tirto.id - Pecahnya konflik Israel dan Palestina menimbulkan kekhawatiran pada ekonomi global khususnya harga minyak mentah sebagai salah satu tolok ukur terhadap pasar keuangan global.
Analis pasar modal Lanjar Nafi menuturkan, ketidakpastian geopolitik dapat mengganggu rantai pasokan global dan akan berdampak pada ekspor-impor di Tanah Air.
"Secara enggak langsung berpengaruh melalui dampak pada harga komoditas energi, terutama minyak dunia dan stabilitas pasar global,” kata Analis Pasar Lanjar Nafi kepada Tirto, Senin (9/10/2023).
Dia menuturkan, jika minyak dunia naik akan mempengaruhi biaya impor maupun ekspor komoditas. Akibatnya Inflasi global akan mempengaruhi stabilitas ekonomi.
"Resiko Inflasi yang bergerak lebih tinggi juga menjadi konsen, jika harga minyak dunia naik karena ketegangan geopolitik, ini dapat berdampak pada inflasi di global,” bebernya.
Kemudian, dia menuturkan saat yang sama kenaikan harga minyak dapat meningkatkan biaya produksi dan transportasi. Kemudian meningkatkan harga barang dan jasa.
Namun, dia menjelaskan saat ini para Anggota OPEC+ melihat permintaan akan minyak dunia masih cenderung menurun, sehingga mereka melakukan pemangkasan produksi guna mengendalikan harga.
“Apabila tensi geopolitik terus memanas dan harga minyak melonjak. OPEC+ masih memiliki opsi untuk mengembalikan produksi mereka guna menjaga supply ditengah upaya mengimbangi lonjakan harga,” bebernya.
Saat ini, target harga minyak OPEC+ di kisaran 100 dolar AS per barel. Hal tersebut, mempertimbangkan lesunya permintaan karena Cina masih memiliki problem pada pemulihan ekonomi.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin