Menuju konten utama

Kemenag Tegur Garuda Indonesia, Performa Tahun Ini Dinilai Buruk

Kemenag merasa belum ada perbaikan layanan secara signifikan dari Garuda Indonesia pada pemberangkatan haji 2024.

Kemenag Tegur Garuda Indonesia, Performa Tahun Ini Dinilai Buruk
Petugas memeriksa kondisi pesawat saat melakukan ramp check di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Selasa (19/12/2023). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nym.

tirto.id - Ada sejumlah persoalan terkait penerbangan jemaah haji Indonesia yang menjadi catatan buruk Kementerian Agama (Kemenag). Persoalan ini mulai dari kerusakan pesawat, keterlambatan penerbangan sampai pemecahan kelompok terbang (kloter) jemaah haji.

Seperti disampaikan Juru Bicara Kemenag, Anna Hasbie, kementerian telah memberikan teguran kepada maskapai Garuda Indonesia pada 16 Mei 2024 lalu. Kemenag merasa belum ada perbaikan layanan secara signifikan sehingga menyimpulkan layanan Garuda Indonesia tak maksimal pada pemberangkatan haji tahun ini.

"Kami melihat performa Garuda Indonesia tahun ini sangat buruk. Kami sudah sampaikan teguran tertulis, tapi belum ada perbaikan signifikan. Kami melihat manajemen Garuda gagal dalam memberikan layanan terbaik untuk jemaah haji," katanya, Rabu (22/5/2024).

Ana kemudian merinci persoalan-persoalan maskapai milik pemerintah tersebut. Pertama, pesawat rusak saat mengangkut jemaah dari Embarkasi Makassar.

Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia mengeluarkan api pada saat take off penerbangan jemaah kelompok terbang (kloter) lima Embarkasi Makassar (UPG-05).

"Kondisi ini berdampak domino pada keterlambatan sejumlah penerbangan setelahnya," kata Anna menjelaskan.

Kedua, keterlambatan penerbangan. On Time Performance (OTP) Garuda Indonesia juga sangat buruk. Kemenag mencatat, prosentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5 persen.

"Dari 80 penerbangan, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan ada keterlambatan sampai 3 jam 50 menit. Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan," tegas Anna.

Ketiga, pecah kloter. Perencanaan Garuda Indonesia juga meleset. Pecah kloter yang awalnya diperkirakan hanya akan terjadi satu kali, ternyata terjadi beberapa kali. Salah satunya, imbas proses penggantian pesawat rusak di Embarkasi Makassar.

"Kami mencatat sampai hari ini sudah ada empat penerbangan yang pecah kloter. Maksudnya, satu kloter jemaah tidak bisa diterbangkan secara bersama-sama," ujarnya.

"Potensi ini masih bisa bertambah jika tidak dimitigasi dengan baik karena masa penerbangan jemaah ke Tanah Suci masih akan berlangsung hingga 10 Juni mendatang," katanya lagi.

Keempat, tas kabin dan kursi roda jemaah tidak terbawa. Peristiwa ini dialami oleh penerbangan jemaah kloter 28 Embarkasi Solo (SOC 28).

Ada 11 kursi roda dan 120 koper kabin yang tidak terangkut. Akibatnya jemaah dan petugas mencari-cari setelah mereka mereka mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.

"Ini bahkan tidak ada informasi dari Garuda. Padahal petugas haji pontang panting terus mencarinya. Belakangan kita tahu bahwa 11 kursi roda dan 120 koper kabin itu tidak terbawa dan baru diterbangkan bersama pesawat yang memberangkatkan kloter 33 Embarkasi Solo atau SOC 33," papar Anna.

"Ini jelas merugikan jemaah SOC 28. Garuda harus meminta maaf dan memberikan kompensasi langsung kepada jemaaah. Garuda harus segera melakukan perbaikan ke depan," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Muhammad Taufiq

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Muhammad Taufiq
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Bayu Septianto