tirto.id - Smart card jemaah haji menjadi perlengkapan wajib yang harus dibawa ketika berada di Tanah Suci Makkah, termasuk ketika nanti saat menjalani ibadah puncak haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina).
Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Kholilurrahman, mengimbau para ketua kelompok terbang dan ketua rombongan agar mensosialisasikannya kepada jemaah agar smart card tidak hilang.
“Setiap jemaah ke Armuzna wajib memakainya. Kami memberikan imbauan kepada ketua kloter, ketua rombongan, dan ketua regu serta jamaah agar bisa menjaganya sebaik mungkin jangan sampai hilang,” kata dia, Senin 20 Mei 2024.
Smart card ini memang kebijakan baru dari pemerintah Arab Saudi tahun ini. Smart card tersebut bakal dikalungkan di leher para jemaah. Isi dari smart card tersebut yakni identitas jemaah, mulai dari nama, kewarganegaraan, asal kloter, hotel, visa haji, sampai kondisi media jemaah.
Kholilurrahman melanjutkan, saat ini smart card memang belum dibagikan kepada jemaah, sebab masih dalam proses pemilahan karena ada yang tercampur tidak sesuai kloternya. Secara teknis, ketika pemilahan selesai baru akan diserahkan kepada kepala sektor, terus dibagikan ke bawah: ketua kloter, selanjutnya ke ketua rombongan.
“Selanjutnya ke ketua regu, lalu kepada jemaah. Kami mengimbau jemaah haji dan ketua regu kloter benar- benar menjagaya agar tidak hilang,” kata dia melanjutkan.
Ia menambahkan, “Prinspinya itu hak jemaah. Akan diberikan secepatnya meskipun waktu wukuf di Arafah masih lama.”
Smart card, kata dia, itu mirip dengan kartu identitas pada umumnya yang di sana ada foto dan barcode. Kalau discan maka akan kelihatan nama, nomor visa, dan seterusnya.
Bagaimana Solusi atau Antisipasi bila Hilang?
Kholilur menjelaskan, kebijakan dari kementerian haji Saudi, kalau hilang bisa diganti tapi dibatasi 10 persen dari total smart card yang dibagikan kepada jemaah haji Indonesia. Untuk prosedur pengurusan, jemaah harus melapor ke kepala sektor.
“Kami akan mengurusnya. Ini hal baru, pertama kali dalam sejarah ibadah haji. Ini satu sisi membantu, tapi untuk lansia ada kerepotan. Tapi ini dalam rangka untuk melaksanakan peraturan di Arab Saudi,” kata dia.
“Ada fatwa orang berhaji tanpa izin haji (visa) itu berdosa. Itu kan sama dengan izin,” kata dia menegaskan.
Smart card juga sudah disosialisasikan melalui forum-forum bimbingan haji, di sektor-sektor, di masing-masing kloter, sosialisasi kepada ketua rombongan dan regu. Sosialisasi juga disampaikan kepada KBIH.
Pemahaman tentang smart card ini penting bagi jemaah. Pada puncak haji nanti akan ada pemeriksaan di Padang Arafah secara random sampling.
“Itu kan untun-untungan. Kalau nanti ada yang hilang kartunya bagaimana? Jadi tetap kloter sampaikan ke sektor ke maktab. Pokoknya jemaah haji yang resmi enggak usah khawatir, tapi jangan sampai hilang,” kata dia menegaskan.
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Abdul Aziz