tirto.id - Tepat 283 tahun lalu, Agustus 1735, Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang diresmikan. Pasar Senen, dengan stasiun dan terminal, dikenal sebagai lokasi aneka barang, sedangkan Pasar Tanah Abang sebagai tempat jual-beli pakaian dan tekstil.
Pasar Tanah Abang didapuk sebagai pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara. Tanah Abang adalah lahan duit; perputaran bisnisnya mencakup antara lain jasa logistik dan pengiriman barang, pedagang kaki lima, penyewaan dan penjualan kios oleh pengembang, jasa parkir, dan para pedagang tekstil.
Selama dua abad ini, Pasar Tanah Abang bertahan di tengah maraknya pembangunan mal di Jakarta. Alasan sederhananya, masyarakat mengunggulkan barang murah dan cukup lengkap di Pasar Tanah Abang.
Guna mengetahui aktivitas ekonomi dan kontribusi Pasar Tanah Abang, Tirto melakukan desk research dan berkesempatan untuk mewawancarai Abdullah Mansuri, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia.
Pedagang dan Pembeli di Tanah Abang
Laporan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (2015, PDF) menyatakan pada 2013 ada 28 ribu orang yang berdagang dan 73 juta orang per tahun berkunjung ke Tanah Abang, termasuk dari Malaysia, Nigeria, Singapura, dan Brunei.
Pada tahun yang sama, jumlah PKL Tanah Abang yang tercatat di Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan DKI Jakarta mencapai 1.170 orang. Jumlah ini untuk PKL yang ditempatkan di kios-kios milik PD Pasar Jaya, perusahaan daerah milik Pemprov Jakarta, khususnya di Blok G.
Pada 2014, tercatat pengunjung Blok A Tanah Abang berjumlah sekitar 60.000 hingga 70.000 orang per hari. Angka ini ditaksir melonjak 120.000 orang menjelang Lebaran.
Pada 2015, buletin APBN keluaran Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI (PDF) menyatakan bahwa berdasarkan data Nomor Objek Pajak (NOP), ada 12.970 kios di Pasar Tanah Abang yang meliputi Blok A, Blok B, Blok C, Blok E, Blok F, dan Blok G, serta Pusat Grosir Metro Tanah Abang dan Thamrin City—yang jadi bagian wilayah kerja KPP Tanah Abang Dua.
Untuk data teranyar, Abdullah Mansuri menyatakan jumlah pemilik kios di semua blok diperkirakan berjumlah 21.000 pedagang, dengan rincian: Blok A berjumlah 8.000 pedagang; Blok B sekitar 5.000 pedagang; Blok F sekitar 4.000 pedagang; dan Plaza Metro sekitar 4.000 pedagang. Selain itu, jumlah PKL ditaksir 1.300 pedagang. Sementara jumlah pengunjung Tanah Abang diperkirakan 178 ribu orang per hari.
Bila diamati, ada tren kenaikan jumlah pedagang dan pengunjung Pasar Tanah Abang setiap tahun. Salah satu penyebabnya ada pembenahan dan penataan oleh Pemprov DKI Jakarta. Selain itu, tren permintaan atas produk yang dijual di Tanah Abang memang tumbuh sejak 2012.
Omzet Triliunan per Tahun
Pada 2012 (PDF), nilai perdagangan di Tanah Abang mencapai 40 persen dari total perdagangan tekstil dan produk tekstil nasional. Tercatat nilai perdagangan secara nasional mencapai 7,6 miliar dolar AS. Artinya, perputaran uang dalam bisnis tekstil dan produk tekstil di Tanah Abang mencapai 3,04 miliar dolar AS atau sekitar Rp30 triliun.
Tahun ini, berdasarkan data yang diberikan Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, perputaran uang di Tanah Abang mencapai kurang lebih Rp200 miliar per hari. Perhitungan itu menggunakan asumsi ada 20 ribu kios dengan omzet per hari Rp10 juta. Artinya, dalam setahun para pedagang di Tanah Abang meraih omzet sekitar Rp72 triliun.
Dalam setahun, peningkatan omzet terjadi menjelang Ramadan. Komoditas sandang tentu menjadi incaran. Pakaian adalah salah satu komoditas yang masuk dalam kelompok pengeluaran dengan tingkat inflasi tertinggi pada periode Ramadan.
Logikanya, mayoritas masyarakat kelas menengah Indonesia cenderung punya pola hidup konsumtif. Tak heran jika pada bulan puasa hingga Lebaran, permintaan atas barang dan jasa meningkat.
“Ada peningkatan pembeli kurang lebih 15-20 persen. Ini tahapan yang wajar karena menjelang puasa ini saatnya pedagang panen,” ujar Abdullah Mansuri, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia. "Ada kenaikan cukup tinggi karena pedagang-pedagang eceran di daerah lari ke Tanah Abang dari seluruh Indonesia untuk ambil barang persiapan Lebaran."
Berdasarkan data tersebut, dalam enam tahun terakhir, tren hasil penjualan barang Tanah Abang diperkirakan naik hingga 2,4 kali lipat. Lonjakan ini, ungkap Abdullah, lantaran ada peningkatan yang signifikan terhadap jumlah pembeli dari pelbagai daerah di Indonesia.
Tumbuhnya jumlah pedagang di Tanah Abang serta kenaikan omzet cukup besar mengindikasikan perputaran ekonomi yang signifikan dari pasar ini. Tanah Abang masih tetap menjadi primadona pusat perbelanjaan di Indonesia.
Signifikansi perputaran ekonomi di Pasar Tanah Abang atas angka nasional dapat ditilik dari kontribusi pajak. Pada 2012 (PDF), Direktorat Jenderal Pajak menyatakan penerimaan pajak dari pedagang di Tanah Abang mencapai Rp1,49 miliar per tahun—dengan catatan: tak semua pedagang patuh membayar pajak.
Perkiraan ini mengacu pada hasil Sensus Pajak Nasional pada 2012-2013 yang memperlihatkan dari total 11.821 kios di Blok A dan Blok B, cuma 3.151 pemilik kios yang terdaftar sebagai wajib pajak. Dan, dari jumlah wajib pajak yang terdaftar itu, yang menyetor pajak hanya 2,2 persen dari total kios dan 8,3 persen dari wajib pajak terdaftar.
Padahal, jika mereka taat membayar pajak, berdasarkan perkiraan kantor pajak, pusat grosir terbesar di Indonesia ini bisa menyetor pajak ke negara hingga Rp66,34 miliar setahun.
Di tengah gempuran mal, Pasar Tanah Abang tetap menjadi salah satu jantung ekonomi UMKM, bagi pedagang maupun pembeli. Posisinya yang penting semakin terlihat saat Presiden Joko Widodo mengajak Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde untuk mengunjungi Pasar Tanah Abang.
“Tadi pagi saya tanyakan kepada Ibu Christine Lagarde bagaimana ekonomi kecil, ekonomi mikro, dan ekonomi tengah ini menghadapi keterbukaan, menghadapi digitalisasi ekonomi. Saya sampaikan itu (pada pertemuan). Beliau memang menyampaikan rumusan-rumusannya,” kata Jokowi.
Dalam blusukan itu, Lagarde berkata "sangat terkesan" dengan Pasar Tanah Abang karena mewakili kekuatan dari perdagangan, industri tekstil, serta pemberdayaan perempuan.
"Banyak sekali perempuan di pasar ini, yang merupakan bagian dari ekonomi Indonesia,” ujar Lagarde kepada wartawan pada Senin, 26 Februari 2018.
Editor: Fahri Salam