tirto.id - Facebook Professional (FB Pro) telah menjadi ruang bagi kreator konten untuk memperoleh penghasilan langsung dari platform. Banyak pengguna beralih ke mode ini dengan harapan dapat memonetisasi unggahan kontennya. Namun, kreator juga harus memenuhi beberapa persyaratan dan menaati aturan jika ingin konten tetap bisa dimonetisasi.
Kegagalan monetisasi sering menjadi masalah yang dihadapi kreator, khususnya bagi pemula. Banyak kreator tidak menyadari bahwa konten yang diunggah ternyata melanggar kebijakan. Hal ini tentu mengharuskan kreator memahami video seperti apa yang dilarang oleh FB Pro, agar konten dapat terhindar dari kegagalan monetisasi.
Memahami daftar video yang dilarang di FB Pro menjadi penting agar dapat membentuk akun yang sehat dan berkelanjutan. Konten yang melanggar dapat mengakibatkan beberapa hal, salah satunya pembatasan fitur monetisasi di FB Pro hingga hilangnya pendapatan yang sudah terkumpul. Jenis pelanggaran ini, contohnya seperti pada format video, perilaku unggahan, dan kategori konten yang diatur secara ketat.
Sebelum dapat menarik penghasilan monetisasi, kreator harus mematuhi standar dari FB Pro. Berikut adalah informasi terkait jenis konten dan video yang dilarang di FB Pro agar akun kreator tetap aman dan dapat dimonetisasi.
Daftar Jenis Konten dan Video yang Dilarang di FB Pro untuk Monetisasi

Agar tetap dapat memonetisasi konten dan video yang diunggah, kreator harus mengetahui dan memahami jenis konten dan video yang dilarang di FB Pro. Apabila telah mengetahui ketentuan yang berlaku, kreator akan lebih luwes dalam memproduksi konten tanpa khawatir tidak dapat dimonetisasi.
Konten apa saja yang dilarang di FB profesional dan Video apa saja yang tidak bisa dimonetisasi di Facebook? Ini penjelasannya.
1. Format Konten yang Dilarang
FB Pro melarang beberapa format konten yang dianggap berkualitas rendah atau minim keaslian. Konten seperti video statis, yang pada dasarnya hanya gambar diam dan diberi tambahan musik, tidak akan bisa dimonetisasi. Hal ini serupa dengan Montage Teks, yang hanya menampilkan gambar diam dengan tulisan, karena keduanya dianggap tidak memiliki nilai tambah sebagai video.Selain itu, Video Slide yang hanya berupa kumpulan foto-foto juga dilarang karena dinilai kurang kreatif. Format lain yang ditolak adalah Video Looping, yaitu konten yang sengaja diputar berulang-ulang untuk memperpanjang durasi. Facebook menganggap praktik ini sebagai spam dan mengganggu pengalaman pengguna.
Terakhir, video yang sudah menyertakan iklan bermerek atau promosi yang disisipkan secara manual oleh kreator juga tidak layak dimonetisasi. Jika kreator sudah memasukkan iklannya sendiri, Facebook menganggap slot iklan tersebut telah terisi. Hal ini dilarang karena Facebook ingin menjadi satu-satunya pihak yang menayangkan iklan di konten tersebut.
2. Konten yang Melanggar Standar Komunitas
Facebook secara tegas melarang video yang berisi kekerasan ekstrem, ujaran kebencian, pornografi, atau aktivitas ilegal. Konten dengan unsur SARA, pelecehan, atau ancaman juga termasuk kategori pelanggaran berat. Jika video kamu mengandung hal-hal tersebut, fitur monetisasi bisa langsung hilang dari akun FB Pro kreator.3. Video yang Tidak Orisinal
Facebook ingin memastikan kreator menghasilkan karya asli, bukan hasil unggahan ulang (repost). Video yang diambil dari platform lain seperti TikTok atau YouTube tanpa perubahan signifikan, seperti narasi baru, analisis, atau reaksi dari kreator FB Pro itu sendiri akan dianggap tidak memenuhi syarat monetisasi. Dengan begitu, orisinalitas menjadi kunci utama jika ingin tetap menghasilkan di FB Pro.4. Konten yang Tidak Aman untuk Pengiklan
Ada video yang tidak melanggar aturan, tapi dianggap tidak cocok untuk iklan. Misalnya, video yang menampilkan darah, konten dewasa, atau topik sensitif seperti politik dan perang. Facebook menandai konten seperti ini sebagai konten yang tidak ramah bagi pengiklan, sehingga iklan tidak akan ditampilkan meski video tetap bisa tayang.Jenis Konten yang Bisa Terkena Pembatasan Monetisasi FB Pro
Ilustrasi Facebook. FOTO/iStockphoto

Tidak semua pelanggaran yang dilakukan kreator langsung membuat akunnya diblokir. Ada juga jenis konten yang tidak dilarang, tapi bisa dibatasi penghasilannya oleh sistem FB Pro.
Pertama, ada konten yang mengandung hak cipta orang lain, seperti potongan lagu, film, atau video game tanpa izin resmi. Jika kreator menambahkan sedikit komentar, analisis, atau efek tapi masih terlalu mirip sumber aslinya, video bisa ditandai limited originality. Artinya, konten dari kreator tetap bisa tayang, namun penghasilannya sangat kecil atau bahkan bisa tidak menerima sama sekali.
Kedua, konten bertema isu sensitif seperti politik, konflik, atau agama. FB tidak melarang bahasan tersebut, tapi akan membatasi jangkauan jika konten dinilai terkesan memecah belah atau terlalu provokatif. Jadi, jika kreator akan membahas isu seperti ini, pastikan narasinya netral dan tidak memicu perdebatan tajam.
Ketiga, konten yang memanipulasi engagement, misalnya penggunaan bot, beli tayangan, atau meminta penonton untuk melakukan sesuatu dahulu untuk melanjutkan menonton, juga bisa menurunkan skor monetisasi. Sistem Facebook bisa mendeteksi pola interaksi tidak wajar dan menilai akun tersebut “berisiko”.
Terakhir, video kompilasi atau re-upload dari berbagai sumber tanpa tambahan konteks sering dianggap tidak memiliki nilai orisinalitas. Walaupun terlihat aman, konten seperti ini tetap bisa membuat monetisasi terbatas karena dianggap tidak ada kreativitasnya.
Istilah dan Aturan Monetisasi di FB Pro

Bagi kreator pemula, memahami istilah di dashboard monetisasi sangat penting. Salah satunya adalah Eligibility Checker, yaitu fitur di Creator Studio atau Professional Dashboard untuk mengetahui apakah akun sudah memenuhi syarat monetisasi. Jika status tertulis Not Eligible, berarti ada pelanggaran atau kekurangan yang harus diperbaiki sebelum bisa dimonetisasi.
Ada juga istilah Content Monetization Policies dan Partner Monetization Policies. Kedua aturan ini menjelaskan bahwa semua akun kreator harus memenuhi standar komunitas, punya rekam jejak yang baik, serta selalu memproduksi konten orisinal. Akun yang melanggar kebijakan bisa mengalami pembatasan monetisasi.
Kemudian, ada Monetization Products seperti In-Stream Ads, Ads on Reels, dan Performance Bonus. Ketiga fitur inilah yang menjadi sumber penghasilan utama bagi kreator FB Pro. Namun, ketiganya hanya bisa aktif jika semua konten milik kreator lolos pemeriksaan algoritma dan memenuhi pedoman Facebook.
Tanda paling mudah untuk mengetahui bahwa akun telah memperoleh fitur monetisasi adalah munculnya tab Monetization di Creator Studio dan opsi penghasilan di setiap posting video. Tapi, perlu diingat, fitur ini bukan jaminan langsung menghasilkan uang. Monetisasi pada konten yang melanggar aturan tetap bisa dibatalkan, meskipun akun sudah disetujui.
Memahami seperti apa video yang dilarang di FB Pro adalah langkah awal agar akun kreator tidak kehilangan fitur monetisasi. Dengan fokus membuat konten orisinal, berkualitas baik, dan mematuhi pedoman, kreator tidak hanya menjaga akun tetap aman, tetapi juga membangun kredibilitas akun FB Pro. Perlu diingat bahwa yang terpenting adalah produksi konten yang baik dan berkualitas dibandingkan sekadar viral saja.
Tertarik membaca artikel Tirto lainnya tentang Facebook Pro? Silakan klik tautan berikut:
Penulis: Ario Gemawang
Editor: Elisabet Murni P
Masuk tirto.id


































