Menuju konten utama

Kekurangan SDM, Pemkab Ponorogo Fokus Tangani Korban Longsor

BPBD Ponorogo belum memutuskan status tanah gerak lantaran seluruh sumber daya dan relawan saat ini masih terkonsentrasi dalam penanganan bencana tanah longsor.

Kekurangan SDM, Pemkab Ponorogo Fokus Tangani Korban Longsor
Tim SAR gabungan mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (7/4). Hingga hari ketujuh tim SAR terus mencari sekitar 25 korban yang masih tertimbun longsor. ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

tirto.id - Plt Kepala BPBD Ponorogo Sumani menegaskan fokus BPBD Ponorogo sementara ini hanya pada warga yang mengungsi. Mereka belum bisa melakukan tindakan lebih dari itu lantaran seluruh sumber daya dan relawan saat ini masih terkonsentrasi dalam penanganan bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung yang lokasinya terpisah sejauh 50-an kilometer dari Dayakan.

Mereka juga belum memutuskan status tanah gerak yang memicu retakan di lahan dan permukiman warga seluas 10 hektare di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan.

"Ini (sifatnya) masih kajian ya. Kami belum bisa tentukan apakah statusnya siaga 1 atau 2, belum. Tapi karena ini sudah ada pengungsi, sementara kami tangani dulu pengungsinya," kata Sumani kepada Antara di Ponorogo, Minggu (9/4/2017).

Untuk memastikan, BPBD Ponorogo berencana meminjam alat pendeteksi/pengukur gerakan tanah "seismograf" portabel yang hanya dimiliki BMKG Pasuruan dan Bandung. "Kalau ini sudah terpinjam dan diletakkan di sana (Dayakan), baru saya akan komentar, bagaimana rawan atau tidak, siaga 1, 2 atau bagaimana" imbuhnya.

Selain membangun tenda di delapan titik lokasi pengungsian, BPBD Ponorogo dibantu jajaran Kepolisian Resort Ponorogo juga telah membangun satu dapur umum untuk menyuplai kebutuhan pangan dan logistik pengungsi. Sementara untuk mendukung kajian, BPBD Ponorogo telah meminta tim PVMBG (Pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi) dan tim kaji cepat UGM untuk meneliti kondisi tanah gerak di Desa Dayakan.

Hasil penelitian ini diperkirakan akan rampung sekitar sepekan kemudian, sehingga rekomendasi yang diberikan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi BPBD dan Pemkab Ponorogo dalam memutuskan status tanah gerak yang menyebabkan puluhan rumah warga rusak dan retak-retak terseret gerakan tanah di bawahnya itu.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa sementara ini karena yang saya tahu tidak ada ilmu atau teknologi yang bisa mencegah agar gerakan tanah ini tidak berdampak longsor," kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni.

Sementara untuk upaya mitigasi yang bisa dilakukan menurut Ipong adalah dengan mencegah warga yang sudah mengungsi agar tidak kembali dulu ke pemukiman mereka meski pada pagi atau siang hari demi menghindari risiko tanah longsor yang memakan korban jiwa sebagaimana terjadi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Sabtu (1/4/2017).

Jumlah warga yang terdampak tanah gerak di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan tercatat 78 KK 269 jiwa. Mereka mengungsi ke daerah aman menyusul terjadinya pergerakan tanah lanjutan di pemukiman mereka, beberapa hari terakhir. Lebar rekahan menurut laporan BPBD maupun PVMBG mencapai 40 centimeter, kedalaman mencapai empat meter dan luas sekitar 10 hektare.

Baca juga artikel terkait LONGSOR atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan