tirto.id - “Saya tidak sengaja mengetahui bahwa suami saya memiliki rekening bank rahasia yang berisi uang sebesar 15.000 euro (235 juta rupiah).”
Curahan hati seorang perempuan di atas muncul dalam rubrik tanya jawab bersama Mary O’Conor di Independent. Rekening rahasia itu benar-benar meresahkannya karena memicu kecurigaan-kecurigaan lanjutan yang kian memperkeruh situasi. Perempuan itu bercerita bahwa ia dan suaminya berpenghasilan menengah ke bawah. Oleh karena itu, uang sebesar 15 ribu euro merupakan jumlah yang banyak.
“Saat ini saya curiga ada lebih banyak uang yang disembunyikan di tempat lain, karena saya juga menemukan uang tunai yang ia sembunyikan. Saya ingin lebih dulu mencari tahu sebanyak mungkin sebelum saya menanyakan perkara ini kepadanya,” lanjutnya bercerita.
Dalam kisah tersebut, ia bercerita terjadi ketidakberimbangan pembagian tugas dalam kehidupan pernikahannya. Selain harus mengerjakan hampir semua tugas rumah tangga dan mengurus anak, ia juga berkewajiban membayar separuh semua tagihan keluarga. Saat mengusulkan pindah rumah karena alasan keamanan, suaminya menolak.
“Saya merasa pernikahan kami sudah berakhir. Saat ini saya hanya bisa berharap, saya bisa pindah rumah, menyimpan uang saya sendiri untuk kehidupan saya bersama anak-anak saya,” pungkasnya.
Baca juga: Suami, Bahagiakanlah Istri dengan Beres-Beres dan Mengasuh Anak
Sama seperti perselingkuhan, permasalahan yang terjadi pada pasangan suami istri tersebut berawal dari kecurangan yang dirahasiakan. Efeknya pun sama, tergerusnya tingkat kepercayaan antarpasangan dan pada taraf tertentu akan mengakibatkan perselisihan akut yang sangat mungkin berakhir dengan perceraian.
Sebuah jajak pendapat untuk National Endowment for Financial Education dilakukan pada 2016 dan hasilnya menunjukkan 42% orang Amerika mengaku tidak jujur perkara keuangan dengan pasangan mereka. Bentuk kecurangan tersebut bermacam-macam, mulai perilaku menyembunyikan uang tunai, belanja secara sembunyi-sembunyi, sampai mempunyai rekening bank atau sejumlah aset rahasia.
Berdasar survei, kecurangan keuangan yang paling sering dilakukan adalah perilaku menyembunyikan uang tunai. Perilaku ini dilakukan oleh 58 persen responden. Sedangkan belanja secara sembunyi-sembunyi mencapai 54 persen.
"Ini [kecurangan keuangan] rahasia yang sangat berpotensi menciptakan masalah [antarpasangan]," kata Don Grant, seorang penasihat keuangan di Carey, Thomas, Hoover & Breault Investments di Wichita, Kansas.
Marilyn Chinitz, pengacara perkawinan dari New York turut menjelaskan, kebiasaan merahasiakan keuangan dengan pasangan akan menjadi permasalahan yang sangat serius.
"Saya dapat melihat bahwa ini bisa menjadi situasi yang bisa jauh lebih serius jika pendapatan mereka lebih rendah, atau jika terdapat tagihan yang tidak dibayar sebagai akibat satu orang memutuskan menimbun pendapatan keluarga," tuturnya,
Pernyataan Don Grant dan Marilyn Chinitz tersebut dibuktikan Corri Fetman, seorang pengacara khusus masalah keluarga. Ia menyatakan sejumlah kasus perceraian yang ia tangani menunjukkan faktor kecurangan finansial adalah perkara yang tidak bisa dianggap sepele. Sejumlah perceraian yang ia tangani pun terjadi karena faktor tersebut.
“Ketidakterbukaan masalah keuangan antarpasangan, termasuk ketidakjujuran pasangan dalam membagi informasi keuangan, aset yang dimiliki, dan belanja sehari-hari adalah perilaku yang mampu menyeret pasangan ke meja perceraian,” tambah Fetman.
Baca juga: Ketika Ibu Tunggal Membangun Keluarga
Solusi permasalahan keuangan ini turut dibahas dalam The Most Important Talk You Need to Have Before Marriage. Artikel tersebut menjelaskan perlunya pasangan mendiskusikan kehidupan finansial jauh sebelum memutuskan hidup bersama dan menikah. Pengaturan dan kesepakatan sejak awal ini menjadi sebentuk keterbukaan pasangan yang sangat penting.
Kecenderungan seseorang dalam menggunakan uang sebenarnya bisa dilihat dari awal hubungan. Apakah seseorang termasuk orang yang hemat, atau lebih suka belanja barang murah, dan lain sebagainya, bisa diketahui seiring perkenalan dan relasi yang semakin intens.
Dari kebiasaan-kebiasaan atau kecenderungan pasangan dalam mengelola uang inilah setiap orang sebenarnya bisa mengantisipasi potensi masalah di kemudian hari. Jika sudah mengetahui kebiasaan dan potensi permasalahan, maka opsi pernikahan bisa didahului dengan membangun kesepakatan dan pengaturan keuangan secara dini.
Hidup dengan menyimpan rahasia apalagi kebohongan, bagaimana pun juga, seperti berjalan dengan beban-beban yang tidak terlihat. Orang yang melakukannya harus terus-menerus konsisten dengan plot atau narasi kebohongan atau rahasia yang ia sembunyikan. Satu kebohongan akan memicu kebohongan yang lain bukanlah pameo yang tidak berdasar.
Baca juga: Ambisi dan Kekangan Orangtua Berakibat Buruk pada Anak-Anak
Namun, jika permasalahan terlanjur terjadi, yang harus dilakukan adalah rekonsiliasi. Perencana keuangan Douglas J. Eaton menawarkan saran untuk memperbaiki komunikasi keuangan antarpasangan dengan mula-mula menyelesaikan akar permasalahan, yaitu saling jujur membicarakan uang yang terutang atau uang yang mereka sembunyikan. Eaton juga menyampaikan pentingnya berdiskusi seputar keuangan bersama.
“Tetapkan waktu reguler. Bisa mingguan, bulanan, atau kuartal untuk membahas keuangan keluarga,” lanjut Eaton.
Eaton juga mengusulkan untuk melibatkan kedua belah pihak dalam membayar tagihan rumah tangga.
“Hal ini akan menciptakan checks and balances antarpasangan,” tegas Eaton.
Komitmen antar-pasangan yang telah membuat kesalahan untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dapat membantu menyembuhkan hubungan yang mungkin telanjur retak. Langkah selanjutnya tinggal menyusun anggaran baru atau juga rencana membereskan utang.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Zen RS