tirto.id - “Buat saya, dunia saya ini selesai. Tinggallah Allah saja.”
Khadijah mengatakan di depan ratusan jemaah wanita yang hadir di Masjid Darussalam, Cimanggis, Depok, 26 Januari lalu. Suaranya yang dalam dari balik nikab membius hadirin sore itu.
Itu jauh berbeda saat ia masih membintangi sinetron Gerhana, identik dengan suara cempreng "pusiiiing" yang dia lontarkan, menjadikannya salah satu selebritas paling menonjol pada dekade 1990-an. Tak salah memang, Khadijah yang saya maksud adalah Peggy Melati Sukma.
“Journey of our life is hijra,” lanjut Peggy. “Memang yang susah dan yang ditimpa masalah saya doang? Apa yang membedakan? Saya ikhtiar kepada Allah. Mencari jawaban sama Allah.”
Mengisi kajian dakwah untuk perempuan muslim menjadi kegiatan utamanya dalam tiga tahun terakhir setelah ia memutuskan hijrah pada November 2013. Tak hanya keliling kota di Indonesia, perempuan kelahiran Cirebon ini sudah berdakwah hingga ke 18 negara, seperti Palestina, Suriah, beberapa negara Afrika dan Eropa hingga Amerika Serikat.
“Kalau di daerah konflik, misalnya, kami tak hanya memberikan kajian tapi juga memberikan bantuan sosial kemanusiaan,” katanya, mantap.
Bantuan sosial yang dimaksud berupa pembangunan sekolah untuk anak-anak penyandang disabilitas, pabrik kecil untuk produksi pakaian yang dikelola "janda-janda syuhada," hingga klinik yang memberi bantuan kaki tangan palsu untuk korban perang Palestina. Dari perjalanannya itu, Peggy mencatatnya dalam jurnal yang kemudian diterbitkan menjadi buku, Kun Fayakun Menembus Palestina (2017).
Dakwah yang dilakukan Peggy tak sekadar dari masjid ke masjid. Dunia literasi dipilihnya sebagai salah satu media syiar. Total, sejak masa hijrah, ia sudah menerbitkan 7 buku. Selain itu, bersama Dompet Dhuafa, Peggy mencanangkan program "Amazing Muslimah" yang membantu muslimah di Indonesia untuk belajar membaca Alquran.
Peggy berkata bahwa aktivitas dakwah ini sepenuhnya "skenario Allah". Ia membandingkan dengan masa sebelum hijrah, "Dua puluh satu tahun saya berkarier, tapi saya enggak menulis buku satu pun.”
Popularitasnya yang dipetik dari dunia hiburan tak pelak ikut memudahkannya berdakwah. “Saya ke sini karena mau ketemu Teh Peggy juga, sih. Mau dengar cerita hijrahnya. Dan ternyata inspiratif sekali,” kata Nadia, warga Cimanggis, yang datang ke kajian tersebut.
Peggy, kini 41 tahun, menganggap popularitas lamanya justru adalah ujian di masa kini. Ia berkali-kali mengingatkan kepada jemaah agar jangan hadir hanya karena ingin bertemu dengannya. “Pergilah ke majelis karena mau mendapat rida Allah. Ini bahaya juga buat dakwah saya dan saya jadi harus lebih menjaga hati,” kata dia.
Tampil Tertutup dengan Nikab
Satu hal yang menjadi perhatian khalayak pengajian pada Jumat sore itu adalah penampilan Peggy yang tampil dengan nikab atau cadar. Sore itu ia mengenakan khimar hijau muda dengan nikab merah muda. Padahal, beberapa waktu lalu, ia masih kerap tampil dengan wajah terbuka. Di akun Instagramnya bahkan masih banyak foto dia yang belum bercadar.
Keputusan itu diakui Peggy bukan "proses yang tiba-tiba", melainkan bagian dari "proses panjang ke arah yang lebih baik."
Mengawalinya dengan basmallah, Peggy berkata, “Ini cara saya melatih diri untuk lebih tawadu, lebih menyederhanakan diri, dan menjaga hati sehingga tujuan hidup bukan lagi tentang dunia."
Pro dan kontra selalu membayangi keputusan ekstrem. Tak terkecuali bagi Peggy. Namun, selama tiga bulan usai bernikab, Peggy justru merasa "kenikmatan lain." Ia menjadi sosok yang sulit dikenali, bahkan di acara dakwah yang bakal diiisi dia.
“Kadang datang ke tempat acara, enggak ada yang ajak bicara. Enggak tahu siapa. Dan ini menimbulkan kebahagiaan. Jadi merasa aku bersama Allah. Ini nikmat dan indah.”
Seleb Lain yang Berdakwah
Peggy, yang kini memakai nama hijrahnya sebagai "Khadijah", bukanlah figur publik satu-satunya yang terjun ke dunia dakwah. Nama lain seperti vokalis (alm) Gito Rollies hingga pelawak Akrie Patrio.
Akrie Patrio mulai terjun ke dunia seni peran usai grup lawak yang membesarkan namanya, Patrio, bubar. Ia kemudian memerankan sosok ustaz Ferry dalam sinetron Ramadan, Para Pencari Tuhan, yang disutradarai oleh Deddy Mizwar, aktor-jadi-politikus. Mizwar, kini Wakil Gubernur Jawa Barat, acap menyampaikan pesan religi lewat film dan sinetron yang digarapnya, baik sebagai sutradara maupun produser.
Kemungkinan Mizwar, baik dalam sinetron tersebut maupun sosoknya, berpengaruh besar pada keimanan Akrie. Ini membawa Akrie terjun sepenuhnya di dunia dakwah. Kemampuannya melawak, yang diasah bertahun-tahun, turut mewarnai ceramah.
Gito Rollies, sebelum meninggal pada 28 Februari 2008, sudah aktif berdakwah keliling Indonesia bersama Jamaah Tabligh. Semangat dakwahnya membara, sebagaimana vitalitas lama dia saat masih jadi vokalis. Dengan tubuh yang menyimpan kanker kelenjar getah bening, Rollies tetap mengamalkan "mati di panggung saat berdakwah". Ia tetap berkeliling Indonesia dari masjid ke masjid, kendati bergerak di atas kursi roda.
Selebritas lain yang mengambil jalan dakwah adalah Sakti, gitaris Sheila on 7. Keputusan berhijrah Sakti cukup mengejutkan lantaran pada waktu itu Sheila On 7 tengah berada pada puncak popularitas pada 2004. Bersama Jamaah Tabligh juga, Sakti berkeliling Indonesia untuk memberikan ceramah dan mengubah namanya menjadi Salman Al-Jugjawy.
Dakwah ala Jamaah Tabligh juga dilakoni Boy Hamzah. Padahal saat ia hijrah pada 2016, Boy dalam puncak karier lewat salah satu sinetron dengan rating tertinggi. Ia mengikuti khuruj ke beberapa kota bersama rekan sesama Jamaah hingga rela meninggalkan anak dan istri.
Dari kaum hawa, ada nama aktris Astri Ivo yang kini aktif di dunia dakwah. Pada satu kesempatan, Astri bahkan tak segan menyebut dirinya "provokator menuju surga." Ia pernah mengisi tausiah di rumah tahanan khusus wanita di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Seleb & Dakwah: Dua Mata Pisau Syiar Islam
Irisan dunia seleb dan dunia dakwah tak ubah dua mata pisau. Di satu sisi, nama besar sang artis dapat berguna menyebarkan syiar Islam, terlebih bagi para fans yang kerap mencontoh perilaku sang idola. Yukie dan Komunitas Passer Hijrahnya bisa jadi contoh.
Dari akun Instagram, Yukie kerap membagikan kebersamaan dengan para fans lewat pengajian ke masjid-masjid. Sementara di akun @onebloodpasser, akun Instagram khusus Passer Tasikmalaya, selain foto-foto konser Pas Band, kini banyak unggahan foto-foto kegiatan religius komunitas tersebut.
Sebagai figur publik, Arie Untung mengamini nilai tambah yang dimilikinya dalam usaha merapatkan ukhuwah Islamiyah. “Saya diingatkan, followers saya cukup banyak di media sosial. Nah tergantung pilihan apakah mau menjadikan itu manfaat atau malah dosa? Saya pilih manfaat. Maka, saya mulai berani posting soal hal-hal yang bernuansa keagamaan.”
Namun, di sisi lain, tak jarang para artis bisa saja keliru dalam berdakwah, meski pendakwah dari kalangan non-artis pun bisa tergelincir ke hal yang sama, mengingat penafsiran dan pandangan beragama tidaklah seragam, menyimpan kompleksitas tak terelakkan.
Misalnya pada kasus Teuku Wisnu saat memandu sebuah program Islam di salah satu stasiun televisi swasta. Dalam acara itu, ia sempat menyebut bahwa mengirimkan Al-Fatihah kepada mereka yang sudah meninggal sebagai bidah.
Lantaran itu, ia dan program yang diampunya mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia. Teuku Wisnu, saat memandu acara itu tandem bersama Zaskia Adya Mecca, segera menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat melalui akun Twitter pada 6 September 2015.
Ustaz Subki Al-Bughury berpesan agar para artis, yang terjun di dunia syiar Islam, "harus sesuai dengan porsinya" saat berdakwah.
“Namanya orang baru berhijrah, ada ilmu-ilmu yang belum tahu. Yang disampaikan yang diketahui saja. Apalagi baru satu-dua tahun main sinetron, belum banyak yang tahu tentang agama Allah.”
Meski begitu, Subki mendukung para artis menjadi pendakwah usai berhijrah. “Orang cenderung ingin mendengar pengalaman titik balik seseorang. Kenapa dulu ustaz Jefri begitu meledak? Karena dia seperti terlahir kembali. Yang seperti itu bisa menginspirasi orang lain untuk ikut berhijrah. Sah-sah saja memanfaatkan sesuatu untuk kebaikan,” ujar ustaz asal Bogor ini.
Penulis: Restu Diantina Putri
Editor: Fahri Salam