tirto.id - Kabar duka datang dari Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal PBB yang bertugas hampir satu dekade sejak 1997 hingga 2006. Annan meninggal hari ini, Sabtu (18/8/2018), pada usia 80 tahun karena sakit yang singkat, demikian yang diumumkan pihak keluarga dan yayasannya.
Ia tutup usia di rumah sakit di Bern, Swiss ditemani istrinya, Nane; dan tiga anaknya: Ama, Kojo dan Nina, di sisinya. Setelah pensiun di Jenewa, ia kemudian tinggal di sebuah desa di Swiss.
Pria kelahiran Ghana, 8 April 1938 ini adalah sekretaris jenderal ketujuh PBB. Berkat kerja kemanusiaannya, pada 2001 Annan menerima penghargaan Nobel Perdamaian, yang ia dedikasikan bersama PBB.
Kofi Annan Foundation mengeluarkan pernyataan pada Sabtu pagi, mengkonfirmasi kabar kematian ini. "Di mana ada penderitaan atau kebutuhan, ia mengulurkan tangan dan menyentuh banyak orang dengan belas kasih dan empati yang mendalam," demikian kata yayasan, seperti dikutip Washington Post.
Pernyataan itu juga menyebut Annan sebagai "negarawan global dan internasionalis yang sangat berkomitmen berjuang sepanjang hidupnya untuk dunia yang lebih adil dan lebih damai."
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB saat ini Antonio Guterres mengatakan Annan adalah "kekuatan penuntun untuk kebaikan.” Ia menambahkan, “Sungguh kesedihan yang mendalam hal ini saya sadari atas kematiannya.”
"Dalam banyak hal, Kofi Annan adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dia naik pangkat untuk memimpin organisasi ke milenium baru dengan martabat dan tekad yang tak tertandingi," tutur Guterres.
Annan bergabung dengan organisasi PBB pada 1962 sebagai petugas administrasi WHO di Jenewa. Ia kemudian melayani Komisi Ekonomi untuk Afrika di Addis Ababa, Pasukan Darurat PBB di Ismailia, serta komisioner tinggi PBB untuk pengungsi di Jenewa dan di beberapa pos senior di kantor pusatnya di New York.
Sebelum menjadi sekretaris jenderal, ia menjadi sekretaris-bawah jenderal untuk pemelihara perdamaian dan juga menjabat sebagai perwakilan khusus dari sekretaris jenderal untuk bekas Yugoslavia antara tahun 1995 dan 1996, demikian dilansir The Guardian.
Annan pensiun sebagai sekretaris jenderal pada Desember 2006. Dalam pidato terakhirnya, ia menuding AS melakukan pelanggaran hak asasi manusia atas nama memerangi teror. Pernyataan perpisahan ini membuat marah pemerintahan George W Bush saat itu.
Hubungan Annan dengan PBB bukannya tanpa kontroversi. Saat menjabat kepala penjaga perdamaian PBB dan sebagai utusan khusus untuk bekas Yugoslavia, Annan juga mengawasi transisi di Bosnia dari pasukan pelindung PBB ke pasukan pimpinan NATO.
Mengutip Al Jazeera, operasi penjaga perdamaian PBB menghadapi dua kegagalan terbesarnya selama masa jabatan Annan: genosida Rwanda pada tahun 1994, dan pembantaian di kota Bosnia Srebrenica pada Juli 1995.
Jenderal Kanada yang dipensiunkan, Romeo Dallaire, pemimpin pasukan PBB di Rwanda, diduga telah mengirim pesan ke kantor Annan. Ia memperingatkan akan terjadinya pembantaian.
Namun, Annan dilaporkan mengatakan kepada pasukan militer PBB untuk tidak mengambil tindakan apa pun. Ia kemudian menawarkan permintaan maaf atas kedua kasus itu, tetapi mengabaikan panggilan untuk mengundurkan diri.
Editor: Yuliana Ratnasari