Menuju konten utama

Kelaparan Masih Jadi Tantangan Serius Bagi Pemerintah

Bambang mengatakan sejumlah faktor yang membuat pangan dan nutrisi masyarakat menjadi tidak terpenuhi adalah urbanisasi, minimnya kesadaran mengonsumsi makanan yang bernutrisi, dan juga berubahnya tren permintaan pangan.

Kelaparan Masih Jadi Tantangan Serius Bagi Pemerintah
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Antara foto/Indrianto Eko Suwarso.

tirto.id - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan Indonesia perlu menempatkan pemenuhan pangan dan nutrisi yang cukup sebagai fokus utama dalam pembangunan. Di samping itu, masalah kelaparan juga Bambang klaim masih menjadi tantangan serius bagi pemerintah maupun masyarakat untuk saat ini.

Pernyataan tersebut rupanya mengacu pada laporan Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index) 2016 yang menunjukkan kelaparan di Indonesia dalam tingkatan serius dengan skor 21,9. Tak berbeda jauh dengan Myanmar, Nepal, ataupun Kenya. Sementara untuk di regional Asia Tenggara sendiri, Indonesia hanya berada di peringkat yang lebih unggul dari Myanmar dan Laos.

“Meskipun variasi dan jumlah makanan yang menjadi permintaan naik, namun kita tidak boleh mengabaikan masalah yang masih belum terselesaikan. Di satu sisi, mereka yang berada di kelas menengah mampu memenuhi kebutuhan pangan yang bervariasi. Akan tetapi mereka yang miskin, masih belum bisa atau bahkan tidak memiliki pengetahuan cukup soal keanekaragaman pangan,” kata Bambang saat membuka acara “Responsible Business Forum on Food and Agriculture”, Selasa siang (14/3/2017) di Grand Hyatt Hotel, Jakarta.

Seperti dituturkan Bambang, sesungguhnya ada sejumlah faktor yang membuat pangan dan nutrisi masyarakat menjadi tidak terpenuhi. Beberapa di antaranya adalah urbanisasi, minimnya kesadaran mengonsumsi makanan yang bernutrisi, dan juga berubahnya tren permintaan pangan.

“Keinginan konsumen dapat berubah. Salah satu contohnya adalah seperti saat periode 1999-2010, dimana ada pengurangan tingkat konsumsi sereal mencapai 87 persen, namun tingkat konsumsi terhadap buah dan sayuran meningkat hingga 120 persen,” kata Bambang.

Permasalahan pun bertambah dengan produktivitas petani dan tenaga kerja pertanian yang dinilai rendah. Bambang berharap sektor swasta dapat mulai membangun hubungan dan kerja sama yang kuat serta saling menguntungkan dengan para tenaga kerja tersebut.

“Untuk memperkuat industri pertanian kita, diperlukan adanya kerja sama dari semua pihak. Petani perlu perlindungan dan dukungan untuk menghasilkan produk yang berkualitas, sektor swasta berperan dalam proses pengolahan serta menyalurkannya kepada masyarakat, sementara pemerintah berlaku sebagai fasilitator yang menciptakan regulasi sehingga seluruh proses dapat berjalan sesuai harapan,” jelas Bambang.

Senada dengan Bambang, Presiden Indonesia Business Council for Sustainable Development, Shinta Kamdani, juga sempat menyinggung soal seriusnya masalah pemenuhan pangan di Indonesia. “Perihal pangan dan pertanian itu kaitannya dengan banyak sektor, bahkan lebih spesifiknya terkait dengan seluruh poin Sustainable Development Goals (SDGs) yang sudah dicanangkan,” ucap Shinta.

“Oleh karena itu, perlu ditekankan tiga hal, yakni bagaimana bisa memastikan konsumsi dan produksi pangan secara berkelanjutan, bagaimana caranya bisa lebih meningkatkan per capita global food waste, lalu bagaimana bisa mencapai keberlanjutan dalam mengatur penggunaan sumber daya alam secara efisien,” kata Shinta menambahkan.

Sementara itu, CEO Golden-Agri Resources Franky Widjaja yang turut hadir sebagai pembicara dalam “Responsible Business Forum on Food and Agriculture” menambahkan agar pangan dan nutrisi di masa mendatang bisa aman, maka diperlukan adanya peningkatan kualitas dari segi pendanaan, pengetahuan, dan yang terpenting, teknologi dari semua pihak.

“Salah satu yang bisa dilakukan adalah menggunakan teknologi terkini dalam industri pertanian. Saya rasa tidak akan susah juga bagi kita untuk bisa menerapkan penggunaan teknologi tersebut di Indonesia dalam waktu dekat,” ucap Franky.

Baca juga artikel terkait ANGKA KELAPARAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto