tirto.id - Kementerian PUPR berharap skala usaha kontraktor lokal dapat meningkat. Pasalnya, sekitar 85 persen dari 126 ribu kontraktor di Indonesia masih berada dalam usaha skala kecil.
"Sisanya, 18 persen merupakan kontraktor usaha menengah dan 1 persen masih baru. Memang ada kesenjangan yang perlu diatasi," ujar Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Syarief Burhanudin.
Ia juga mengakui bahwa regulasi saat ini belum cukup mengakomodir kontraktor skala kecil untuk menjadi besar. "Melihat regulasi, kontraktor, usaha kecil itu masih buka peluang lebih besar," ujarnya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta pada Selasa (2/10/2018).
Kendati demikian, ia memastikan bahwa 126 ribu kontraktor itu masih tetap aktif. Hal ini berbeda dengan kondisi kontraktor asing yang berada di Indonesia. Pasalnya, tercatat ada 30 puluhan dari 636 kontraktor asing yang telah tutup usaha, pada umumnya mereka berasal dari Eropa.
"Di kondisi-kondisi tertentu kita harus bangga dengan kontraktor kita karena asing kan sebenarnya kalau memang kita butuhkan. Kalau di sini tersedia (kontraktor lokal) ya ngapain," ujarnya.
Menurut dia, tidak aktifnya kontraktor asing itu disebabkan oleh rampungnya proyek yang mereka garap. "Karena rata-rata sudah 3 tahun enggak dapat kerjaan, maka izinnya enggak diperpanjang," ujarnya.
Ia menampik anggapan yang menyatakan telah terjadi persaingan yang tidak adil sehingga menyebabkan tidak aktifnya 30 kontraktor, terutama setelah adanya holding BUMN konstruksi. "Proyek-proyek ini kan semua proses bidding, lelang umum, terbuka untuk semua orang bisa, dari mana saja," ujar dia.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto