tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengembangkan penelitian terkait penyebab gangguan ginjal akut di Indonesia selain akibat cemaran senyawa berbaya pada obat. Hal itu disampaikan Juru Bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril.
"Saat ini kami sedang melakukan penelitian untuk mengetahui apa sih sebetulnya yang menyebabkan gangguan ginjal akut ini. Diduga penyebab gagal ginjal itu salah satunya keracunan, bisa dari makanan, minuman, dan obat-obatan," kata Mohammad Syahril di Jakarta, Selasa (1/11/2022).
Syahril mengatakan Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI masih mengembangkan sejumlah kemungkinan lain penyebab gangguan ginjal akut pada anak.
"Kandungan obat sirop harus betul-betul diteliti untuk mengetahui mana yang bisa menyebabkan keracunan pada ginjal. Setelah hasil penelitian keluar, BPOM punya tanggung jawab untuk mengevaluasi," kata dia.
Di sisi lain, pemerintah sudah menjalankan beberapa kebijakan untuk mencegah penambahan korban gangguan ginjal akut. Syahril mengatakan pemerintah sudah menghentikan sementara penggunaan obat sirop untuk anak.
"Untuk yang sudah sakit, kami melakukan tindakan salah satunya dengan hemodialisa dan pemberian antidotum, zat penawar," ujarnya.
Syahril mengatakan 10 dari 11 pasien gangguan ginjal akut yang dirawat di RSCM semakin membaik setelah diberi obat antidotum Fomepizole. Ia mengklaim pemberian Fomepizole sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO).
Data menunjukkan pemberian Fomepizole pada pasien gangguan ginjal akut yang diduga disebabkan oleh intoksikasi memiliki efektivitas hingga di atas 90 persen.
"Tidak ada kematian dan tidak ada perburukan lebih lanjut. Anak tersebut sudah dapat mengeluarkan air kecil atau air seni. Dan dari hasil pemeriksaan laboratorium, kadar etilen glikol dari 10 anak tersebut sudah tidak terdeteksi zat berbahaya," ujar Syahril.
Pekan lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Menkes) menyatakan gangguan ginjal akut di Indonesia disebabkan cemaran zat kimia Etilen Glikol (EG ), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) pada obat sirop. Menurut Budi, kepastian ini dikeluarkan setelah Kemenkes melakukan penelitian cukup panjang.
"Hasilnya kami simpulkan penyebabnya adalah obat-obat kimia yang merupakan cemaran dari pelarut obat itu," ujar Budi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10/2022).
Kasus gangguan ginjal akut pada anak di Indonesia terus meningkat dalam tiga bulan terakhir. Per 26 Oktober 2022, sebanyak 269 anak di Indonesia menderita gangguan ginjal akut. Sebanyak 157 anak di antaranya meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Angka kematian akibat gangguan ginjal akut di Indonesia menjadi yang terparah di dunia, melebihi Gambia dan Nigeria yang juga terjangkit penyakit serupa.
Editor: Gilang Ramadhan