tirto.id - Jika ada satu fragmen dalam hidup Yuki Arifin Martawidjaja yang harus diberi garis tebal, sangat mungkin hal itu merujuk sebuah peristiwa pada Mei 2015. Saat itu Yukie dan anggota Pas Band lain mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya mengalami tabrakan di daerah Cinunuk, Jawa Barat, saat menuju Bandung usai Pas Band menggelar konser di Tasikmalaya.
Akibat insiden itu, bagian pahanya terluka, tulang kering bengkok, lutut retak. Yukie pupus harap dan berpikir tak akan berjalan normal.
Belum kelar kemalangannya, ia ditimpa bangkrut. Bisnisnya macet. Imbasnya, ia tak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Kemalangan demi kemalangan itu mengubah doanya. Jika semula ia meminta yang serba material, kini munajatnya menjadi lebih sederhana.
“Ya Allah, saya nyerah. Urusan anak atau apa pun saya kasih ke Allah saja,” cerita Yukie kepada saya, Jumat kedua Januari lalu.
Menurut Yukie, sejak ia mengubah doanya, "banyak keajaiban" terjadi. Perlahan, lingkungan pergaulannya mulai bergeser. Pada awal 2017, teman-teman yang berkunjung ke kediamannya berubah total. Mereka mengenakan imamah (semacam gamis), berpeci, dan tak bosan mengajaknya ke masjid.
Titik balik saat ia mengikuti khuruj selama tiga hari di tahun yang sama. Herru Wahyudi alias Paps, kawan yang baru dikenalnya, dan Wahyu, kawan lain pemilik sebuah bengkel, berperan sentris atas proses hijrah ayah empat anak itu.
Dari cerita Yukie, Herru datang untuk meminjam uang. Namun, hubungan mereka tak berhenti sebatas transaksi utang piutang. Herru mulai sering mengajaknya berdiskusi soal ketuhanan dan berkumpul di masjid.
“Kalau dilihat mah, saya yang membantu dia. Tapi sebenarnya dia yang menolong saya,” ujar Yukie, mengenakan imamah cokelat dan peci hitam bergaris abu-abu.
Berkenalan dengan Jamaah Tabligh
Hari itu Herru datang pada Yukie untuk membicarakan sebuah proyek yang akan dikerjakan bareng. Sembari membahas pekerjaan, ia mengaku kepada Yukie bahwa ia baru saja keluar penjara. Yukie, saat itu sudah mulai berhijrah, mengajaknya ke bengkel milik Wahyu di Dipati Ukur. Yukie sengaja menitipkan motor di bengkel itu dan meminta Herru menjaganya, sementara ia manggung bersama Pas Band.
Usut punya usut, Yukie sebenarnya bermaksud mengenalkan Herru dengan Wahyu, yang juga seorang ustaz dan anggota Jamaah Tabligh, agar Herru mendapatkan pengetahuan agama.
Singkat cerita, Herru semakin berkawan dengan Wahyu, dan mulai sering mengikuti khuruj selama tiga hari.
“Saat itu Mama Yukie belum paham apa itu Jamaah Tabligh. Dia enggak tahu. Lalu dia curiga, 'Aliran apa, nih?' Tapi, ya, kami ajak aja,” kata Herru menyebut vokalis Pas Band itu dengan sapaan karib "Mama Yukie".
Toh, pada akhirnya, kecurigaan Yukie berubah menjadi ketertarikan terhadap Jamaah Tabligh saat ia mengikuti khuruj perdananya. Khuruj yang dimaksud adalah kegiatan menginap atau iktikaf selama tiga hari, meninggalkan seluruh urusan duniawi, termasuk anak dan istrinya.
“Di sana itu dibolak-balik semuanya. Kita seperti di-brain wash tapi Allah yang brain wash. Istilahnya islah. Dosa-dosa saya diperlihatkan semuanya. Itulah yang membalikkan segala-galanya, pikiran dan hati saya,” kenang Yukie.
Inilah fragmen penting lain dalam hidup Yukie. Semula pribadi yang sangat rasional dan segala sesuatu pasti ada sebab-akibat, demikian pengakuannya, ia kemudian berkeyakinan penuh pada kausa prima, menganggap Allah sebagai awal dari seluruh alam semesta.
Ia berkata tertarik pada Jamaah Tabligh lantaran "pola dakwahnya berbeda dari kelompok lain." Jamaah Tabligh termasuk kelompok dakwah yang rapi, memiliki halaqah atau kelompok pengajian di setiap daerah. Tiap halaqah terhubung satu sama lain hingga berjejaring secara internasional, tersebar di lebih dari 220 negara. Jamaah Tabligh tak mengenal sentralisasi pemimpin. Bagi kelompok ini, semua dapat berperan sebagai guru sekaligus murid.
“Dari sekian banyak pergaulan, ternyata saya memang butuh komunitas,” ujar Yukie.
Kelompok Jamaah Tabligh memiliki kebiasaan khuruj tiga hari dalam sebulan atau 40 hari dalam setahun. Setiap halaqah biasanya berkeliling dari masjid ke masjid demi memperluas jangkauan dakwah. Hal inilah, dalam beberapa bulan terakhir, dilakukan Yukie bersama kolega Jamaah Tabligh.
“Biasanya kami keluar (khuruj) paling sedikit 5 orang, paling banyak pernah sampai 50 orang,” kata Yukie. Sang istri, Neny Febrianty, mendukung penuh kegiatan religius suaminya.
“Ya kalau ditinggal mah, dari dulu juga sering ditinggal, kan, pas manggung,” ujar Neny.
Soal foto viral dia tengah membersihkan kaca jendela masjid, Yukie menceritakan: saat itu ia menjalani khuruj di sebuah masjid di Jalan Lombok, Bandung. Hujan besar. Banjir di sekitar masjid. Mereka pun kerja bakti. Rupanya, tanpa sepengetahuannya, ada teman dia yang memotret. Maka menyebarlah foto tersebut.
“Maksudnya, mah, buat bercanda aja ke teman-teman yang susah diajak keluar (khuruj), 'Nih, artis aja mau kitu, ngelap-ngelap kaca masjid,'” ujarnya, menirukan ucapan si teman.
Musik dan Dakwah
“Musik itu berbahaya. Seperti dua mata pisau. Tapi saya pilih ini sebagai media dakwah.”
Usai hijrah, Pas Band masih tampil seperti biasa di beberapa kota. Yukie mengaku enggan melakukan perubahan ekstrem lantaran rekan-rekan band belum tentu menerimanya secara nyaman.
Kendati begitu, sedikit demi sedikit Yukie menyisipkan pesan dakwah setiap kali pentas.
“Waktunya saya bayar utang. Saya ngeband 26 tahun. Sering ngajak ke hal-hal yang enggak bener. Ngebir di atas panggung.”
Yukie mendatangi kantong-kantong fans Pas Band, kemudian mengajaknya ke masjid. Tak sedikit yang akhirnya ikut berhijrah mengikuti jejak idola. Maka lahirlah komunitas "Passer Hijrah" yang tersebar di lima kota. Passer sebutan untuk fans Pas Band.
Ary Obet menjadi Passer sejak sembilan tahun lalu. Mengetahui idolanya berhijrah, Ary menyambutnya dengan antusias.
“Mama Yukie, kan, musiknya keras, ya. Ketika melihat dia hijrah, kemudian mendalami agama, kami salut,” ujarnya.
Pada bulan puasa 2017, Ary bertemu sang idola pada satu kesempatan acara berbuka puasa bersama. Ary ingat saat itu Yukie, kendati tidak secara personal, memberi pesan kepada Passer yang hadir.
“Dia bilang, ‘Kalian dulu senang-senang karena saya, lupa salat karena saya. Nah, sekarang saya pengin semuanya mencontoh saya. Ikut saya hijrah,’” cerita Ary.
Pengurus Passer cabang Tasikmalaya ini tak mau munafik. Ia tak menampik jika banyak Passer yang kemudian hijrah lantaran melihat sosok Yukie sebagai idola. Kendati demikian, mereka yang semula berniat hanya ingin bertemu idola mengubah pemikirannya setelah berdiskusi dengan Yukie.
Yukie, bagi mereka, bukan lagi sekadar idola melainkan berkembang sebagai panutan.
Sementara dalam warna musik, Ary menilai "tak ada yang berubah dari Pas Band" selain penampilan Yukie yang biasanya berjaket kulit dan jin robek kini tampil dengan peci gaul saat manggung.
Di sisi lain, Yukie berkata sering kali mengubah beberapa lirik lagu-lagu Pas Band yang menurutnya "tak Islami."
“Kami dulu sering mencerca pemerintah. Contohnya pada lagu 'Penguasa'. Saya agak ubah liriknya menjadi ‘manusia-manusia yang melampaui batas,'” kata Yukie.
Terminologi "manusia-manusia yang melampaui batas", dalam Alquran, merujuk orang-orang yang bermaksiat. Ada yang bilang Yukie mulai membawa napas Islam dalam bermusik kendati hanya perubahan minor sebaris lirik lagu.
Awal tahun ini, Yukie dan Pas band biasanya menyiapkan album baru. Namun, Yukie mengaku belum mendapatkan "formula yang pas" untuk karya anyar.
“Saya memang ingin ada nuansa ketuhanan tapi tetap bersifat universal agar diterima semua orang. Dan hal ini cukup sulit buat saya,” ujarnya.
Yukie mengambil gitar lalu mulai memainkan chord 'Black' dari band tahun '90-an, Pearl Jam.
And now my bitter hands
Cradle broken glass
Of what was everything
All the pictures had
All been washed in black
Tattooed everything
“Kang Yukie enggak khawatir dengan pendapat orang?”
“Orang mah biarin aja. Saya lebih takut Allah yang kecewa.”
Azan Asar berkumandang di langit Cigadung. Yukie izin pamit. Bersama Herru, ia mengendarai motor bebek menuju masjid terdekat dari kediamannya.
Penulis: Restu Diantina Putri
Editor: Fahri Salam