Menuju konten utama

Kebijakan Umrah Saudi Membawa Angin Segar bagi Industri Perjalanan

Dibukanya kembali keran umrah jadi angin segar bagi industri perjalanan. Namun hasilnya tahun ini belum bakal maksimal.

Kebijakan Umrah Saudi Membawa Angin Segar bagi Industri Perjalanan
Umat muslim memadati area sekitar Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, Kamis (27/2/2020). ANTARA FOTO/Arief Chandra/pras.

tirto.id - Sebanyak 253 orang menunaikan ibadah umrah pada 1 November lalu. Para jemaah berangkat menggunakan maskapai Saudia dengan nomor penerbangan SV 817 rute Jakarta–Jeddah dengan jadwal keberangkatan pukul 10.45 WIB dan mendarat 16.30 waktu setempat.

Inilah penerbangan pertama dari Indonesia sejak umrah dilarang Kerajaan karena pandemi Corona awal Maret lalu. Saking spesialnya, menurut President Director PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin, "Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Essam bin Abed Al-Thaqaf turut melepas keberangkatan para jemaah."

Selain membahagiakan jemaah, diizinkannya kembali umrah jadi angin segar bagi para pelaku industri. Maklum, sudah delapan bulan lamanya mereka puasa beroperasi--dan puasa pula memperoleh pendapatan.

Ketua Umum Serikat Penyelenggara Umrah dan Haji (Sapuhi) Syam Resfiadi mengatakan dalam masa normal mereka biasa mengantongi duit hingga Rp2 miliar per bulan. Sebanyak itu pula pendapatan mereka hilang selama penghentian umrah. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen dipakai untuk biaya operasional. Kelebihannya yang ditabung atau diputar kembali.

Saat pandemi, uang tabungan itulah yang dipakai untuk bertahan. Tapi tentu tidak semua dapat melakukan itu.

"Bagi travel yang punya tabungan ya masih bisa bertahan sampai saat ini. Kalau enggak punya, pengusaha travel ada yang jual saham [bahkan] jual travel," jelas dia kepada reporter Tirto, Selasa (3/11/2020). "Kalau enggak dia akan menanggung biaya operasional, minimal sewa gedung atau listrik."

Syam sendiri bertahan dengan memangkas jumlah karyawan. Sisa pekerja ditugaskan mengurusi hal-hal administratif. "Harus bayar telepon, bayar listrik, ada yang batal, ada yang refund, ada yang mau daftar juga untuk haji--karena, kan, haji tetap dibuka pendaftarannya," katanya.

Meski telah memberangkatkan orang, para pengusaha biro umrah belum lega sepenuhnya. Ini terkait dengan pengawasan ketat ibadah selama pandemi. Seluruh jemaah umrah asal Indonesia yang sudah berangkat harus menjalankan karantina. "Di sana harus karantina tiga hari, bahkan jemaah enggak boleh keluar kamar."

Masalahnya ada saja segelintir jemaah yang 'bandel', melanggar ketentuan protokol umrah yang sudah ditetapkan pemerintah setempat. Kesalahan-kesalahan seperti ini bisa saja memicu kendala yang lebih besar dan dampaknya bisa merugikan banyak jemaah lain, termasuk biro perjalanan.

Selain bagi biro perjalanan, kebijakan ini juga jadi harapan maskapai penerbangan dalam negeri. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan kementeriannya telah berkoordinasi dengan Kementerian Agama dan otoritas penerbangan Arab Saudi agar "maskapai penerbangan nasional dapat juga mengangkut penerbangan umrah dan dapat disertakan ke dalam sistem e-umrah."

Untuk sementara yang diizinkan membawa jemaah umrah adalah maskapai asal Arab Saudi, yaitu Saudi Airlines. Ini berlaku untuk semua negara asal jemaah yang disinggahi maskapai tersebut, dari mulai negara di Timur Tengah, Eropa, Amerika Serikat, Asia, dan Afrika.

Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja berharap maskapai penerbangan Indonesia bisa segera dilibatkan agar memicu pemulihan industri penerbangan nasional yang saat ini masih terseok-seok. "Kami harap dengan dibukanya umrah bisa mempercepat demand seperti di 2019."

Direktur Utama Maskapai Garufa Irfan Setiaputra mengatakan jika suda diperbolehkan, "kami sangat siap untuk kepan pun berangkat." Ia menjelaskan sudah mulai menerbangkan pesawat ke Arab Saudi, membawa para TKI.

Dibukanya kembali ibadah umrah juga sedikit banyak akan memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia secara umum, yang kini sudah resmi resesi. Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan ini dimungkinkan karena industri perjalanan haji dan umrah terhubung dengan banyak industri turunan yang melibatkan perputaran uang yang tergolong besar.

"Kalau umrah dibuka, semua bisnis turunannya akan ikut bergerak lagi," katanya kepada reporter Tirto, Selasa.

Namun ia pesimistis dampak pemulihan itu bakal dirasakan segera. Semua tergantung pada kondisi dan keputusan Arab Saudi ke depan. Misalnya soal kuota untuk orang Indonesia. "[Kuota] Indonesia masih segitu [sedikit] karena mereka melihat tren kasus COVID-19 di sini masih tinggi."

Ia memprediksi bisnis perjalanan mungkin akan benar-benar mengalami tren naik pada 2021. "Mungkin yang akan mengubah kebijakan secara signifikan adalah penemuan vaksin. Itu juga saya enggak yakin di 2021 vaksin bisa didistribusikan secara meluas," katanya.

Baca juga artikel terkait UMRAH atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino