Menuju konten utama

Ketabahan Warga Cawang Jalani Ibadah Puasa di Tengah Banjir

Sekitar pukul 03.00 WIB, saat Lesmana dan keluarganya bangun untuk makan sahur, ia melihat air perlahan memasuki rumahnya.

Ketabahan Warga Cawang Jalani Ibadah Puasa di Tengah Banjir
Sejumlah warga berdiri melihat rumahnya yang terendam banjir di RT 11 RW 05 Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (4/3/2025). tirto.id/Naufal

tirto.id - Lesmana (48) menyantap hidangan sahurnya dengan perasaan tidak tenang, Selasa (4/3/2025) dini hari. Sekitar pukul 03.00 WIB, saat Lesmana dan keluarganya bangun untuk makan sahur, ia melihat air perlahan memasuki rumahnya.

Sebelumnya, rumah Lesmana yang terletak di RT 11 RW 05 Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, itu direndam banjir sepanjang hari pada Senin (3/3/2025).

"Sempat sahur. Biarpun diuber-uber sama air, nyempetin deh, nafsu nggak nafsu. Makannya dikit, sambil makan sambil deg-degan," tutur Lesmana kepada reporter Tirto, Selasa.

Banjir sempat surut pada Senin malam sekitar pukul 22.00 WIB. Namun, Lesmana tidak mau buru-buru merapikan rumah, karena ia khawatir banjir susulan akan tiba.

Tidak butuh waktu satu hari, kekhawatiran Lesmana langsung terbukti. Sekitar lima jam setelahnya, air kembali datang tanpa diundang, membuat ia dan keluarganya terpaksa keluar rumah untuk mengungsi.

"[Senin] jam 10 malam itu surut, nggak dibersihin [dulu rumahnya] takut datang lagi [banjirnya]. Eh benar, jam tiga [datang lagi]," ujarnya.

Banjir yang merendam rumahnya disebut Lesmana merupakan banjir kiriman. Menurut informasi yang ia terima, banjir tersebut merupakan kiriman dari Bendungan Katulampa, Bogor, Jawa Barat. Sepanjang malam, Lesmana terus menerus memantau pergerakan air yang datang dari arah selatan tersebut.

"Kan ada saluran, mantau saya ketinggian [air di] Katulampa, Depok, sama Manggarai. Selalu saya pantau terus," ucapnya

Lesmana menyebut seluruh perabotan yang berada di dalam rumahnya kini sudah habis terendam. Bahkan, motor miliknya pun ikut terendam air.

"[Kerugian] gak usah dibilang deh ya, bingung. [Barang-barang] kerendam semua. Motor kerendam," keluh Lesmana.

Musibah ini menimpa Lesmana saat ia tengah menjalani ibadah puasanya. Ia mengaku hanya bisa pasrah menghadapi situasi ini. Meskipun tengah dilanda musibah, Lesmana tetap tegar dan terus menjalani puasa. Ia berharap tetap diberikan kekuatan untuk menyelesaikan puasanya hingga waktu berbuka tiba.

"Abis mau gimana lagi, kita terima aja, mudah-mudahan biar kuat sampai maghrib. Insha allah [tetap puasa]," katanya.

Ketabahan tampaknya juga menjadi pilihan bagi Zainal Arifin (52) dalam menyikapi musibah yang menimpa dirinya dan keluarga ini. Tinggal di lokasi yang berdekatan dengan Lesmana, rumah Zainal kini juga sudah terendam banjir.

Zainal dan istrinya, Ida (45), menuturkan, mereka terpaksa menghabiskan santapan sahurnya dalam waktu singkat ketika air mulai memasuki rumah. Ia menyebut hanya memakan makanan yang tersedia dan segera bergegas untuk menyelamatkan diri.

"Sempat sahur. Ya makannya buru-buru, makan yang ada. Makan, ngopi, udah selesai," terang Zainal kepada reporter Tirto, Selasa.

Musibah banjir diakui Zainal menjadi tantangan bagi dirinya dalam menjalankan ibadah puasa. Meski begitu, situasi ini harus tetap dihadapi oleh dirinya dengan tegar.

"Ya siap gak siap harus dihadapin," ucapnya dengan tegar.

Rumah Zainal yang hanya memiliki satu lantai, kini hampir sepenuhnya terendam air. Zainal menggambarkan betapa parahnya kondisi yang ia hadapi saat ini. “[Rumah saya] kelelap sekarang sampai seleher. Nggak sampai atap, karena rumah kita agak tinggi. Sekusen pintu dah kurang lebih,” tuturnya.

Sehari sebelumnya, ia dan keluarganya sempat merasa lega karena banjir mulai surut. Mereka pun kembali ke rumah, menyalakan lampu, dan mulai membersihkan sisa-sisa lumpur yang ditinggalkan air. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sementara. Saat sahur tiba, air kembali datang dengan volume yang lebih besar dari sebelumnya.

“Air masuk pas lagi sahur, subuh. Subuh tuh jam setengah lima. [Senin] malam surut, kan banjir pertama surut, terus kita nih lampu nyala, kita kembali ke rumah, bersih-bersih. Udah selesai, ah pikir udah nggak datang banjir lagi. Gak taunya datang, lebih besar lagi dari yang kemarin," katanya dengan nada kecewa.

Menurut Zainal, air yang masuk ke rumahnya berasal dari Bogor, yang sejak malam sebelumnya terus diguyur hujan. Debit air yang tinggi di Bendungan Katulampa dan Cibalok membuat air sungai meluap dan akhirnya membanjiri rumah-rumah warga di Cawang.

“Ini karena kiriman ini, hujan juga. Di sana tuh memang debit airnya tinggi, di daerah Depok, Katulampa, sama Cibalok. Katanya hujan di Bogor juga nggak berhenti-berhenti,” tambahnya.

Situasi ini membuatnya semakin khawatir. Banjir yang datang silih berganti menunjukkan betapa seriusnya permasalahan ini. Ia berharap agar pemerintah lebih serius dalam menangani persoalan banjir yang terus terjadi.

“Harapannya ya biar tidak jadi yang seperti ini lagi, mungkin orang udah pada takut pikiran banjir, pemerintah biar lebih serius lagi nanganin banjirnya. Agak minimal, meminimalisir lah,” katanya penuh harap.

Di tempat lain, Muhammad Sanusi (52), warga Jalan Cawang 3, RT 11 RW 05, juga mengalami nasib serupa. Banjir datang sejak hari Senin dan sempat surut pada sore harinya. Namun, hanya dalam hitungan jam, air kembali naik hingga mencapai rumahnya. Ia mengatakan bahwa banjir di daerahnya memang bukan kejadian yang selalu terjadi setiap tahun, namun cukup sering terjadi dalam siklus tertentu.

“Kalau dibilang rutin banjir juga nggak. Tapi dibilang tahunan juga bisa. Seperti kayak begini kan bisa dibilang, ada yang bilang banjir lima tahunan,” kata Sanusi kepada reporter Tirto, Selasa.

Dalam kondisi serba sulit ini, Sanusi tetap berusaha menjalankan ibadah puasanya. Ia bersyukur karena masih sempat menyantap sahur sebelum air kembali merendam rumahnya. Namun, ia menyebut tidak semua warga di daerahnya memiliki kesempatan yang sama.

“Iya ada yang sebagian sempat sahur, ada yang sebagian nggak. Saya sendiri alhamdulillah masih sempat. Sempat sahur, tapi juga nggak lama. Kelar sahur langsung buru-buru [menyelamatkan diri],” katanya.

Bagi Sanusi, puasa di tengah banjir adalah ujian kesabaran. Meski menghadapi berbagai kesulitan, ia tetap yakin bahwa semua ini adalah bagian dari ujian hidup yang harus dijalani.

“Insyaallah [saat ini masih puasa]. Insyaallah sih nggak ada masalah. Semuanya kembali lagi ke orangnya kan. Alhamdulillah kemarin juga kita puasa alhamdulillah nggak ada yang kita rasain, nggak ada rasa haus, nggak ada rasa lapar. Alhamdulillah Allah kasih sampai sekarang. Walaupun dalam keadaan Allah kasih banjir yang cakep begini deh,” ujarnya dengan nada pasrah.

Namun, di balik ketabahan yang ia tunjukkan, tersimpan harapan agar peristiwa ini tidak terus berulang. Sanusi berharap pemerintah dapat menemukan solusi yang lebih baik dalam mengelola perairan di Jakarta dan daerah sekitarnya.

“Harapannya kita sebagai warga kecil ya cuma minta yang terbaik aja dalam mengelola ya, mengelola perairan ini. Harapannya cara gimana kali biar nggak lewat kedangkalan banget,” katanya.

Banjir yang melanda kawasan Cawang bukan hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga menguji ketabahan para warga yang sedang menjalankan ibadah puasa. Meski diterpa musibah, mereka berusaha tetap bertahan dan berharap kondisi segera membaik.

Hingga Rabu (5/3/2025) pagi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat sebanyak 7 RT di kawasan Cawang masih terendam banjir. Ketinggian banjir bervariasi dari mulai 90 hingga 220 sentimeter.

Sebelumnya, Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ), Pramono Anung, telah menginstruksikan Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta untuk membuka sejumlah pintu air di Jakarta.

Pramono menyampaikan kepada Plt Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum, pembukaan pintu air ini dilakukan untuk mengurangi debit air di Kali Ciliwung yang sudah sangat tinggi.

“Maka tadi saya sudah meminta kepada Bu Ika yang bertanggung jawab untuk mengatur pintu-pintu air yang ada, untuk mulai dibuka supaya bebannya tidak lebih banyak ke timur terutama ke Ciliwung,” ujar Pramono saat meninjau Pintu Air Manggarai, Selasa (3/3/2025).

Untuk penanganan banjir di Jakarta secara jangka panjang, Pramono menyebut akan bertemu dengan kepala daerah di sekitar Jakarta. Menurutnya, penanganan banjir ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh Pemprov Jakarta saja.

“Jadi saya akan membuka diri untuk duduk bersama dengan Gubernur, Bupati, Wali Kota yang sekarang ini terdampak dalam waktu dekat ini. Karena penyelesaian ini kan tidak bisa parsial hanya Jakarta,” ucapnya.

Baca juga artikel terkait BANJIR JABODETABEK atau tulisan lainnya dari Naufal Majid

tirto.id - News
Reporter: Naufal Majid
Penulis: Naufal Majid
Editor: Anggun P Situmorang