tirto.id - Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berupaya untuk mengembangkan obat tradisional Indonesia atau yang disebut dengan Indonesian Traditional Medicine.
Menteri Pertahanan (Menhan), Sjafrie Sjamsoeddin, mengatakan, pengembangan obat tradisional itu akan dilakukan di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman milik Kemhan. Sjafrie menyebut, Kemhan juga akan bekerja sama dengan Cina dalam pengembangan obat tradisional itu.
“Kita juga mengembangkan kerja sama internasional Indonesia traditional medicine dengan Cina. Dengan Cina, jadi Indonesia-Cina traditional medicine di tempat ini [RSPPN Soedirman],” kata Sjafrie dalam konferensi pers yang digelar di RSPPN Soedirman, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2025).
Sjafrie menyebut, obat tradisional Indonesia nantinya akan turut dikembangkan di berbagai daerah di penjuru Tanah Air. Para perwira TNI yang merupakan sarjana farmasi juga akan dilibatkan dalam pengembangan obat tradisional itu.
“Kami bisa mendukung pengawakan terhadap kebutuhan pengawasan obat karena kami mempunyai sarjana-sarjana farmasi yang sudah lulus menjadi perwira TNI,” sebutnya.
Ia menjelaskan, melalui kerja sama internasional—terutama dengan akses defense cooperation yang dimiliki Kemhan, Indonesia bisa mendapatkan akses bahan baku untuk keperluan produksi obat yang lebih murah.
Indonesia, kata Sjafrie, akan bekerja sama secara kelembagaan dengan negara-negara produsen bahan baku obat seperti Cina dan India. Dengan begitu, harga produksi obat dapat ditekan.
“Kami menggunakan akses defense cooperation, kerja sama pertahanan, antara negara yang mempunyai kemampuan produksi obat, bahan baku, yaitu Cina dan India. Nah, dengan akses kerja sama pertahanan, maka kita menggunakan jalur G2G, government to government,” urainya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengakui bahwa pengembangan obat tradisional di Cina sudah berkembang dengan sangat pesat.
Untuk itu, Budi berharap Indonesia dapat mencontoh Cina dalam menghasilkan produk obat tradisional yang mumpuni. Ia memastikan bahwa Kemenkes akan membantu pengembangan obat tradisional yang dilakukan oleh Kemhan.
“Kami mulai belajar perkembangan traditional Chinese medicine yang luar biasa. Nah Kami ingin mentranslasikan itu menjadi traditional Indonesian medicine, sehingga Kami bisa meniru bagaimana caranya kok traditional Chinese medicine ini bisa maju pesat,” ucap Budi di RSPPN Soedirman, Selasa.
Selain itu, Budi juga membuka kemungkinan produk-produk farmasi yang dihasilkan oleh TNI untuk didistribusikan ke berbagai fasilitas kesehatan yang tersebar di Indonesia, seperti Puskesmas hingga RSUD.
Menurut Budi, produk-produk farmasi hasil produksi TNI itu nantinya diharapkan bisa masuk ke dalam e-katalog, sehingga akan mudah untuk diakses oleh berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia.
“Sudah banyak laboratorium farmasi milik TNI yang diintegrasikan jadi satu. Kita membuka kesempatan untuk juga bisa mengakses ke seluruh fasilitas kesehatan Indonesia, Puskesmas, RSUD. Nanti rencananya semua produknya akan kita masukkan e-katalog,” terangnya.
Di sisi lain, Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan, saat ini 94 persen dari bahan baku obat di Indonesia masih bergantung pada impor. Padahal, menurutnya saat ini Indonesia memiliki 30 ribu lebih tumbuh-tumbuhan yang bisa menjadi bahan baku obat.
Dari 30 ribu tumbuh-tumbuhan itu, sekitar 18 ribu di antaranya dapat diproduksi menjadi obat tradisional atau herbal. Namun, hingga saat ini Indonesia baru memiliki 78 obat herbal terstandar.
“Nah kita mau kembangkan, jangan 78 aja dong, karena potensinya ada 18.000 kan?” ucap Taruna di lokasi yang sama.
Untuk mendukung pengembangan obat tradisional Indonesia, Taruna menegaskan bahwa BPOM akan memberikan asistensi terhadap Kemhan. Asistensi dilakukan BPOM dalam rangka cara pembuatan obat, research and development (RnD), hingga sertifikasi good manufacturing practice.
“Kemudian nanti kita memberikan pendampingan yang berhubungan dengan resep clinical trial and developmentnya, itu-itu semua yang akan kita lakukan. Jadi prosesnya tentu kita sangat berharap bisa memberikan dukungan karena itu kebutuhan nasional kita,” pungkasnya.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































