Menuju konten utama

Klaster COVID-19 Bermunculan di Panti-Panti Jakarta, Kok Bisa?

Muncul COVID-19 di belasan panti di Jakarta. Mobilitas petugas yang tinggi diduga jadi penyebabnya.

Klaster COVID-19 Bermunculan di Panti-Panti Jakarta, Kok Bisa?
Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa Cipayung, Jakarta Timur. ANTARA/Andi Firdaus

tirto.id - Salah satu titik penyebaran virus COVID-19 di Jakarta yang kemudian menjadi klaster adalah panti sosial. Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa menyumbang 221 kasus setelah beberapa gelombang tes swab; sementara Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 sebanyak 81. Keduanya berada di Cipayung, Jakarta Timur.

Camat Cipayung Eko Satrio mengatakan COVID-19 di dua tempat itu telah muncul sejak pertengahan Desember 2020.

Dia memperkirakan virus berasal dari dua sumber. Pertama, "mereka kena dari petugas sebab petugas panti beberapa kali ke rumah sakit ambil obat dan antar konsultasi," kata Eko, Senin (4/1/2021). Pengelola memang rutin mengambil obat maupun mengantar pasien untuk berkonsultasi ke Rumah Sakit Duren Sawit.

Kemungkinan lain, virus berasal dari bahan baku makanan maupun air mineral dari petugas. Pasokan bahan makanan ini didatangkan dari sejumlah pasar tradisional di Jakarta Timur.

Eko bilang "kecil kemungkinan penularan terjadi dari penghuni panti," sebab "mereka sangat jarang sekali keluar."

Karena klaster di dua tempat itu, wilayah RW 04 dan RW 06 Cipayung secara keseluruhan masuk dalam zona merah COVID-19.

Eko mengatakan telah berkoordinasi dengan pengelola panti untuk mempersiapkan antisipasi reinfeksi. Beberapa di antaranya, "monitor terus bagaimana mereka memberikan vitamin, menjaga jadwal olahraga, hingga cek suhu."

Kepala Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa Tuti Sulistianingsih mengatakan belum jelas dari mana sumber penularan. Namun, dalam rangka mengantisipasi penularan, dia bilang telah melakukan beberapa hal.

Pertama, antisipasi penularan lewat bahan makanan, Tuti bilang instansinya telah mempersiapkan mesin ozon. "Sekarang ini setiap ada yang antar makanan kami masukan dulu ke alat ozon selama 30 menit sebelum timbang dan dipilah," katanya. Sementara pencegahan penularan langsung lewat orang, Tuti bilang panti tidak dulu menerima tamu atau memulangkan warga binaan.

Awal pekan lalu ia mengatakan tim medis memastikan para pasien sudah sembuh setelah menjalani isolasi 14 hari.

Selain dua panti tersebut, ditemukan pula Corona di 11 panti asuhan--3 di Jakarta Selatan; 2 di Jakarta Barat; dan 6 di Jakarta Timur--dalam periode 13 sampai 27 Desember 2020, menurut laman 'Cluster Penularan COVID-19 DKI Jakarta.'

Di Panti Asuhan Nurul Hasanah Pesanggrahan Jakarta Selatan ditemukan 17 kasus; Panti PSTW Budi Mulia 2 Cilandak Jakarta Selatan 22 kasus; dan Panti PSTW Margaguga Cilandak Jakarta Selatan 36 kasus. Kemudian Panti Asuhan Laras Grogol Petamburan Jakarta Barat 11 kasus; Panti Sosial BKW Kebon Jeruk Jakarta Barat 7 kasus; Panti Asuhan Balita Jakarta Timur 10 kasus; dan Panti PSBNRW Cahaya Batin Jakarta Timur 6 kasus.

Selanjutnya Panti Werdha KDW dan PKC Ciracas Jakarta Timur 8 kasus; Panti RPTC Kemensos Jakarta Timur 7 kasus; Rumah Perlindungan Trauma Center TKI Cipayung Jakarta Timur 2 kasus; dan Panti PSBL HS 2 Jakarta Timur 138 kasus.

Epidemiolog dari Universitas Muhammadiyah Hamka Mouhammad Bigwanto mengatakan panti memang mungkin jadi tempat penularan karena tingginya mobilitas pengunjung dan petugas, bukan penghuni. "Penghuni panti pada umumnya mobilitasnya rendah," kata Bigwanto kepada reporter Tirto, Rabu (6/1/2021).

Cara menangani klaster ini, pertama, adalah isolasi mereka yang positif. "[Untuk yang dirawat] di rumah sakit, hanya bagi yang punya gejala. Sisanya isolasi mandiri," katanya. Kemudian, lengkapi petugas yang kontak dengan penghuni positif dengan alat pelindung diri (APD). Lalu lakukan tracing, testing, dan treatment (3T) untuk semua petugas, penghuni, serta mereka yang berkunjung ke panti dalam dua pekan terkahir.

Agar tidak terjadi lagi penularan virus di panti dan sebagai langkah preventif, Bigwanto menyarankan agar petugas membatasi kunjungan ke tempat itu--antisipasi yang menurutnya seharusnya sudah dilakukan sejak awal masa pandemi. "Mungkin bisa meniru beberapa pesantren yang sudah 100 persen tidak menerima kunjungan dari luar, termasuk orang tua santri," katanya.

Selanjutnya, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, petugas minimal wajib menggunakan APD level 1 terutama ketika berkontak dengan penghuni. "Lingkungan, peralatan, pakaian, hingga makanan semua harus steril dan pastikan ada ventilasi udara di ruangan," tambahnya.

Baca juga artikel terkait KLASTER COVID-19 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino