tirto.id - Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan, untuk menciptakan sumber daya manusia unggul dimulai sejak dini.
"Harapannya, bayi tersebut terbebas dari stunting dan ketika tumbuh, mereka terpenuhi hak-haknya dan terbebas dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi,” ujar Pribudiarta di diskusi berrajuk "Pidato Kenegaraan Presiden RI 2019 dan Peran Kementerian PPPA, di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2019).
Menurut dia, untuk mempersiapkan SDM yang unggul, tentu bukan perkara yang mudah.
Keberhasilan Indonesia mempersiapkan generasi bertalenta yang berhati Indonesia dan berideologi Pancasila untuk Indonesia maju membutuhkan keterlibatan seluruh rakyat Indonesia.
Namun kata dia, berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional tahun 2016, satu dari tiga atau 33,33 persen (prevalensi) atau sekitar 33,2 juta perempuan usia 15 sampai 64 tahun mengalami kekerasan fisik maupun seksual.
"Satu dari 10 perempuan di usia tersebut mengalami kekerasan di 12 bulan terakhir," ucap dia.
Sementara itu, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2018 mencatat, dua dari tiga anak-anak atau 66,67 persen (prevalensi) anak-anak atau sekitar 53,06 juta anak-anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya.
"Kekerasan yang dialami oleh anak dan remaja cenderung tidak berdiri sendiri tetapi bersifat tumpang tindih di antara jenis kekerasan. Mencakup kekerasan fisik, emosional, dan seksual," kata dia.
Menurut dia, hal ini mengindikasikan masih banyak isu gender dalam pembangunan dan tingkat pemahaman masyarakat tentang hak perempuan dan anak. Terutama hak untuk terbebas dari kekerasan dan berbagai bentuk diskriminasi belum.
Kementerian PPPA, kata dia, sudah melakukan berbagai upaya guna mewujudkan kesetaraan gender, sehingga perempuan Indonesia sehat secara flsik, mental, sosial, dan terbebas dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi.
Kemudian memastikan anak-anak Indonesia terlindungi dan terpenuhi haknya, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi SDM unggul.
"Untuk mencetak SDM yang pintar dan berbudi pekerti luhur, harus didahului oleh SDM yang sehat dan kuat. Bukan hanya calon ibu, tetapi kita juga harus mempersiapkan calon ayah dan lingkungan yang sehat, sehingga seluruh komponen, dari lingkungan terkecil, menengah, hingga besar aman dan layak untuk anak-anak," ujar dia.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali