warga sekitar, Eni (50), menyebut bahwa kondisi demikian dirasakan sudah lebih dari sepekan. Menurutnya, kian hari penumpukan sampah di TPS Budhi kian parah. Tak jarang, ia harus menutup hidung saat berjalan melewati lokasi tersebut.
"Saya setiap hari lewat sini sambil jalan, soalnya nganter anak sekolah. Tiap lewat pasti harus tutup hidung, soalnya bau banget," ungkap Eni kepada kontributor Tirto di lokasi.
Ia menyayangkan kondisi ini belum juga membaik. Pasalnya TPS Budhi selain berada di samping jalan utama, tetapi juga berdekatan dengan area sekolah. Dirinya khawatir anak-anak yang melewati lokasi bakal terdampak penumpukan sampah.
"Banyak anak-anak sekolah juga yang lewat sini, bahaya buat kesehatan apalagi banyak yang jualan juga di sini. Harapan saya semoga pemerintah cepat cari solusi. Jangan sampai dibiarkan terus begini," harapnya.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung membenarkan terjadinya lonjakan timbunan sampah sejak adanya pembatasan atau pengurangan jatah buang sampah ke TPA Sarimukti per 1 September 2025 oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar).
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Salman Faruq, menuturkan Kota Bandung kini hanya diizinkan membuang 981 ton sampah per hari.
Kuota itu jauh berkurang dari kapasitas sebelumnya yang mencapai 1.200 ton per hari.
Akibat pengurangan tersebut, terdapat sekitar 200 hingga 300 ton sampah per hari yang tidak dapat terangkut ke TPS. Kondisi ini menyebabkan penumpukan signifikan di berbagai titik Kota Bandung.
“Saat ini estimasi penumpukan sudah mencapai 4.000 ton, dan akan terus bertambah kalau tidak ada upaya apapun,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Tirto, Rabu (15/10/11).
Ia menambahkan, kini pihaknya tengah berupaya mengantisipasi kondisi ini. Di antaranya dengan memperkuat peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pengurangan sampah dari sumbernya.
“Pak Wali sedang mencari lahan di tingkat RW dan kelurahan untuk dijadikan tempat pengolahan sampah organik. Beliau juga berencana merekrut 1.597 pendamping pemilah sampah di setiap RW,” tambahnya.
Kepala DLH Kota Bandung, Darto, tidak menampik kondisi darurat serta penumpukan sampah yang saat ini terjadi. Menurutnya, sekian ton sampah yang menumpuk tersebut berasal dari sampah-sampah sisa pengolahan.
"[Sejak perubahan kebijakan] dari ritase ke tonase itu dimulai tanggal 1 September 2025, kami sudah tahu bahwa akan ada akumulasi tumpukan. Akibat dari sisa harian sampah yang tidak bisa diangkut ke TPA dan tidak bisa diolah," ungkap Darto saat dikonfirmasi kontributor Tirto, Selasa (14/10/2025) sore.
Sebelum kebijakan tonase, pihaknya mendapatkan jatah buang sampah ke TPA Sarimukti dengan mekanisme ritase. Ia merincikan, melalui mekanisme ritase, pemkot bisa membuang atau mendapatkan jatah 140 rit atau sekitar 1.200-an ton.
"Sementara dugaan awal atau hitungan [kebijakan baru bakal] sesuai kesepakatan, [ternyata] 981 ton. Itulah kan penyebabnya. Ya jadi ada selisih dari [perubahan kebijakan] ritase ke tonase itu yang cukup signifikan," tuturnya.
Kendati memang hingga saat ini masih ada penumpukan, karena kemampuan membuang dan mengolahnya yang meninggalkan sisa sampah. Ia memastikan pemkot terus mengoptimalkan proses penanganan sampah.
Mulai dari magotisasi, composting, hingga program pemkot terkait pengolahan sampah Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan (Kang Pisman), hingga metode berbasis thermal atau insinerator. Pemkot juga bakal kembali siapkan beberapa mesin insinerator untuk menunjang masalah sampah hari ini.
"Jadi sudah ada 13 titik [insinerator]. Ya semua metode pengelolaan yang mungkin [dilakukan]. Termasuk yang terakhir rencananya akan merekrut 150.097 petugas pengelola [sampah]. Supaya sampah organik dari rumah tangga bisa diselesaikan," tegasnya.
Sebelumnya, Kota Bandung sempat mengalami darurat sampah. Sepanjang Agustus-September 2023, sampah meluber dari TPS-TPS di Kota Bandung, usai kebakaran di TPA Sarimukti.
Penulis: Amad NZ
Editor: Siti Fatimah
Masuk tirto.id

































